Melek Teknologi: Upayaku dalam Melestarikan Budaya Molod di Pulau Madura

Melek Teknologi: Upayaku dalam Melestarikan Budaya Molod di Pulau Madura
info gambar utama

#LombaArtikelPKN2023 #PekanKebudayaanNasional2023 #IndonesiaMelumbung untuk Melambung

Aku, seorang anak desa yang terlahir di Pulau Madura, yang terletak di sebelah timur Jawa, merupakan tempat tinggal bagiku yang dikenal dengan suku Madura yang kaya akan budaya dan tradisi. Salah satu aspek penting dari budaya dari daerahku adalah kegiatan tradisional yang dikenal sebagai Molod. Molod adalah perayaan maulid Nabi muhammad yang diwariskan dari generasi ke generasi di kalangan masyarakat Madura. Namun, dengan perubahan zaman dan kemajuan teknologi, budaya Molod menghadapi tantangan dalam menjaga keberlanjutannya.

Pada waktu kecil aku merupakan anak pada umumnya yang hanya senang bermain, aku hanyalah anak tanpa keistemewaan yang tidak memilki bakat spesial. Di kampungku aku terkenal sebagai anak yang nakal, tak kenal takut, bandel dan sebagainya bahkan orang-orang di daerahku menyebutku sebagai ketua anak nakal. hingga pada suatu ketika di bulan maulid nabi orang-orang di kampung halamanku menyiapkan kegiatan tradisi moloden (perayaan kelahiran nabi) sebagai budaya yang dilakukan setiap tahun dan pada waktu itu saking dari nakalnya buah yang ada pada nampan saya hambur-hamburkan.

Oleh sebab itu tak jarang orang-orang mengatakan kelak aku tidak akan menjadi apa-apa hanya menjadi beban saja. Hingga pada akhirnya orang tuaku memondokkanku di salah satu pesantren di pulau Madura lantaran melihat tingkahku yang sangat nakal sehingga mereka memutuskan untuk menyekolahkanku di pondok pesantren karena dengan berada di pondok pesantren saya tidak bisa pergi kemana-mana dan tidak bisa bertemu dengan teman-temanku di kampung halaman.

Bahkan, saat aku sudah menjadi santri selama satu tahun tingkah nakalku tetap tidak berubah, aku masih orang yang sama seperti di kampung halaman. Sampai pada akhirnya saya ditampar oleh keadaan, ketika kelas 8 SMP oleh pihak sekolah saya jadikan anggota osis dan diletakkan dibagian keamanan, dengan begitu pikiranku dilema perasaanku tidak menentu, bagaimana mungkin siswa yang nakal malah dijadikan keamanan. Pada titik itulah tingkah nakalku semakin berkurang dan berkurang karena keterpaksaan untuk memberikan contoh perilaku yang baik kepada siswa yang lainnya.

Seiring berjalannya waktu perilaku baikku mulai jadi kebiasaan yang membawa dampak besar terhadap kehidupanku, lantaran hal tersebut saya mulai memikirkan ambisiku berserta cita-citanya. Saat itu, aku mulai bercita-cita menjadi penulis. Hal itu muncul karena banyaknya teman pondok yang menjadi pengoleksi buku dan kitab.

Setelah lulus dari SMP, aku mulai aktif menulis setiap ada waktu renggang aku habiskan untuk menulis hingga imajinasi menjadi teman dekatku. Namun tidak sampai disitu aku mulai berfikir bagaimana tulisanku bisa dibaca juga oleh orang lain. Kemudian saya memutuskan untuk masuk dan mengembangkan media sekolah sebagai wadah penyalur kreativitas siswa dan bisa menampung tulisanku dan pada akhirnya saya membuat media yang memiliki tagline “nyalinya pemikir para pelajar” yang terinspirasi dari kenakalan dan keberanianku pada waktu kecil maka, diambillah kata nyali.

Melalui media sekolah itu saya mulai banyak belajar dan mendapat pengalaman dari berbagai orang yang saya wawancarai untuk bahan topik pada bulletin sekolah. Salah satu pengalaman berharga adalah saya lebih mengerti tentang budaya Indonesia dan paham bahwa seistimewa dan seberharga itu budaya melalui orang-orang yang saya mintai keterangan.

Di sini, saya menyadari bahwa budaya dan tradisi di Indonesia perlu dilestarikan dan dijaga keutuhannya sehingga setelah lulusan sekolah saya memutuskan untuk kuliah pada jurusan ilmu komunikasi sebagai upaya bisa menyampaikan dan memberikan informasi terkait edukasi kebudayaan dan tradisi bangsa Indonesia yang ditunjang dengan tulisanku. Jadi selain saya bisa memberikan edukasi secara langsung saya juga bisa meberikan informasi secara tidak langsung melalui media dengan perkembangan teknologi.

Dalam era digital yang semakin berkembang, teknologi dapat menjadi alat yang efektif untuk mempromosikan dan melestarikan budaya Molod di Pulau Madura. Berbagai upaya itu saya lakukan untuk menjaga kehidupan budaya ini.

Salah satu upayaku adalah dengan memanfaatkan media sosial dan platform digital untuk memperkenalkan budaya Molod kepada masyarakat luas. Dengan membagikan video kegiatan Molod, informasi tentang sejarah dan makna di baliknya dapat dijangkau oleh orang-orang di seluruh dunia.

Selain itu, saya yakin dengan menggunakan teknologi dalam proses pembelajaran dan dokumentasi dapat membantu melestarikan budaya Molod. Pemanfaatan aplikasi mobile atau website interaktif dapat menjadi sarana untuk mengajarkan tetntang keragaman budaya dan tradisi Indonesia kepada generasi muda.

Tidak hanya itu, saya melakukan kolaborasi antara seniman local seperti saya sebagai seorang penulis dan penggiat teknologi juga dapat menjadi solusi untuk mengembangkan inovasi baru dalam budaya Molod. Misalnya, penggunaan teknologi augmented reality atau virtual reality dapat memberikan pengalaman yang lebih mendalam dalam mempelajari dan mengapresiasi tradisi ini.

Melalui kesadaran akan pentingnya melek teknologi dalam melestarikan budaya Molod, saya dapat menjaga kekayaan budaya dari daerah saya dan budaya Indonesia lainnya dan mewariskannya kepada generasi mendatang. Dengan upaya yang berkelanjutan dan kolaborasi yang kuat antara budayawan dan teknolog, budaya Molod dapat tetap hidup dan berkembang di tengah arus modernisasi.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

HH
KO
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini