Mengarungi Lautan Rasa Syukur: Perayaan Kepercayaan dan Budaya dalam Tradisi Rokat Tase'

Mengarungi Lautan Rasa Syukur: Perayaan Kepercayaan dan Budaya dalam Tradisi Rokat Tase'
info gambar utama

#LombaArtikelPKN2023

#PekanKebudayaanNasional2023

#IndonesiaMelumbung untuk Melambung

Di tepian biru laut Madura, sinar matahari memeluk para nelayan paruh baya, menggambarkan permulaan yang gemilang untuk sebuah tradisi yang tumbuh dalam kepercayaan masyarakat pesisir Madura. Para nelayan yang menetap di pesisir Madura, dalam keseharian yang tak terpisahkan dari gemuruh lautan, merayakan dengan meriah sebuah tradisi yang dijuluki sebagai “Rokat Tase’.”

Rokat Tase’ adalah sebuah perayaan yang menggabungkan unsur-unsur keagamaan dan kebudayaan yang kuat. Setiap tahun, masyarakat nelayan Madura berkumpul di pantai, membawa persembahan makanan dan hasil tangkapan laut mereka. Tradisi ini dilakukan pada saat bulan keenam atau ketujuh, saat hasil tangkapan laut melimpah. Tradisi Rokat Tase’ berlangsung selama beberapa hari, biasanya tiga hingga tujuh hari, bergantung pada lokasi dan kelompok masyarakat yang merayakannya. Tradisi ini memiliki akar yang dalam dalam keyakinan masyarakat Madura, bahwa Rokat Tase’ memiliki kekuatan untuk menghalau malapetaka dan bencana dari lautan yang telah memberikan mereka nafkah.

Salah satu rangkaian acara yang sangat istimewa dalam perayaan Rokat Tase' adalah “Kontes Sapi Betina.” Dalam kompetisi ini, pemilik sapi betina membawa hewan-hewan mereka yang telah dihiasi dengan indah dan meriah. Sapi-sapi ini dinilai berdasarkan kriteria seperti kecantikan, kebersihan, dan hiasan yang cantik pada sapi mereka. Kontes sapi betina tidak hanya pertunjukan kemampuan para pemiliknya dalam merawat dan memelihara ternak, tetapi juga menjadi daya tarik utama bagi wisatawan yang datang untuk merayakan tradisi ini.

Selain Kontes Sapi Betina, rangkaian acara lainnya mencakup tarian dan nyanyian tradisional yang menggambarkan kehidupan nelayan Madura. Tarian-tarian ini biasanya melibatkan gerakan yang menggambarkan aktivitas seperti menangkap ikan, menjala, dan mengarungi laut. Para penari mengenakan kostum tradisional yang berkilauan, dan tarian mereka memadukan keindahan gerakan dengan makna yang dalam.

Pembacaan Al-Quran juga merupakan bagian penting dari perayaan Rokat Tase’. Masyarakat Madura yang sangat religius menyelipkan elemen keagamaan dalam tradisi ini. Pembacaan Al-Quran dan doa bersama menjadi wadah untuk memohon keselamatan dan berkat dari Tuhan, serta sebagai ungkapan rasa syukur atas hasil tangkapan laut yang melimpah.

Puncak dari perayaan ini adalah ketika sebuah perahu tradisional, yang dihiasi dengan hiasan-hiasan warna-warni, dipersiapkan untuk berlayar ke tengah laut. Perahu ini diisi dengan persembahan tumpeng yang berisi nasi, ikan, sayuran, dan berbagai jenis lauk lainnya. Para nelayan, dengan hati penuh syukur, berdoa bersama sebelum melepas sesaji ini ke tengah lautan. Mereka percaya bahwa dengan melakukan ini, Tuhan senantiasa akan menjaga keselamatan mereka, menghindari badai, dan memberkati hasil tangkapan mereka.

Saat matahari terbenam di ufuk, perahu Rokat Tase’ berlayar pergi ke laut yang tenang, diiringi oleh nyanyian dan tarian tradisional. Ini adalah saat di mana rasa syukur mereka mencapai puncaknya, sekaligus ungkapan cinta dan hormat mereka kepada lautan yang memberi mereka mata pencaharian sehari-hari.

Tradisi Rokat Tase' juga mengundang keramaian dan kebersamaan. Masyarakat setempat serta wisatawan yang tertarik dengan budaya Madura datang bersama-sama untuk merayakan tradisi ini. Tradisi Rokat Tase’ bukan hanya sebuah perayaan, tetapi juga merupakan kesempatan untuk memperkokoh ikatan sosial antara generasi muda dan yang tua, menghidupkan kembali nilai-nilai kearifan lokal, dan melestarikan tradisi nenek moyang kita.

Tradisi Rokat Tase’ yang indah terletak dalam keyakinan dan rasa syukur masyarakat nelayan Madura. Mereka tidak hanya merayakan kehidupan dan rezeki yang berasal oleh lautan, tetapi juga menjaga keseimbangan antara manusia dan alam. Tradisi ini adalah ungkapan keindahan dan spiritualitas yang membentuk jati diri masyarakat Madura, mengingatkan kita akan pentingnya menjaga hubungan harmonis antara manusia, alam dan Tuhan.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

Y
KO
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini