Kita Bukan Tidak Bisa Menari Tapi Kita Perlu Belajar Menari Untuk Melestarikan Kebudayaan

Kita Bukan Tidak Bisa Menari Tapi Kita Perlu Belajar Menari Untuk Melestarikan Kebudayaan
info gambar utama

#LombaArtikelPKN2023 #PekanKebudayaanNasional2023 #IndonesiaMelumbung untuk Melambung

Menari merupakan salah satu bentuk kebudayaan yang perlu dilestarikan keberadaanya. Menurut Wikipedia, setiap suku bangsa di Indonesia memiliki berbagai macam tarian khas daerahnya tersendiri, dengan lebih dari 3000 tarian asli Indonesia. Keberagaman tarian ini memerlukan perhatian kita sebagai masyarakat Indonesia agar tarian-tarian tersebut tidak hilang dan dapat terjaga hingga generasi mendatang.

Ketika kita berbicara tentang pentingnya melestarikan tarian tradisional di Indonesia, membuat saya teringat pada pengalaman pertama kali saya mencoba menari. Pengalaman ini menjadi momen berharga yang membantu saya lebih memahami dan merasakan kekayaan budaya Indonesia. Pengalaman tersebut saya rasakan sendiri pada awal tahun 2023, saat menjalankan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Kabupaten Tanggamus, Lampung. Kesempatan ini memungkinkan saya merasakan keindahan budaya lokal di desa yang masih memegang tradisi dan adat istiadatnya dengan erat.

Pada minggu pertama kami menjalankan kegiatan KKN, kami menyadari bahwa sebagian masyarakat setempat tengah sibuk mempersiapkan sebuah acara adat khusus. Salah satu elemen utama dalam persiapan acara adat Lampung ini adalah menampilkan tarian-tarian tradisional. Tarian-tarian ini akan dipentaskan oleh berbagai kelompok usia, mulai dari anak-anak hingga orang dewasa, dan mereka akan ditampilkan dalam rangkaian acara adat yang akan datang.

Tarian yang akan ditampilkan tentunya memerlukan proses latihan agar hasilnya maksimal. Proses latihan menari dilakukan hampir setiap malam di samping rumah kepala desa. Ketika kami menyaksikan proses latihan menari, kami diajak untuk bergabung dalam latihan tersebut oleh ketua karang taruna. Bagi sebagian dari kami yang belum pernah menari seumur hidup, hal ini menimbulkan keraguan. Pada saat itu, sebagian dari kami menolak untuk ikut latihan menari. Namun, ketua karangtaruna desa meyakinkan bahwa dengan latihan yang konsisten, kami bisa menguasai tarian.

Meskipun awalnya kami merasa ragu, akhirnya kami setuju untuk mencoba bergabung dalam latihan menari. Tarian yang kami pelajari adalah tari zapin dan tari selendang, di mana kami diarahkan untuk berpasangan. Kami awalnya mengira bahwa ini hanyalah latihan biasa. Namun, tiba-tiba ketua karangtaruna memerintahkan kami untuk tampil dalam acara adat yang akan segera berlangsung. Kami semua dihadapkan pada tantangan besar, terutama karena acara adat hanya beberapa hari lagi, dan kami tidak memiliki pengalaman tari sebelumnya.

Pada akhirnya, kami memutuskan untuk menerima tantangan ini sebagai wujud pengabdian kepada masyarakat, sesuai dengan tujuan KKN kami. Pada malam-malam berikutnya, kami berlatih dengan tekun, dan kami melakukannya dengan senang hati. Bahkan ketua KKN kami menunjukkan semangat dan kegembiraannya dalam menari, ia meminta lagu pengiring tarian diputar lagi, meskipun sudah beberapa kali kami melakukannya. Dia terus merasa senang dan penuh semangat untuk terus berlatih.

Setelah beberapa hari latihan yang intensif, akhirnya kami tampil dalam acara adat yang diadakan. Kami mengenakan almamater kampus kami sebagai tanda sebagai mahasiswa KKN dan memperkenalkan diri sebelum memulai tarian. Tarian pertama, tari zapin, berjalan lancar karena kami masih mengingat gerakannya. Namun, saat tiba pada tarian kedua, yaitu tari selendang, kami mengalami sedikit kesulitan dan lupa gerakan. Namun, gadis-gadis desa dengan baik hati membantu kami sehingga tarian tetap menghibur penonton.

Meskipun kami tidak sempurna dalam menari, penonton terlihat senang dan terhibur. Kepala desa setempat juga memberikan pujian, mengakui bahwa kami telah berusaha dengan baik, meskipun masih terdapat beberapa kesalahan dalam gerakan kami.

Pengalaman ini menjadi berkesan bagi kami, karena kami tidak hanya menjalankan tugas KKN, tetapi juga merasakan kebahagiaan dalam menjalani tradisi dan budaya setempat. Yang mengejutkan adalah bahwa kegiatan menari kami mungkin menjadi pembicaraan di desa-desa sebelah, dan saat kami menghadiri acara perpisahan KKN di desa sebelah, kami secara tiba-tiba diminta untuk tampil dalam acara tersebut tanpa persiapan sebelumnya. Untungnya, kami sudah pernah berlatih saat acara perpisahan KKN di desa kami sendiri sehingga tarian kami sudah lumayan bagus.

Pengalaman ini menggambarkan bagaimana pengabdian dalam kegiatan KKN tidak hanya berarti membantu masyarakat, tetapi juga menjadi sarana untuk memahami dan melestarikan budaya lokal. Melalui perjuangan dalam belajar menari dan berpartisipasi dalam acara adat, kami merasa lebih dekat dengan masyarakat setempat dan menghargai kekayaan budaya Indonesia. Meskipun awalnya merasa ragu, kami mengatasi tantangan dan berusaha dengan sungguh-sungguh, yang pada akhirnya dihargai oleh masyarakat setempat. Pengalaman ini juga mengajarkan bahwa keinginan untuk melestarikan budaya dan tradisi harus didukung oleh dedikasi dan kerja keras. Dengan demikian, kami menjadi bagian dari upaya melestarikan tarian tradisional dan memahami betapa berharganya warisan budaya Indonesia.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan. Artikel ini dilengkapi fitur Wikipedia Preview, kerjasama Wikimedia Foundation dan Good News From Indonesia.

SR
KO
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini