Pituah Kekolot dalam Upacara Adat Ngarot Desa Lelea Indramayu

Pituah Kekolot dalam Upacara Adat Ngarot Desa Lelea Indramayu
info gambar utama

#LombaArtikelPKN2023 #PekanKebudayaanNasional2023 #IndonesiaMelumbung untuk Melambung

Dalam ungkapan sejarah ngarot yang dibacakan, terdapat tiga inti dalam sejarah ngarot yang dipelopori oleh keinginan Ki Kapol sebagai pendiri ngarot yaitu ―siji, sawah Ki Kapol rubaka 26.100 m2 (Nem likur ewu satus meter persegi) dijadikun tanuh jang pranti blajar molah tani, anu mola na budak ngora cuene jung budak ngora bujang. Dua, lamun endak turun ke sawah Ki Kapol ngayakun pesta nyatu-nyatu jung nginung. Tolu, molah sawana eto rujung- rujung jung entu munang upah (durugan).

Artinya satu, sawah Ki Kapol yang luasnya 26.100 m2 dijadikan tanah untuk belajar kerja tani, yang kerjanya anak muda cuene dan anak muda bujang. Kedua, kalau ingin turun kesawah Ki Kapol mengadakan pesta makan-makan dan minum. Ketiga, kerja sawahnya itu gotong royong dan tidak dapat bayaran.

Pituah Kekolot Desa

―Mikirun Budak Engkena Kuma‘a

Senajan Boga Arta Kudu Tetep Usaha

Kur Ngora Ula Poya-Poya

Kamberan Kolota Ula Sengsara

-Jlema Laki Kerja Ewena Usa‘a

Neangan Pekaya Rukun Runtut

Aturan Agama Kudu Diturut

Slamet Didunya Jung Akherat

Arti pada bait pertama dalam pituah ini adalah memikirkan anak nantinya bagaimana, jikalau mempunyai harta harus tetap usaha, tidak boleh berfoya-foya, agar kelak tua tidak akan sengsara. Dalam pituah kekolot desa Lelea ini dapat dimaknai bahwa para kekolot desa sangat menyayangi para keturunannya agar masa-masa mudanya tetap berkehidupan yang berkecukupan, pituah ini mengajarkan para kaula mudanya, di sana dikatakan bahwa walaupun sudah memiliki harta namun tetap harus usaha dan tidak boleh menghamburkan hasil usahanya dengan berfoya-foya agar saatnya tua tidak akan sengsara.

Sedangkan dalam bait kedua artinya orang laki bekerja perempuan pun tetap usaha, mencari harta rukun damai, aturan di dalam agama tetap dipatuhi, semoga selamat di dunia maupun akhirat. Dalam pituah kekolot Desa Lelea pada bait kedua bermakna bahwa mereka tidak membanding-bandingkan antara laki- laki maupun perempuan karena mereka keduanya sama saja dan harus tetap usaha dan bekerja sehingga dengan begitu dalam rumah tangga tetap dalam keadaan rukun dan damai, walau begitu aturan-aturan agama juga tidak boleh ditinggalkan dan harus tetap dijalankan sehingga mereka berharap dapat selalu diberikan keselamatan baik di dunia maupun di akhirat.

Pituah Kekolot Desa Lelea ini mengandung nasihat untuk anak muda agar mereka mengisi masa mudanya dengan bekerja keras. Selain itu, tujuan Pituah ini juga untuk menyeragamkan dimulainya musim tanam sekaligus memberi komando bahwa tanam padi sudah dapat dimulai, untuk menanamkan rasa cinta bertani kepada pemuda Lelea, dan untuk meningkatkan rasa cinta pemuda terhadap desanya.

Amanat Kuwu Lelea

Amanat kuwu Lelea ini menjadi salah satu kegiatan acara inti dalam upacara adat ngarot yang harus ada, karena menurut Raidi selaku kuwu Lelea amanat ini menjadi sebuah kewajiban sebagai sebuah nasihat kepada seluruh masyarakat desa untuk tetap melestarikan adat serta selain itu juga sudah menjadi sebuah keharusan bagi para orang tua untuk memberikan sebuah wejangan kepada anak-anak (bujang-cuene) sebagai masa depan Desa Lelea dan ngarot bahkan kaum petani Lelea. Berikut amanat kuwu Lelea yang dibacakan oleh Raidi selaku kuwu Lelea:

Kutipan amanat yang pertama adalah "anu ke siji nyaeto bawa adat desa Lelea iu (ngarot) ngerupakun adat desa anu perlu dilestarikun, sebaba kami menta ke kabeh bujang jung cuene kon melu ngeramekun adat ngarot iu. Sebab pelestarian adat ngarot iu ngerupakun tanggung jawab masarakat desa Lelea, lain tanggung jawab pemerintah desa bae. Awas yuh kudu didengekun", (yang pertama yaitu bahwa adat Desa Lelea (ngarot) merupakan adat desa yang perlu untuk dilestarikan, oleh karena itu kami minta kepada semua bujang dan cuene suruh ikut dalam meramaikan adat ngarot ini. Karena pelestarian adat ngarot ini merupakan tanggung jawab masyarakat Desa Lelea bukan hanya tanggung jawab pemerintah desa saja. Awas yah harus didengarkan).

Kutipan amanat yang kedua adalah "anu ka dua khususa kanggo bujang jung cuene desa Lelea anu meluan dina acara adat ngarot iu, ulah ngarasa ngerakun sebab endak ke saa dui lamun lain kami-kami anu ngelestarikun hususa para kasinoman, terusa awas dina baasa lea na, adat istiadata jung adat-adat anu sejena nu aya di desa Lelea kudu dijaga rujung-rujung", (kedua khususnya bujang dan cuene yang mengikuti acara adat ngarot ini, tidak boleh merasa malu karena jika bukan para remaja-remaja (kasinoman) siapa lagi yang akan melestarikannya, kemudian bahasa leanya, adat-adat yang ada di Desa Lelea harus dijaga bersama-sama).

Kutipan amanat yang ketiga adalah "anu ke tolu bawa anu ngelaksanakun adat ngarot iu pemangku adata nyaeto kuwu lelea, anu kebeneran taun ayuna, kami masih dadi kuwu lelea, jadi minangka kewajiban aing jang mangku adat ngarot iu, jung adat ngarot eto entu munang lungit, sebab ki buyut Kapol enggus ngewarisun harta pekayana anu mangrupa sawah nu rubaka aya 26.100 m2 eto ukur kegiatan adat ngarot anu ayuna di garap kami minangka kuwu lea", (ketiga yang melaksanakan upacara adat ngarot ini dipimpin oleh kepala desa yaitu kuwu Lelea, yang pada tahun sekarang masih menjadi tanggung jawab kami.

Maka dari itu sudah menjadi kewajiban kita yang harus melaksanakan upacara adat ngarot ini dan jangan sampai hilang. Ini seperti dikatakan ki buyut Kapol sudah mewariskan harta warisan berupa sawah yang luasnya sekitar 26.100 m2 ini lahan yang ada untuk digarap kami sebagai kuwu Lelea).

Kutipan amanat yang keempat adalah "anu ke opat bawa pelaksanaan adat ngarot iu ngerupakun mimitina jlema tani molah sawah, ayu rerujungan mulai ngegarap sawah, mudah mudahan sawah anu digarap ku jlema desa lelea khususa, munang hasil nu bagus jung rea (ulah keterjang hama jung penyakit)", (keempat dalam pelaksanaan upacara adat ngarot ini merupakan awal petani mengolah sawahnya, ayo bersama-sama mengolah sawah semoga sawah yang digarap oleh masyarakat Desa Lelea hasilnya bagus dan tidak diganggu hama).

Dalam empat kutipan amanat yang diungkapkan Raidi menunjukan bahwa beliau ingin mengajak kepada seluruh masyarakat desa dan bujang- cuene Desa Lelea untuk bersama-sama melestarikan dan menjaga upacara adat ngarot, bahasa khas Lelea, adat-adat yang terselenggara di Desa Lelea serta mengajak untuk bersama-sama mengolah sawah. Karena sudah seharusnya sebagai masyarakat Desa Lelea untuk bertanggung jawab dengan itu semua.

Sumber:

  • Nurcahyo, Bagus dan Lukman Zaenudin. (2015). “Kajian Etnografi Komunikasi”
  • Hasil Wawancara Pribadi: Mei-Juni 2015, Desa Lelea Indramayu
  • Wawancara dengan Pak Somana (Ketua Adat), Mei 2015
  • Wawancara dengan Pak Raidi (Kuwu Lelea), Mei 2015
  • Wawancara dengan Pak Adi (Lebe), Mei 2015
  • Wawancara dengan Pak H Edy Iriana (Jurutulis Desa), Juni 2015

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

LZ
KO
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini