Merdeka Belajar dan Merdeka Berbudaya dengan Berpantun

Merdeka Belajar dan Merdeka Berbudaya dengan Berpantun
info gambar utama

#LombaArtikelPKN2023 #PekanKebudayaanNasional2023 #IndonesiaMelumbung untuk Melambung

Manusia Indonesia lahir, hidup, dan berkembang dalam kebhinekatunggalikaan. Keragaman pun menjadi identitas dan ciri khas bangsa Indonesia. Manusia Indonesia tidak lepas dari nilai kebhinekatunggalikaan, nilai-nilai Pancasila dan religiusitas. Keragaman di Indonesia terjadi secara alami dari bentuk wilayah yang terdiri dari ribuan pulau yang dikelilingi oleh laut sehingga menimbulkan keragaman agama, ras, suku, warna kulit, bahasa, tradisi, ritual, mitos, legenda, simbolisme bangunan, hasil bumi dan flora-fauna.

Kebudayaan pun menjadi bagian dari konsep pendidikan nasional yang dinyatakan dalam Pasal 1 UU RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional bahwa pendidikan nasional adalah pendidikan yang berdasarkan Pancasila dan UUD Negara Republik Idonesia tahun 1945 yang berakar pada nilai-nilai agama, kebudayaan nasional Indonesia dan tanggap terhadap tuntutan perubahan zaman. Artinya pendidikan tidak cukup hanya membantu peserta didik dalam memahami keragaman, melainkan juga sebagai proses dalam melestarikan keragaman, menemukan nilai yang menyatukan keragaman, dan menolak segala bentuk perpecahan. Nilai Pancasila juga dijadikan dasar pendidikan dalam rangka melestarikan kearifan lokal di tengah keragaman.

Melajunya teknologi informasi secara pesat membuat permainan tradisional seperti petak umpet, lompat tali, congklak, ular tangga dan sebagainya sudah jarang dimainkan oleh anak-anak. Permainan tersebut tergantikan oleh aplikasi permainan dalam gawai. Hal ini dikarenakan anak-anak saat ini merupakan Generasi Z yang tech savvy, yaitu generasi yang lahir di tengah pesatnya kemajuan teknologi. Cerita legenda dan dongeng pun tergantikan oleh video pendek di youtube dan tiktok.

Sekolah sebagai salah satu lembaga pendidikan memegang peranan penting dalam memelihara kebudayaan dan memperkuat karakter peserta didik. Pemeliharaan kebudayaan tersebut dapat dilakukan melalui kegiatan pembelajaran, baik secara intrakurikuler atau KBM di kelas, kokurikuler seperti penugasan, maupun ekstrakurikuler untuk mengembangkan minat dan bakat.

Kurikulum Merdeka yang berlaku saat ini sangat menjunjung tinggi keragaman karakter, nilai, budaya, pengetahuan, minat, mapun kemampuan setiap peserta didik. Manusia Indonesia yang menjiwai nilai luhur budaya dan kemanusiaan dapat terwujud melalui Profil Pelajar Pancasila. Berdasarkan Keputusan Kepala BSKAP Kemdikbudristek Nomor 009/H/KR/2022 Tentang Dimensi, Elemen, dan Sebelemen Profil Pelajar Pancasila Pada Kurikulum Merdeka, Profil Pelajar Pancasila memiliki 6 dimensi, diantaranya: beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan berakhlak mulia; mandiri; bergotong-royong; berkebinekaan global; bernalar kritis dan kreatif.

Oleh karena itu, pendidikan tanggap budaya sangat perlu diajarkan kepada peserta didik dalam mempersiapkan generasi abad 21. Salah satunya melalui Culturally Responsive Teaching (CRT), yaitu pembelajaran yang mengaitkan pendidikan dengan unsur kebudayaan lokal peserta didik. Hal itu juga dilaksanakan di SMAN 103 Jakarta pada Pembelajaran Ekonomi di Fase F.

Pembelajaran Ekonomi dengan CRT (berpantun)
info gambar

CRT dilaksanakan dengan mengintegrasikan budaya pantun. Pembelajaran diawali dengan pantun yang disampaikan oleh guru sebagai kegiatan pembuka setelah salam. Kemudian pembelajaran ekonomi dilanjutkan dengan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share untuk materi “Koperasi” dalam kelas yang berjumlah 36 siswa. Guru menjelaskan materi kemudian memberikan kartu pertanyaan kepada 18 siswa dan kartu jawaban kepada 18 siswa. Selanjutnya masing-masing siswa berpencar untuk menemukan pasangan yang sesuai dengan kartu yang dimiliki sehingga mendapatkan pasangan kartu pertanyaan dan jawaban yang benar. 10 pasangan tercepat dan paling tepat mendapatkan reward. Sedangkan siswa yang tidak bisa menemukan pasangan kartu yang sesuai, mendapatkan sanksi yaitu membuat pantun.

Budaya pantun dipilih karena lokasi sekolah yang berada di Jakarta, sehingga sesuai dengan Budaya Betawi dan pengalaman sehari-hari peserta didik. Pantun yang diintegrasikan dengan istilah ekonomi di dalamnya pun tidak hanya mampu meningkatkan kognitif dan kreativitas peserta didik, namun juga mampu menumbuhkan karakter peserta didik dalam memahami dan melestarikan kearifan lokal sehingga pembelajaran menjadi bermakna dan menyenangkan.

Mari kita wujudkan bangsa Indonesia yang berbudaya, dimulai dengan menjadi pribadi yang tanggap budaya dan menebarkan inspirasi kepada orang lain untuk melestarikannya. Dan jadilah guru abad 21 yang berperan aktif dalam pelestarian budaya Indonesia dengan mengajak peserta didik sebagai generasi muda untuk mengeksplorasi dan mencintai budaya Indonesia.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

AD
KO
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini