Tradisi Nyadran di Kota Santri

Tradisi Nyadran di Kota Santri
info gambar utama

#LombaArtikelPKN2023 #PekanKebudayaanNasional2023 #IndonesiaMelumbunguntuk Melambung

Jombang dikenal mendapat julukan sebagai pusat dari Kota Santri. Mengutip Mutu Manikam oleh Fivea La Vida (2018: 9), julukan ini disematkan karena Jombang memiliki banyak pondok pesantren yang tersebar di segala penjuru kota. Salah satu yang terkenal adalah Pondok Pesantren Tebu Ireng. Di salah satu desa di Jombang yakni Desa Keras, terdapat salah satu tradisi kebudayaan Jawa yang masih dilestarikan oleh masyarakat yakni Nyadran. Tradisi ini dilaksanakan oleh pemerintah Desa Keras bersama masyarakat setiap satu tahun sekali yakni pada bulan Suro (bulan Jawa). Yuk kawan GNFI simak cerita kebudayaan daerahku berikut!

Nyadran merupakan salah satu tradisi yang lekat dalam kehidupan masyarakat Jawa. Adapun kata ”nyadran” berasal dari bahasa Sanskerta yakni “Sraddha” yang berarti keyakinan. Dengan demikian, Nyadran dapat diartikan sebagi suatu tradisi mendoakan leluhur yang sudah meninggal. Tradisi Nyadran ini juga merupakan suatu bentuk akulturasi budaya Jawa dengan Islam. Seiring berjalannya waktu, tradisi ini menjadi “arena” seni budaya masyarakat. Hal ini lantaran dalam rangkaian kegiatan Nyadran juga menampilkan kesenian khas daerah tersebut.

Rangkaian Nyadran Desa Keras

Nyadran di Desa Keras diikuti oleh berbagai elemen dan lapisan masyarakat. Para warga Desa Keras terdiri dari enam dusun antara lain Dusun Keras, Dusun Kawur, Dusun Paritan, Dusun Buntel, Dusun Mejono dan Dusun Cikar. Peserta dari elemen warga masyarakat yang turut berpartisipasi yakni tokoh masyarakat dan tokoh agama, kader, pelajar SDN/MI, perangkat desa, RT/RW dan Linmas.

Situs Diduga Peninggalan Prasejarah Ditemukan di Lubuk Alung, Padang Pariaman

Di Desa Keras, rangkaian Nyadran diawali dengan kegiatan kirab budaya dengan mengelilingi dusun-dusun kemudian berakhir di “Punden Sentono Agung” yakni makam leluhur cikal bakal desa atau pembabat alas. Masyarakat pun berkumpul di Punden Sentono Agung. Kegiatan dilanjutkan dengan prosesi tabur bunga yang dilakukan oleh jajaran pemerintah desa dimulai dari kepala desa beserta aparatur desa lainnya secara bergantian.

Selanjutnya dilakukan pembacaan doa bersama dipimpin oleh tokoh agama dan tokoh masyarakat. Kegiatan Nyadran semakin semarak kala menjelang penutupan acara lantaran adanya purakan. Masyarakat desa setempat sangat antusias dalam acara tersebut. Terlebih dari setiap lingkup rukun warga dan dusun telah membawa berbagai hasil bumi berupa gunungan tumpeng berisikan bermacam jajanan, sayur dan buah-buahan. Purakan yakni makan bersama dalam jumlah porsi besar dan memakan dengan menggunakan tangan langsung. Makanan khas yang dibawa berupa makanan tradisional, nasi tumpeng dengan aneka lauk seperti ayam ingkung, sambal goreng ati, urap sayur dengan lauk rempah, perkedel, tempe dan tahu bacem, dan lain sebagainya.

Tradisi sebagai Pengikat Manusia Agar Selaras dengan Sesama, Alam dan Tuhan

Nyadran adalah tradisi kebudayaan Jawa yang erat dengan selamatan. Tradisi ini sebagai bentuk hubungan antara leluhur dengan sesama manusia dengan Tuhan. Adapun tujuan dari kegiatan Nyadran bagi masyarakat Desa Keras adalah bentuk ucapan syukur kepada Yang Maha Kuasa, melanjutkan perjuangan para leluhur, nenek moyang pembabat alas desa serta melestarikan warisan leluhur agar tidak punah.

Dengan Semangat Power Rangers, Kita Sambut Peringatan Hari Sumpah Pemuda 2023

Selain itu, masyarakat desa akan kompak dan guyub melalui adanya kegiatan tradisi di desa. Hal ini dikarenakan adanya pelaksanaan tradisi tidak hanya sekedar ziarah ke makam leluhur. Di dalam tradisi Nyadran juga terdapat nilai-nilai sosial seperti gotong royong, menjalin silaturahmi, ekonomi dan berbagi. Nyadran masih dilestarikan oleh masyarakat Jawa dengan ada perbedaan dalam proses pelaksanannya karena menyesuaikan kearifan lokal setempat. Di Desa Keras prosesi Nyadran juga turut menampilkan berbagai kesenian khas. Di antaranya adalah pertunjukan kesenian tradisional seperti tarian Klenting Wiring Kuning dan atraksi Pencak Silat Setia Hati.

Melalui Pekan Kebudayaan Nasional, mengajak kita untuk sejenak menilik bagaimana merawat bumi, pun merawat kebudayaan. Seperti halnya Nyadran sebagai salah satu tradisi kebudayaan Jawa, di Jombang Jawa Timur. Meski waktu terus bergerak maju, namun kebudayaan tetap harus lestari.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

HR
KO
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini