Berkunjung ke RSST, Rumah Sakit yang Diusung Jadi Cagar Budaya di Klaten

Berkunjung ke RSST, Rumah Sakit yang Diusung Jadi Cagar Budaya di Klaten
info gambar utama

Pihak RSUP Dr Soeradji Tirtonegoro (RSST) Klaten mengusulkan beberapa bangunannya jadi cagar budaya. Dikatakan bangunan-bangunan tersebut merupakan peninggalan masa kolonialisme Belanda di Indonesia.

Dinukil dari Detik, RSUP Dr Soeradji Tirtonegoro atau yang sering disebut RSUP Tegalyoso terletak di tepi jalan Dr Soeradji Tirtonegoro, Desa Tegalyoso, Kecamatan Klaten Selatan, Klaten, Jawa Tengah.

RS yang berjarak sekitar 150 meter dari perkantoran Pemkab Klaten ini mayoritas bangunanya sudah modern. Tetapi rumah sakit milik pemerintah pusat ini masih terselip beberapa bangunan kuno.

Rumah Sakit Tertua di Indonesia

Bangunan-bangunan kuno bergaya arsitektur Eropa awal abad ke 19 itu bisa ditemukan di bagian depan. Sebuah gapura pintu masuk terbuat dari tatanan batu kali terlihat utuh. Di belakang gapura itu terdapat bangunan lobi dan ruang direksi yang bergaya Eropa.

Di sisi barat, di tepi jalan raya, beberapa rumah tua ukuran besar, bertembok tinggi dan berjendela besar masih terawat dengan baik. Semua bangunan itu merupakan bangunan sisa era pemerintah Hindia Belanda.

Diusulkan

Ketua Tim Kerja Hukum dan Humas, dokter Pitra Sekar Dianggra menjelaskan RS ini sudah dibangun sejak 1927. RS ini awalnya bernama Scheurer Hospital, tetapi sejak 1945 berganti nama menjadi RS Tegalyoso, lalu pada 1954 berubah jadi RSST.

Diceritakan Pitra, RSUP itu awalnya RS yang didirikan oleh pemerintah Belanda karena banyak perkebunan di Klaten. RSUP sejarahnya menjadi salah satu cikal bakal Universitas Gadjah Mada.

“RS ini cikal bakal berdirinya universitas Gadjah Mada, makannya seperti kakak beradik dengan UGM. Dinamakan RSUP Dr Soeradji karena pendirinya dokter Soeradji Tirtonegoro,” jelas Pitra.

Cerita Klenik Soal Tumbal Proyek, Benarkah Sudah Ada Sejak Zaman Belanda?

Karena mempunyai sejarah itu, RSUP mengajukan agar beberapa bangunan kuno itu menjadi cagar budaya. Terutama mulai lobby ruang direksi sampai rumah dinas. Hal ini karena bangunan ini sudah ada sejak masa kompeni.

Pitra menjelaskan usulan bangunan cagar budaya ini sedang diproses karena baru diajukan tahun ini. Pelestarian bangunan cagar budaya itu sering pembangunan dari pemerintah pusat dengan gedung paling tinggi delapan lantai.

“Mungkin lantai delapan tapi mintanya pusat di atas lantai 13 tapi izinnya yang belum ada untuk 13 lantai. Tapi bangunan-bangunan Belanda itu sampai saat ini juga masih kokoh,” imbuhnya.

Sejarah RSST

Pada laman rsupsoeradji.id RSUP Dr Soerdaji didirikan tanggal 20 Desember 1927 oleh perusahaan perkebunan milik Belanda. RS tersebut diberi nama Dr Scheurer Hospital yang dipimpin dokter Bakker.

Ketika Jepang datang tahun 1942, RS ini kemudian dikuasai oleh Jepang yang dipimpin dokter Maeda dan Curuta. Setelah kemerdekaan 1945, RS dikuasai pemerintah RI dengan nama RS Tegalyoso dipimpin dokter Soenoesmo.

Belanda Akui Kemerdekaan Indonesia, Diminta Kembalikan Rp504 Triliun?

Pada tanggal 5 Maret 1946 di RSU Tegalyoso dibuka Perguruan Tinggi Kedokteran bagian Preklinik yang kemudian menjadi cikal bakal Fakultas Kedokteran UGM di Yogyakarta. Tetapi kemudian dipindah ke Yogyakarta pada 1950.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Rizky Kusumo lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Rizky Kusumo.

Terima kasih telah membaca sampai di sini