Kisah Inspiratif Ichsan Rusydi menjadi Pelopor Rumah Tiram di Desa Alue Naga

Kisah Inspiratif Ichsan Rusydi menjadi Pelopor Rumah Tiram di Desa Alue Naga
info gambar utama

Desa Alue Naga merupakan salah satu desa di Kota Banda Aceh yang terkena dampak dari Tsunami Aceh pada tahun 2004 lalu. Saat ini, Desa Alue Naga telah mengalami pemulihan setelah beberapa tahun dari dampak tsunami. Sebagai salah satu daerah penghasil tiram terbaik di Aceh, masyarakat di desa tersebut pada umumnya baik laki-laki maupun perempuan berprofesi sebagai nelayan.

Karena jarak pemukiman Desa Alue Naga dekat dengan permukaan laut, banyak masyarakat disana melakukan panen tiram secara manual, dengan cara menyelam dan menghabiskan berendam di air hingga berjam jam.

Ichsan Rusydi yang merupakan dosen Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan Universitas Syiah Kuala (Unsyiah) merancang teknologi sederhana yang efisien dapat memudahkan nelayan dalam melakukan budidaya tiram. Dengan adanya teknologi ini, para nelayan tidak perlu lagi menghabiskan waktu berendam berjam jam dibawah sinar matahari.

Ide teknologi yang dirancang Ichsan Rusydi pada tahun 2015, awalnya dibantu oleh tim peneliti dari Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan Unsyiah dan mahasiswanya. Melalui riset dan penelitian untuk dapat membantu masyarakat atau nelayan di Desa Alue Naga, akhirnya memiliki cara yang mudah dan mendapat hasil panen tiram lebih banyak melalui terciptanya Rumah Tiram.

Rumah Tiram adalah teknologi sederhana yang terdiri dari pipa dan pondasi beton serta keranjang di dalamnya. Kemudian menggunakan ban bekas mobil sebagai tempat berkembang biak dan menjadi sarangnya tiram. Hanya dalam beberapa hari, tiram dapat dipanen secara berkelanjutan. Jumlah tiram yang melimpah dapat diambil dari rumah tiram tanpa perlu mencarinya.

Pembuatan Rumah Tiram ini didasari oleh pertimbangan kemanusiaan dan Kesehatan, terutama untuk konsumen. Dengan terciptanya teknologi ini, tiram yang dihasilkan bebas dari logam berat karena metodenya berfokus pada budidaya di permukaan air.

Untuk melaksanakan program pembuatan Rumah Tiram, Ichsan dan timnya meminta bantuan oleh Lembaga Pengembangan Sumber Daya Manusia (LPSDM) Aceh untuk mendanai program pemberdayaan masyarakat Desa Alue Naga.

Selanjutnya, pada tahun 2016, para mahasiswa Unsyiah yang terlibat dalam program ini menceritakan inspirasi mereka tentang rumah tiram dan mendaftar dalam Lomba Semangat Astra Terpadu (SATU) atau SATU Indonesia Award (SIA). Lomba ini diselenggarakan oleh PT. Astra untuk memberi penghargaan kepada para pemuda dan pemudi yang inspiratif dari seluruh Indonesia dengan batasan usia maksimal 35 tahun.

Tidak disangka, program Rumah Tiram terpilih menjadi enam besar dan menang penghargaan di SATU Indonesia Awards 2016. Agar penghargaan itu tidak berhenti untuk dirinya sendiri, Ichsan menerima tawaran PT. Astra menjadikan konsep Kampung Berseri Astra (KBA) untuk coba diwujudkannya di Desa Alue Naga. Ide untuk membawa KBA ke Desa Alue Naga muncul karena, dia merasa ada aspek lain yang sama pentingnya untuk terus dijalankan setelah menerima penghargaan.

Dalam membangun Kampung Berseri Astra (KBA) di Desa Alue Naga, Universitas Syiah Kuala bekerja sama dengan PT. Astra International Tbk. Kerja sama ini ditandatangani oleh Dekan Fakultas Kelautan dan Perikanan Unsyiah Prof. Adlim, M.Sc dan Manajer Astra Riza Daliansyah, yang disaksikan oleh Walikota Banda Aceh H. Aminullah Usman SE. Ak, MM dan Wakil Rektor III Unsyiah Dr.Ir. Alfiansyah Yulianur BC di Masjid Al Munawarah, Alue Naga.

Pada Kerjasama ini, PT. Astra International Tbk meluncurkan program Corporate Social Responsibility (CSR) di Desa Alue Naga pada September 2017. Sebagai Ketua Panitia, Ichsan Rusydi menjelaskan dalam program KBA ini focus pada empat pilar CSR yang perlu ditingkatkan, yaitu: Pendidikan, lingkungan hidup, Kesehatan, dan kewirausahaan. Program CSR yang telah dilaksanakan di antaranya; pengembangan PAUD standar, festival anak sholeh, penghijauan lingkungan, pelatihan kader lingkungan, berpartisipasi lomba Go Green Kota Banda Aceh.

Meskipun mendapat pembinaan dan bimbingan, Ichsan mengungkapkan bahwa ia sendiri menghadapi beberapa kesulitan awalnya saat berusaha meyakinkan masyarakat Desa Alue Naga untuk bergabung dalam program tersebut. Apalagi, pendampingan dalam semua Program KBA tidak melibatkan pemberian uang, melainkan berfokus pada memberdayakan nelayan dan keluarganya melalui pelatihan.

Langkah pertama yang diambil oleh Ichsan Rusydi dalam meyakinkan masyarakat adalah mengatasi persoalan utama di kalangan anak-anak, yang merupakan pendidikan. Dengan memastikan pemenuhan kebutuhan pendidikan anak-anak, beban orang tua dapat terbantu. Ketika setiap semester baru dimulai, orang tua tidak lagi menghadapi kesulitan dalam membeli perlengkapan sekolah anak-anak mereka. Melalui program beasiswa ini, banyak anak yang dapat melanjutkan pendidikan mereka tanpa putus sekolah.

Selain meningkatkan Pendidikan anak-anak di Desa Alue Naga, dalam program ini dapat meningkatkan penghasilan pendapatan ekonomi para nelayan tiram melalui program kewirausahaan. Tiram tidak hanya dijual siap panen, tetapi juga dijual berbagai produk olahan dari tiram. Seperti, kerupuk tiram, nugget, dan kaki naga.

Pertumbuhan dari program CSR PT. Astra dan Ichsan Rusydi sebagai pelopor yang mengubah budaya panen tiram jadi budidaya tiram di KBA memajukan Desa Alue Naga hingga sampai sekarang.

#kabarbaiksatuindonesia

Sumber:

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

CA
KO
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini