Desa Celong, Desa Kecil di Kepulauan Kangean

Desa Celong, Desa Kecil di Kepulauan Kangean
info gambar utama

Desa Celong merupakan desa kecil yang berada di Pulau Kangean. Kangean secara administratif merupakan bagian dari Kabupaten Sumenep, Provinsi Jawa Timur. Desa ini memiliki sumber daya laut yang melimpah. Letaknya yang berada di pesisir pantai membuat menu makanan yang biasa dihidangkan di sana adalah berbahan dasar laut.

Desa ini merupakan desa kecil yang mungkin banyak dari masyarakat Indonesia belum mengetahuinya. Aksesnya yang sulit membuat orang menjadi malas berkunjung. Jalanan aspal masih sedikit, kebanyakan berbatu, dan bergeronjal. Selain itu, hal lain yang membuat Desa Celong terasa masih sedikit terbelakang ialah sulitnya akses internet di sana. Perlu usaha luar biasa yang dilakukan warga lokal Desa Celong agar bisa merasakan jaringan internet dan telekomunikasi yang memadai.

Seolah belum terlalu dilihat oleh pemerintah, warga Desa Celong baru dapat menikmati listrik kurang lebih dua tahun yang lalu. Perihal jalan pun demikian, jalanan dengan kondisi yang tidak layak baru saja hadir belum lama. Warga desa bergotong royong membabat hutan untuk dijadikan jalan. Hal ini dilakukan agar mobilisasi warga lebih mudah dilakukan. Warga menjadi lebih cepat untuk berkunjung dari Desa Celong menuju desa lain di Kangean, tidak lagi ketika bepergian harus menunggu cuaca bagus agar dapat melewati laut.

Sebelum adanya jalan yang dibuat oleh warga lokal Desa Celong, warga biasanya harus menyebrang laut untuk dapat pergi ke tempat lain. Hal ini tentunya membuat susah warga apabila ada hal genting seperti orang sakit, melahirkan, dll. Banyak nyawa melayang akibat kejadian ini.

Seklumit kenyataan pahit di atas merupakan pembukaan apik yang harusnya dapat membuka mata pemerintah bahwa masih ada sekelompok masyarakatnya yang sangat membutuhkan perhatian. Warga lokal Desa Celong tidak lapar akan makanan, makanan di sana melimpah ruah. Namun akses jalan dan akses komunikasi adalah yang mereka idam-idamkan.

Memiliki tempat bak surga yang indahnya tidak kalah dari tempat-tempat wisata di Bali maupun Lombok seakan tidak ada artinya. Siapa yang akan berkunjung ke tempat dengan akses jalanan yang sangat sulit untuk dilalui? Jalan ibarat kunci utama dalam suatu kemajuan. Segala hal dapat berkembang dan saling tersalurkan dengan jalan.

Desa Celong tidak hanya memiliki keindahan alam yang menawan dengan pantai-pantainya namun juga budayanya. Desa Celong merupakan saksi bisu pendaratan masyarakat Bugis yang melarikan diri dari Makassar zaman dahulu kala. Zaman dimana penjajahan menguasai berbagai tempat di Indonesia. Maka dari itu, banyak juga ditemukan keturunan Bugis di Kangean, khususnya Desa Celong. Budaya-budaya Bugis semakin membaur dengan Budaya Kangean. Begitu pula masyarakatnya, banyak orang-orang dari Makassar yang akhirnya menikah dengan orang Celong dan memiliki keturunan di sana.

Namun, hal yang sangat disayangkan adalah banyak keturunan campuran Celong dengan Bugis maupun Bugis dengan Bugis yang sudah tidak bisa berbahasa Bugis. Para keturunan tersebut mengaku bahwa orang tua serta sesepuhnya sudah tidak lagi mengajarkan bahasa tersebut kepada mereka. Bahasa Bugis akhirnya hilang dengan sendirinya, dapat dihitung hanya beberapa sesepuh yang dapat menggunakan bahasa tersebut dalam keseharian.

Selain itu, rumah-rumah adat khas Bugis juga sudah sangat sedikit ditemukan. Rasanya sangat perlu ada sosok-sosok yang peduli pada kebudayaan yang harusnya dilestarikan. Hal tersebut dapat menambah keunikan apabila nanti Desa Celong lebih dikenal banyak orang. Mereka tidak hanya bermain untuk menikmati keindahan alam namun juga belajar budaya.

Budaya lain dari Desa Celong adalah Karapan Kerbau. Kerbau diadu untuk dilihat siapa yang paling cepat larinya. Dalam Karapan Kerbau ada lelaki yang bertugas untuk memacu agar kerbau dapat berlari kencang. Hal lain yang dapat ditemukan di Celong adalah pernikahan di sana dilakukan dengan memepersembahkan budaya ludruk. Ini dilakukan tidak lain agar pengantin senang namun juga agar warga lokal dapat menjadikan pernikahan sebagai sarana tontonan budaya. Semua orang senang, bersuka cita, dan budaya menjadi tidak terlupakan.

Dunia, khususnya Indonesia harus melihat Celong lebih dekat. Mari kita kenalkan budaya dan keindahannya kepada semua. Mari kita buat warga lokal di sana merdeka terhadap akses jalan dan jaringan yang mereka rasa. Dekatkan Celong dengan dunia luar agar semakin terkenal.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

RS
KO
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini