Paundra Noorbaskoro: Membudidayakan Udang dengan Teknologi IoT yang Lebih Menguntungkan

Paundra Noorbaskoro: Membudidayakan Udang dengan Teknologi IoT yang Lebih Menguntungkan
info gambar utama

Di era digital saat ini, pemanfaatan teknologi sangatlah penting untuk meningkatkan produktivitas dan keberlanjutan bisnis. Kisah sukses Paundra dalam merintis budidaya udang berbasis IoT menginspirasi wirausaha muda Indonesia untuk memanfaatkan teknologi guna meningkatkan produktivitas dan keberlanjutan usahanya.

Penggunaan konsep Internet of Things (IoT) dalam proses budidaya udang vaname sangat bermanfaat dan mempunyai dampak yang kuat. Mantan mahasiswa Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Brawijaya (UB) ini mengaku menciptakan sendiri sistem pengelolaan tambak udang berbasis IoT.

Selain itu juga menciptakan sistem pertanian yang terstandarisasi sebagai standar operasional prosedur (SOP). Melalui sistem ini, dapat mengontrol kondisi kolam dan air dengan baik secara real time.

Paundra sukses meluncurkan tambak udang berbasis IoT yang lebih menguntungkan dan ramah lingkungan. Dalam budidaya udang konvensional, banyak pengusaha yang merugi karena udang mati tidak terdeteksi tepat waktu.

Bumbu Masakan Indonesia Menyambangi Food Ingredients Asia 2023

Namun dengan memanfaatkan teknologi IoT, Paundra mampu mengatasi permasalahan tersebut dan meningkatkan produktivitas usahanya. Keberhasilan Paundra sebagai pionir budidaya udang berbasis IoT juga memberikan dampak positif bagi masyarakat sekitar.

Dengan meningkatkan produktivitas usahanya, Paundra dapat membuka lapangan kerja baru bagi masyarakat setempat. Selain itu, operasional budidaya udang berbasis IoT Paundra lebih ramah lingkungan karena tidak menggunakan bahan kimia beracun.

Paundra telah membuktikan bahwa mengelola tambak menggunakan sistem Internet of Things dapat menghasilkan banyak udang vaname. Namun, perjalanan Paundra menemukan sistem budi daya berbasis teknologi dan ramah lingkungan ini lebih sulit daripada yang dia pikirkan. Investasi waktu, biaya, dan energi diperlukan di sini. Paundra menceritakan bahwa dia dan tiga orang temannya memulai bisnis tambak udang vaname sejak 2018.

Saat itu, Paundra bersama tiga temannya membangun usaha rintisan berbasis aplikasi untuk budi daya udang. Paundra dan tiga temannya membangun perusahaan rintisan hingga akhirnya berhenti beroperasi pada 2020. Kemudian ia kembali mengumpulkan inspirasi untuk bangkit dan memulai lagi usaha budi daya udang vaname. Meskipun demikian, Paundra tidak menyerah dan terus berusaha untuk mengembangkan usaha bertambak udang.

Paundra kembali belajar budi daya udang menggunakan pengetahuan yang dia dapatkan di bangku kuliah. Dia membaca jurnal ilmiah yang berbeda dan menonton tayangan di YouTube. Dia menggunakan kesulitan yang dia hadapi saat pertama kali menanam udang bersama rekan-rekannya sebagai dasar untuk melakukan penyelidikan dan mencari solusi. Paundra membeli delapan kolam bundar untuk risetnya.

Hepatopancreas atau early mortality syndrome (EMS), dua penyakit yang disebabkan bakteri yang menyerang pankreas udang, adalah subjek penelitian awal. Setelah mempelajari penyebab penyakit udang melalui penelitian ilmiah, ia menentukan komposisi pakan yang tepat untuk udang. Setelah itu, udang yang terkena EMS diobati sesuai dengan resep. Satu kali percobaan gagal. Kemudian ia mengubah komposisi pengobatan lagi. Tiga kali lagi, ia akhirnya menemukan komposisi yang tepat.

Pasca Kebakaran, 589 Koleksi Museum Nasional Berhasil Dievakuasi dan Diidentifikasi

Kondisi air adalah elemen berikutnya yang sering menyebabkan masalah. Untuk melakukan penelitian air, ia mengumpulkan air tambak yang bermasalah dan membuat udang mati. Dari air bermasalah itu, ia menemukan EMS, Myo, dan White Feces, atau feses udang berwarna putih, yang merupakan penyakit yang sering menyerang udang vaname Pacitan.

Semua air diteliti untuk mengetahui apa yang membuat air tidak sehat bagi udang. Dia menemukan masalah dan mencari cara untuk menyelesaikannya. Uji coba tersebut dilakukan tiga kali selama periode penyebaran benih. Dia mengawasi dengan cermat siklus atau penebaran benih dan mencatat setiap masalah. Paundra mengatakan, proses penelitian memerlukan biaya dan waktu yang tidak sedikit. Penelitian tersebut dilakukannya selama hampir setahun pada tahun 2021.

Suatu hari, saat masih melakukan penelitian, ia melepas 300.000 ekor benih ke enam kolam. Namun saat panen mereka hanya mendapat udang sebanyak 80 kg.

Permasalahan tersebut berhasil diselesaikan melalui berbagai penelitian yang kemudian diimplementasikan melalui konsep Internet of Things (IoT). Paundra mulai menerapkan konsep IoT di tambak udang vannamei pada awal tahun 2022. Ia mulai melakukan penaburan benih udang di tambak tersebut. Benih tersebut dibeli dengan sisa uang tabungannya. Ia mengawalinya dengan menyiapkan air dalam kondisi tertentu agar dapat tumbuh dengan sehat. Standar kualitas air ditegakkan secara efektif.

Kemudian kedalaman tangki yang disiapkan adalah 100 hingga 120 cm. Lalu ada 8 faktor faktor lainnya seperti salinitas, oksigen terlarut (DO), pH, nitrat, H2S, kejernihan air, dll. Semua itu harus diperhitungkan dan seimbang. Jika ada masakan yang tidak cocok maka akan mempengaruhi kesehatan udang. Paundra membutuhkan sistem yang dapat mempermudah tugasnya dalam mengontrol kondisi air kolam. Ini sedang membangun ekosistem berdasarkan IoT.

Dengan menggunakan perangkat, ia membuat aplikasi yang terhubung ke data tentang status air kolam. Data tambak dan udang dicatat secara detail di aplikasi, seperti kualitas air yang dibutuhkan, dll. Semua data dilacak dalam aplikasi. Ketika terjadi penurunan kualitas air, hal ini dapat segera diketahui. Maka tindakan bisa segera diambil.

Untuk memantau status kesehatan udang, Paudra menggunakan metode pengambilan sampel. Namun cara ini biasanya hanya digunakan pada kondisi tertentu saja. Ia mencontohkan, misalnya dalam sebuah kolam biasanya diberi pakan sebanyak 10 kg, kemudian pakan sebanyak 10 kg tersebut dimasukkan ke dalam alat khusus.

Setelah itu peralatan pakan akan dimasukkan ke dalam kolam. Jika udang sehat, makanan akan bertahan dari satu jam hingga satu setengah jam. Namun jika kondisi udang tidak sehat maka pemberian pakan tidak akan memenuhi tujuannya.

Menuju Pariwisata Berkelanjutan, Roadmap Dekarbonisasi Pariwisata di 5 DPSP Dikembangkan

Data yang dicatat secara rutin setiap hari melalui sistem akan menjadi pedoman langkah implementasi. Semua wawancara dijadwalkan. Meski ada masalah, pasti ada solusinya. Paundra mengatakan, sistem berbasis IoT yang dikembangkan juga dapat menjadwalkan waktu panen udang. Melalui aplikasi tersebut, dia bisa melihat berat udang di kolam. Biasanya panen sebagian awal dilakukan pada saat udang berumur 57 hari. Saat panen pertama, ia hanya mengambil 20% dari total volume kolam. Pada usia ini, ukuran udang sekitar 5,5 gram.

Paundra telah memenangkan beberapa penghargaan atas inovasi budidaya udang berbasis IoT. Salah satunya adalah SATU Indonesia Award 2022 bidang Teknologi 2. Melalui program budidaya udang ramah lingkungan berbasis teknologi yang dikembangkan sejak tahun 2018, Paundra memanfaatkan teknologi dengan mengembangkan Internet of Things untuk memantau kondisi tambak dan kualitas air. Ia juga telah mengembangkan aplikasi yang mencatat data dari Kolam 2.

Dalam upaya memperluas jaringan bisnisnya, Paundra juga telah bermitra dengan beberapa perusahaan besar seperti PT Astra International Tbk dan PT Bank Mandiri (Persero) Tbk 1. Kemitraan ini membantu Paundra memperoleh modal usaha dan memperluas jaringan pemasaran produknya. #kabarbaiksatuindonesia

Kilas Balik PKN: Bermula dari Kongres Kebudayaan Nasional, Berlanjut Hingga Kini


Referensi: https://jatim.solopos.com/kisah-paundra-rintis-budidaya-udang-berbasis-iot-lebih-cuan-ramah-lingkungan-1512408

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

AA
KO
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini