Baksa Kembang: Tari Tradisional Klasik dari Kalimantan Selatan

Baksa Kembang: Tari Tradisional Klasik dari Kalimantan Selatan
info gambar utama

#LombaArtikelPKN2023 #PekanKebudayaanNasional2023 #IndonesiaMelumbunguntukMelambung

Kawan GNFI pernah mendengar Tari Baksa Kembang sebelumnya?

Tari Baksa Kembang merupakan tarian tradisional klasik yang berasal dari Kalimantan Selatan yang dimana tarian ini dipertunjukkan untuk menyambut tamu kehormatan yang datang di bumi Lambung Mangkurat atau Kalimantan Selatan. Baksa Kembang sendiri bukan hanya sekedar nama saja, melainkan ini berdasarkan dari properti yang digunakan dalam tarian ini yaitu menggunakan rangkaian kembang yang dikenal sebagai Bogam.

Mau tahu lebih lanjut tentang tari Baksa Kembang? Yuk, simak artikel ini!

Asal Muasal Tari Baksa Kembang

Tari Baksa Kembang berkaitan dengan kerajaan yang ada pada periode Hindu-Buddha di abad ke-15. Tarian Baksa Kembang ini merupakan tari klasik Banjar yang notabenenya merupakan budaya Keraton Banjar dengan gaya Majapahit-an. Karena jika ditinjau dari gerakan dan iringan musiknya yang juga menggunakan gamelan Banjar ini merupakan warisan dari budaya Hindu yang mana kerajaan-kerajaan Hindu dahulunya membawa kebudayaan mereka masuk ke Kalimantan Selatan.

Salah satu kota di Kalimantan Selatan, Amuntai bisa dikatakan menjadi saksi bahwa budaya Hindu-Buddha masuk ke Kalimantan Selatan. Di Amuntai, banyak sisa-sisa peninggalan situs dari Kerajaan Negara Dipa yang dimana menjadi tempat asal-muasal tarian-tarian klasik Banjar gaya Majapahit-an. Dan kemudian turun ke Kerajaan Daha sampai akhirnya turun ke Kesultanan Banjar.

Masuknya budaya Islam ke Kalimantan Selatan yang oleh Kesultanan Banjar, tidak membuat kebudayaan Hindu-Buddha serta merta langsung hilang. Akulturasi budaya bisa bertoleransi di Kalimantan Selatan sehingga tari Baksa Kembang bisa bertahan sampai sekarang walaupun dikeliling oleh mayoritas Muslim.

Ada punyang menginformasikan bahwa asal muasal cerita tari ini dipetik dari kisah kasih antara Putri Kahuripan dan pangeran Surya Gangga Wangsa dari kerajaan negara Dipa itu. Putri Kuripan tersebut mempersembahkan setangkai bunga teratai kepada Pangeran Surya dengan mempersembahkan bunga teratai merah untuk diberikan dan teratai putih tetap dipegang. Dalam filosofi Hindu, bunga teratai putih melambangkan kesucian, kedamaian, kemakmuran, kebahagiaan, kemurniaan batin atau pengabdian. Sedangkan bunga teratai merah melambangkan kasih sayang.

Variasi Tari Baksa Kembang

Mulai sedari jaman Kerajaan hingga kini, tarian Baksa Kembang dipertunjukkan untuk menyambut tamu kehormatan. Bedanya dahulu kala ditarikan oleh putri-putri kerajaan untuk menyambut tamu-tamu agung atau kerabat yang datang ke kerajaan maupun kesultanan. Seiring berjalannya waktu, tarian ini kini ditunjukan untuk menyambut tamu kehormatan yang datang ke Kalimantan Selatan bahkan tidak jarang bisa ditemui di acara pernikahan.

Karena runtuhnya kerajaan ataupun kesultanan yang ada di Kalimantan Selatan, sehingga tersebarnya orang-orang keraton di seluruh penjuru Kalimantan Selatan yang kemudian mencoba mengembangkan tari ini di tempat di mana mereka bermukim dan hal ini menjadikan banyaknya tercipta versi dalam tari Baksa Kembang.

Versi dalam tari Baksa Kembang terbagi menjadi beberapa ragam variasi seperti Lagureh, Kijik, Tapung Tali, dan Jumanang. Kemudian dari beberagam ini diadakan pembakuan pada tahun 90-an yang dilaksanakan oleh Taman Budaya Kalimantan Selatan dengan mengumpulkan para pelatih Tari Baksa Kembang yang ada di Kalimantan Selatan untuk melakukan kesepakatan dan akhirnya membakukan gerakan tari Baksa Kembang se-kabupaten/kota se-Kalimantan Selatan. Namun walaupun beragam, variasi tersebut masih menarikan tarian yang terdahulu tanpa meninggalkan gerakan inti atau pola lantai tari Baksa Kembang.

Keunikan Tari Baksa Kembang

Setiap tari tradisional selalu memiliki kesan keunikan tersindiri, begitupun tari Baksa Kembang ini. Keunikan dari Baksa Kembang sendiri dapat dilihat dari properti yang digunakan penari yaitu karangan bunga yang dironce dari bunga mawar, melati, kantil sehingga menjadi Bogam yang dipegang dan dibawa oleh sang penari. Karena tari ini seringnya dipertunjukkan untuk menyambut tamu yang datang ke bumi Lambung Mangkurat, maka Bogam yang memiliki banyak makna dan filosofi mengagumkan tersebut yang akan diberikan kepada tamu kehormatan sebagai tanda persembahan.

Karena Baksa Kembang ini merupakan tarian penyambutan, maka dari segi pembawaan penari Baksa Kembang ini pun selaras dengan penggambaran seorang penari putri-putri keraton yang cantik yang anggun sehingga dalam membawakan tarian ini pun sang penari harus menunjukkan penghayatan yang baik dalam kelembutan, keramahan, dan keagungan sebagai bentuk tata krama yang ditunjukkan kepada tamu kehormatan.

Baksa Kembang termasuk dalam tarian sakral. Sakral yang dimaksud disini bukan dalam istilah ritus-ritus atau adanya sebuah ritual tertentu. Akan tetapi, ada sebuah kehikmatan dalam membawakan tari ini dan hal itu yang menjadikan menari Baksa Kembang ini tidak hanya sekedar bergerak kemudian diiringi musik gamelan saja, tapi sang penari harus benar-benar bisa khikmat membawakan tari ini karena ada banyak simbol-simbol yang dibawakan dalam tari ini yang sifatnya mengagumkan. Menunjukan rasa suka cita bahagia karena mempersembahkan yang terbaik kepada tamu yang dimana tamu tersebut dianggap seperti raja.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

RY
KO
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini