Hirka, Sepatu Kulit Ceker Ayam Mendunia yang Menyuarakan Isu Lingkungan

Hirka, Sepatu Kulit Ceker Ayam Mendunia yang Menyuarakan Isu Lingkungan
info gambar utama

Siapa yang menduga jika sepatu bisa terbuat dari kulit ceker ayam? Bahan yang biasanya hanya bisa dijumpai di meja makan kita. Kisah ini datang dari seorang pemuda kelahiran tahun 1995 yang dikenal dengan sapaan Nurman.

Nurman Farieka, pertama kali melakukan riset untuk brand sepatunya, Hirka, pada tahun 2015 setelah melihat penelitian ayahnya yang berusaha mengembangkan kulit ceker ayam sebagai raw material saat berkuliah di Politeknik Akademi Teknologi Kulit Yogyakarta.

Perjalanannya dalam membentuk formula kulit ceker ayam menjadi sebuah produk sepatu menempuh berbagai macam proses dan membutuhkan waktu hingga 4 tahun.

Kulit Ceker Ayam Sebagai Nilai Sepatu dalam Kampanye Isu Lingkungan

Melihat kompetisi pasar yang ketat, Nurman merasa perlu memberikan nilai yang berbeda dan unik dari brand sepatu kompetitor lainnya. Dengan berbekal penelitian dari sang ayah, Nurman berhasil mencetuskan ide kulit ceker ayam sebagai alternatif pengganti kulit hewan eksotis yang kerap kali diburu secara ilegal untuk dieksploitasi sebagai bahan aksesoris fashion.

Peraih penghargaan Semangat Astra Terpadu Untuk (SATU) Indonesia Award itu melihat adanya kemiripan antara tekstur kulit ceker ayam dengan kulit ular dan buaya.

Nurman menyebutkan bahwa Indonesia merupakan salah satu eksportir terbesar reptil ke puluhan negara di dunia. Laporan Badan Pusat Statistik (BPS) dalam Katadata Media Network menunjukkan bahwa sepanjang Januari-November 2022, Indonesia mengekspor reptil dengan berat total 171,2 ton dan nilai ekspor USD 2,61 juta.

Indonesia banyak mengirim reptil ke Jepang, Singapura, Korea Selatan, Ceko, Taiwan, Jerman, Hong Kong, Prancis, Uni Emirat Arab, dan Amerika Serikat.

Meskipun penangkapan reptil untuk ekspor merupakan bagian dari pemberantasan hama, perdagangan reptil tetap harus dilakukan dengan pengawasan yang menyeluruh agar tidak menimbulkan dampak buruk bagi ekosistem.

Dalam laporan riset Perdagangan Reptil Indonesia di Pasar Internasional (2003), populasi beberapa jenis ular, biawak, dan buaya mengalami penurunan, terutama akibat dari kerusakan habitat dan tingginya angka penangkapan.

Dengan semangat menjaga ekosistem di Indonesia, Nurman mengenalkan sepatunya dengan kampanye #KisaHirka yang menggaungkan pentingnya pelestarian lingkungan terkhusus untuk reptil.

Respon Pro dan Kontra Sepatu Kulit Ceker Ayam

Nurman mengaku banyak mendapatkan berbagai respon dari orang-orang di sekitarnya begitu mendengar material yang digunakan untuk Hirka.

"Banyak orang-orang di lingkungan sekitar atau dari keluarga dan teman-teman yang bilang ini ngga ada possibility untuk market. Terdengar gila untuk memulai ide yang saat itu kita kemukakan," ungkap Nurman dalam talkshow Good Movement oleh GNFI.

Selama perjalanan 4 tahun pengembangan riset, kerap timbul keraguan dan kekhawatiran dalam dirinya seperti yang dikatakan oleh orang-orang. Namun, berkat kegigihannya, Nurman berhasil melewati seluruh proses dengan baik dan terciptalah mahakarya sepatu kulit ceker ayam yang bisa kita gunakan saat ini.

Setelah perilisan produk pertamanya, berbagai respon berdatangan dari yang negatif hingga positif. Respon negatif yang didapatkannya seputar beberapa customer yang merasa jijik dengan bahan kulit ceker ayam dan mengeluhkan harga produk.

Hal ini dikarenakan produk yang pertama kali dirilis adalah produk wanita. Nurman merespon hal tersebut dengan berusaha memperluas pasar tidak hanya menyasar kepada wanita saja, tetapi juga kepada pria.

Di sisi lain, berbagai respon positif juga disambut baik oleh Nurman. Hirka banyak diapresiasi oleh warga internasional dan banyak diliput oleh media ternama seperti New York Post, Reuters, dll.

Berawal dari mengenalkan Hirka di pameran dalam negeri hingga ia dapat mengikuti pameran berskala internasional yang banyak membantu brand awareness dan penjualan Hirka ke pasar mancanegara.

Visi, Motivasi, dan Mindset Nurman Untuk Hirka

Nurman memiliki visi yang jelas untuk Hirka di masa mendatang. Ia akan mencoba penetrasi pasar yang lebih luas dengan membawa impresi Hirka sebagai brand mahal atau luxury brand. Nurman mengatakan bahwa tahun depan, Hirka berencana untuk mengeluarkan produk yang seasonal dan dipamerkan di pameran solo sebagai mahakarya.

Dalam perjalanannya dengan Hirka, Nurman banyak mengalami proses naik turun. Namun, dia berhasil mengatasi masa-masa ragu yang timbul selama proses pembuatan Hirka, salah satunya dengan bergabung bersama Semangat Astra Terpadu Untuk (SATU) Indonesia Award.

"Ketika bertemu beberapa temen daerah, punya semangat yang luar biasa dalam menyampaikan aspirasi dan merealisasi idenya sehingga bisa diterima oleh banyak kalangan manfaatnya. Akhirnya semangat kembali muncul," ujar pemilik brand Hirka itu.

Menurutnya, penting bagi kita untuk membentuk ekosistem dan support system yang bisa menjadi bahan bakar untuk terus melanjutkan visi. Nurman percaya bahwa proses itu harus dilewati oleh setiap manusia, tak terkecuali dalam bisnis.

Ibarat anak tangga yang harus dilewati antara satu anak tangga ke anak tangga yang lain. Dalam setiap prosesnya, pasti akan mendapatkan sesuatu yang menumbuhkan banyak faktor dan membuka wawasan kita.

#kabarbaiksatuindonesia

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

NI
KO
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini