Kamboja Diperkirakan Memimpin Pertumbuhan Ekonomi ASEAN di Tahun 2023 dan 2024, Kata IMF

Kamboja Diperkirakan Memimpin Pertumbuhan Ekonomi ASEAN di Tahun 2023 dan 2024, Kata IMF
info gambar utama

Kamboja diperkirakan akan mencapai pertumbuhan ekonomi sebesar 5,6% tahun ini dan 6,1% tahun depan, naik dari tingkat pertumbuhan 5,2% tahun lalu, menurut laporan Dana Moneter Internasional (IMF) terbaru yang dirilis hari Selasa (10/10).

Laporan ini disebutkan dalam World Economic Outlook terbaru IMF dan menunjukkan bahwa Kamboja berpotensi menjadi negara dengan pertumbuhan ekonomi tercepat di ASEAN selama dua tahun berturut-turut.

Di posisi kedua adalah Filipina, yang diperkirakan akan tumbuh sebesar 5,3% tahun ini dan 5,9% tahun depan.

Sementara itu, pertumbuhan ekonomi Indonesia diperkirakan sekitar 5,0% tahun ini dan tahun depan, sedangkan Vietnam diproyeksikan tumbuh 4,7% tahun ini dan 5,8% tahun depan.

Perekonomian Laos dan Malaysia juga diperkirakan akan tumbuh sebesar 4,0% tahun ini, dengan pertumbuhan yang tetap stabil di Laos dan naik menjadi 4,3% di Malaysia tahun depan.

Thailand diperkirakan akan tumbuh sebesar 2,7% tahun ini dan 3,2% tahun depan. Ekonomi Myanmar diperkirakan akan tumbuh sebesar 2,6% tahun ini dan tahun depan.

Dua negara lainnya dengan ekonomi terbesar di ASEAN, Singapura dan Brunei, diperkirakan akan berkinerja kurang baik. Ekonomi Singapura diperkirakan hanya akan tumbuh 1,0% tahun ini dan 2,1% tahun depan. Sementara itu, ekonomi Brunei diperkirakan akan mengalami kontraksi sebesar 0,8% sebelum rebound ke pertumbuhan 3,5% tahun depan.

Dalam laporan tersebut, IMF mengatakan bahwa pertumbuhan ekonomi global saat ini lambat dan tidak merata, dengan ketidakseimbangan global yang melebar. Namun, IMF juga menyoroti bahwa sejumlah negara berkembang telah menunjukkan ketahanan yang cukup baik, bahkan beberapa di antaranya memberikan kejutan positif.

Pertumbuhan Ekonomi di Kamboja: Apa Faktor Pendorongnya?

Menurut China Daily, peneliti Thong Mengdavid dari Asian Vision Institute di Phnom Penh mengatakan bahwa ada beberapa faktor yang mendorong pertumbuhan ekonomi Kamboja. Salah satunya adalah pemulihan sektor manufaktur yang berorientasi ekspor, terutama industri garmen, yang telah menjadi kontributor utama pertumbuhan ekonomi pasca pandemi.

Implementasi penuh dari Kemitraan Ekonomi Komprehensif Regional (RCEP) dan Perjanjian Perdagangan Bebas Kamboja-Tiongkok juga telah memberikan dampak positif. Hal ini memperkuat daya saing Kamboja, meningkatkan perdagangan regional, dan mendiversifikasi investasi di sektor pertanian.

Demikian pula, hasil ekspor Kamboja mencapai $16,94 miliar dalam sembilan bulan pertama tahun ini, meskipun ada penurunan 0,8% dari tahun lalu. Ekspor ke Cina meningkat 18,3% dari Januari hingga September.

Kemudian, dalam kerangka RCEP, Kamboja berhasil meningkatkan ekspornya ke negara-negara anggota lainnya menjadi $ 5,26 miliar dalam delapan bulan pertama tahun ini, meningkat 22% dari tahun lalu. Informasi ini berdasarkan laporan dari Kementerian Perdagangan.

Faktor-faktor lain yang berkontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi termasuk peningkatan kedatangan wisatawan internasional dan administrasi pendapatan pemerintah yang efisien dan manajemen keuangan yang efektif.

Source:Khmer Times | China Daily

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Diandra Paramitha lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Diandra Paramitha.

Terima kasih telah membaca sampai di sini