Menjawab Keresahan tentang Kecanduan HP pada Anak, Kampung Lali Gadget Membuat Aksi Nyata

Menjawab Keresahan tentang Kecanduan HP pada Anak, Kampung Lali Gadget Membuat Aksi Nyata
info gambar utama

Philips mengembangkan konsep tentang handphone pada tahun 1997 yang dikenalkan sebagai upaya awal “ponsel pintar” digital atau smartphone. Dinamai “The Sinergy” dan menjadi langkah awal dari ponsel yang dapat mengakses nirkabel ke internet, email, dan faks. Hingga saat itu, pembaruannya terus berkembang hingga saat ini dan kegunannya pun dapat membuka akses apa saja yang akan memudahkan manusia dalam perkembangan zaman.

Jadi, kalau pada zaman dulu telepon digunakan untuk berkomunikasi jarak jauh, maka fungsi gadget akan lebih dari pada itu. Kemudian, di masa sebelumnya penggunaan gadget paling banyak digunakan dalam mengakses kebutuhan-kebutuhan pekerjaan. Berbeda dengan sekarang yang keseharian manusia tidak terlepas dari gadget. Bukan hanya untuk urusan pekerjaan, melainkan segala hal.

Selain itu, pengguna gadget di zaman sebelumnya lebih terbatas, biasanya hanya pada orang-orang dewasa. Tidak seperti sekarang yang sangat bebas, semua kalangan dapat mengakses gadget, bukan orang tua saja, tapi anak-anak belum cukup umur seperti batita pun dapat mengaksesnya.

Terlepas dari keharusan manusia untuk mengikuti perkembangan zaman, faktanya gadget dominan membawa dampak negatif terutama pada anak-anak. Tidak hanya menyerang fisik, mentalitas anak juga terpengaruh dari gadget.

Sebenarnya, sudah ada banyak orang yang menyadari dampak negatif yang dialami oleh para anak. Namun, tidak semua orang tergerak untuk menangani masalah tersebut dengan aksi nyata.

Hingga pada 1 April 2018 diketahui ada seorang pemuda yang aware dengan masalah tersebut. Ia bernama Achmad Irfandi, asli dari Desa Pagerngumbuk, Kecamatan Wonoayu, Kabupaten Sidoarjo. Aksinya dimula pada kekhawatirannya terhadap kecanduan gadget yang dialami anak-anak. Meski pada kenyataannya, tidak ada kasus serupa di kampungnya. Namun, ia memang bertekad untuk mengantisipasi agar kecanduan gadget tidak “menyerang” di lingkungan tempat tinggalnya.

Aksi Irfandi diberi nama “Kampung Lali Gadget”. Fokus kegiatannya adalah mengadakan program konservasi budaya dengan permainan tradisional sebagai “tokoh utamanya”. Ternyata, hal tersebut cukup efektif untuk mengalihkan perhatian anak-anak dari gadget.

Kampung Lali Gadget merekrut para pemuda di Desa Pagerngumbuk dan kawan-kawan lain dari Sidoarjo. Kegiatan Kampung Lali Gadget dilakukan di dalam dan di luar desa. Ada pun pemuda-pemuda di sana bertugas sebagai perencana, fasilitator edukasi, serta pendamping.

Program yang mereka buat sangat bagus sekali karena mengikutsertakan edukasi budaya, kearifan lokal, olahraga, edukasi satwa, dan permainan tradisional. Dampaknya, tidak hanya mengurangi kecanduan gadget, program mereka juga membantu dalam pemberian edukasi kepada anak-anak tentang budaya dan kearifan lokal.

Sebagai tokoh penggerak, Irfandi berharap programnya bisa berkembang dan menjadi desa wisata atau desa jujugan orang tua yang ingin berwisata edukasi serta menghilangkan kecanduan gadget pada anaknya.

Tim Kampung Lali Gadget juga sangat berharap isu kecanduan gadget bisa diangkat secara nasional dan menjadi keprihatinan bersama sehingga setiap orang berusaha mengurangi dampak dari hal tersebut.

Mungkin, akan ada banyak orang yang menganggap program dari Kampung Lali Gadget adalah kegiatan yang sederhana sekali. Namun, yang menjadi pusat perhatiannya adalah inisiatif dari Irfandi selaku sang penggerak. Menjadi suatu kebanggan bagi Indonesia karena masih mempunyai pemuda dengan rasa kepedulian yang tinggi dengan masalah yang ada di sekitarnya.

Lagi pula, menjadi nilai tambah bagi Kampung Lali Gadget bila program mereka dijalankan secara konsisten. Sebab sebagai anak muda, bicara tanpa aksi nyata adalah kebohongan belaka. Meskipun demikian, mau bagaimanapun mereka tetap membutuhkan dukungan baik dari orang-orang di sekitar, hingga pemerintah.

Permasalahan yang diangkat Tim Lali Gadget tidak hanya didapati di desa mereka, melainkan seluruh Indonesia. Maka dari itu, bila mereka mendapat “perhatian lebih”, Tim Lali Gadget dapat menjadi contoh bagi para pemuda dari segala penjuru. Sehingga, hilangnya kecanduan gadget pada anak-anak akan terwujud.

#kabarbaiksatuindonesia

Referensi:

https://www.detik.com/edu/detikpedia/d-6563026/kapan-hp-pertama-ditemukan-dan-siapa-penciptanya#:~:text=Pada%20tahun%201997%2C%20Philips%20memperkenalkan,email%2C%20internet%2C%20dan%20faks.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

NS
KO
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini