Mereboisasi Budaya 5S (Senyum, Salam, Sapa, Sopan dan Santun) di Sekolah

Mereboisasi Budaya 5S (Senyum, Salam, Sapa, Sopan dan Santun) di Sekolah
info gambar utama

#LombaArtikelPKN2023 #PekanKebudayaanNasional2023 #IndonesiaMelumbungUntukMelambung

Negara indonesia dikenal sebagai negara dengan masyarakat yang berbudaya ramah tamah. Budaya masyarakat Indonesia dalam melontarkan senyum dan sapa setiap bertemu seseorang terlebih lagi dengan orang yang lebih tua, menandakan betapa sopan dan santun nya warga Indonesia.

Hal ini pun diakui di dunia semenjak zaman dahulu. Namun, nilai-nilai budaya tersebut saat ini mulai tergerus dan mengalami penurunan dalam keseharian kehidupan bermasyarakat seiring bertumbuhnya era globalisasi yang diiringi perkembangan teknologi dan media sosial yang mengikat kehidupan setiap individu. Globalisasi dalam kehidupan bermasyarakat tentunya berdampak positif, termasuk perkembangan teknologi, transportasi, ekonomi dan sosial.

Namun, seperti dua sisi koin, selain berdampak positif globalisasi menyebabkan berbagai masalah budaya. Salah satunya adalah melemahnya rasa cinta terhadap budaya sendiri dan meninggalkan nilai-nilai budaya yang selama ini ada dalam kehidupan dan menurunnya budaya 5S yaitu senyum,salam,sapa,sopan santun.

Dewasa ini sering kita dapati sikap dan perilaku generasi muda terutama dikalangan pelajar yang menurun drastis dalam bersikap terhadap sesama dan orang yang lebih tua. Tutur kata yang diucapkan kurang mencerminkan tata krama Indonesia yang sopan dan santun karena acap kali dicap kurang modern dan terlalu kaku, padahal hal tersebut merupakan karakter penting yang dibutuhkan dalam kehidupan bermasyarakat.

Selain itu acap kali terjadi perselisihan karena prasangka atau tutur kata yang dianggap tidak menyenangkan sehingga mengakibatkan perkelahian bahkan kasus yang paling berat terjadinya tindakan kriminal yang berkaitan dengan pelanggaran hukum.

Budaya 5s bukan hanya merupakan identitas yang melekat pada masyarakat bangsa Indonesia akan tetapi juga sebagai pondasi awal pembentukan karakter dan budi pekerti sebagai seorang manusia yang berakhlak dan beradab.

Berdasarkan hal tersebut, budaya 5S adalah salah satu budaya yang mampu diterapkan untuk semua kalangan. Salam yang semestinya dilakukan saat bertemu seseorang, sapadengan menegur ramah kepada lawan bicara, senyum yang seharusnya dilontarkan, dan sopan santun sikap yang semestinya dilakukan.

Mengimplementasikan budaya 5S ini membantu pembentukan pendidikan karakter menjadi lebih baik. Mengingat karakter bangsa terutama karakter para pemuda adalah pengaruh yang penting dalam kualitas SDM, dikarenakan kualitas karakter yang baik menentukan kemajuan suatu bangsa itu sendiri.

Diharapkan dengan diterapkannya budaya 5S kembali mampu memberikan dampak perubahan yang baik kepada penerus bangsa untuk menjadi berkualitas di setiap tindakan dan tidak lupa menghidupkan ciri khas dari masyarakat Indonesia yang dikenal ramah tamah warganya.

Penerapan budaya baik dilakukan sejak dini agar tertanam kuat sebagai karakter luhur sebagai seorang manusia. Seyogyanya Pendidikan karakter dan budi pekerti harus diterapkan pada setiap anak sejak dini.

Pada anak usia sekolah dasar harus dilatih dan diajarkan bagaimana pentingnya penanaman pendidikan karakter dan budi pekerti, karena pada anak usia sekolah dasar merupakan pondasi awal anak untuk tumbuh dan berkembang menjadi insan yang berakhlak dan mempunyai kecerdasan bukan hanya akademik saja melainkan juga kecerdasan emosionalnya.

Melalui pendidikan karakter dan budi pekerti sejak usia dini diharapkan siswa dapat menempatkan diri kepada siapa dan dimana mereka berada, serta mampu menghargai dan berperilaku dengan orang lain secara baik dalam kehidupan bermasyarakat kelak di masa depan.

Menurut Ramli (308: 2003) Budaya sekolah merupakan pandangan hidup yang diakui oleh sekelompok masyarakat sekolah yang mencakup cara berpikir, perilaku, sikap yang tercermin baik dalam wujud fisik maupun abstrak, terutama yang berkaitan dengan kompetensi lulusan.

Maka dari itu sekolah berperan penting dalam penanaman karakter dan budaya yang menjunjung penguatan identitas bangsa.

Melalui sudut pandang sebagai seorang guru SD, saya telah mengupayakan kegiatan yang membangun karakter baik berupa budaya 5s. Budaya 5s dilakukan melalui kegiatan kesepakatan kelas. Langkah awal guru memberikan sosialisasi pentingnya pembiasaan budaya 5s bagi siswa.

Budaya 5s yang telah menjadi karakter baik akan berperan membimbing mereka terjun dalam kehidupan bermasyarakat sebagai orang tua, anggota masyarakat atau bertanggung jawab atas sebuah profesi di masa depan kelak.

Langkah berikutnya, siswa diberi kesempatan mengemukakan pendapat mengenai penerapan budaya 5s. Setelah itu, murid secara mandiri menyusun kegiatan apa saja yang dapat meningkatkan penanaman karakter budaya 5s di dalam kelas. Kemudian, langkah terakhir guru bersama siswa menandatangani kesepakatan kelas tersebut berupa penghargaan dan konsekuensi dari penerapan budaya 5s di kelas.

Setiap hari guru dan siswa menerapkan dan saling menguatkan pembiasaan karakter budaya 5s dan memberi afirmasi positif pada usaha setiap yang telah dilakukan.

Maka diharapkan dengan adanya kegiatan kesepakatan kelas di sekolah dasar dapat mereboisasi budaya 5s yang sudah terlanjur tergerus melalui penanaman budaya tersebut melalui benih-benih muda sejak usia dini.

Penanaman budaya ini pun tentunya tidak dapat dipangku oleh guru dan pihak sekolah sendirian, perlu adanya keterlibatan orang tua, keluarga dan lingkungan masyarakat agar benih karakter baik yang sudah ditanam di lingkungan sekolah dapat bertumbuh dan berkembang sehingga dapat memberikan dampak secara individu bagi siswa dan dampak bagi kehidupan bermasyarakat.

Kutipan:

Ramli, T. 2003. Pendidikan Karakter. Bandung: Aksara.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

SA
KO
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini