Adaptasi Kesenian Sisingaan: Perubahan Bentuk dan Penyajiannya

Adaptasi Kesenian Sisingaan: Perubahan Bentuk dan Penyajiannya
info gambar utama

Pertukaran dan adaptasi budaya dalam suatu wilayah yang masih berdekatan merupakan kegiatan yang biasa terjadi di Indonesia. Hal ini bisa dimulai dari budaya sederhana seperti pakaian, musik, dan seni. Salah satu bentuk pertukaran budaya yang terjadi antara Kabupaten Indramayu dan Kabupaten Subang. Meskipun kedua wilayah tersebut memiliki bahasa yang berbeda, akan tetapi tradisi dan kebudayaan antara keduanya mempengaruhi satu sama lain.

Bentuk pertukaran kebudayaan yang dimaksud adalah Arak-arakan Depok atau Singa Depok di Kabupaten Indramayu, yang di adaptasi dari Kesenian Sisingaan yang berasal dari Kabupaten Subang. Kata “depok” mengandung pengertian duduk, yaitu istilah gerakan penggotong Sisingaan saat pertunjukan.

Sisingaan sendiri pada awalnya merupakan bentuk tradisi yang di pertunjukan dalam ritual pertanian. Dalam perkembangannya, saat ini Sisingaan di pertunjukan dalam acara khitanan, penerimaan tamu, hingga festival budaya. Kesenian Sisingaan juga menyebar ke beberapa wilayah lain di Jawa Barat, khusunya Kabupaten Indramayu dan wilayah pesisir utara lainnya.

Perkembangan Sisingaan

Sisingaan pada mulanya berasal dari tradisi Odong-odong yang memiliki fungsi sebagai ritual. Odong-odong di bentuk menyerupai binatang tertentu yang kemudian di arak dan di pertunjukan saat ritual pertanian dan upacara Ngaruwat Bumi. Seiring dengan berkembangnya waktu, odong-odong melahirkan bentuk-bentuk seni pertunjukan seperti Sisingaan, Kukudaan, Mamanukan, atau bentuk lainnya.

Pada masa kolonialisme di wilayah Subang, Sisingaan menjadi simbol dari perlawanan rakyat Subang terhadap penjajah yang diekspresikan dalam bentuk kesenian. Boneka singa yang diusung melambangkan penjajah (Inggris dan Belanda), sedangkan empat orang pengusung singa merupakan rakyat Subang yang sedang ditindas penjajah, serta anak kecil yang menunggangi singa adalah generasi penerus Subang yang akan melawan dan mengusir penjajah dari tanah Subang.

Kesenian Sisingaan sudah melekat sebagai kebudayaan yang berasal dari Kabupaten Subang tentunya mulai berkembang dan menyebar ke berbagai wilayah lain di Jawa Barat. Kepopuleran Sisingaan sampai di wilayah Kabupaten Indramayu, akan tetapi pada awalnya masyarakat Indramayu tidak mengetahui nama resmi dari kesenian ini. Masyarakat Indramayu lebih sering menyebutnya sebagai Singa Depok, dan mengadaptasi keseniaan Sisingaan dengan dipadukan musik Tarling dan dangdut sebagai musik pengiringnya.

Perubahan Bentuk dan Penyajian Sisingaan

Pada tahun 2000-an, para seniman di Indramayu membuat inovasi baru pada Singa Depok ini. Boneka singa yang merupakan bagian utama dalam pertunjukan ini diganti dengan bentuk-bentuk lain seperti burung rajawali, naga, binatang atau makhluk legenda lainnya. Boneka singa sendiri tetap digunakan dalam acara pembukaan dan atraksi yang dilakukan setelah acara arak-arakan, hal tersebut bertujuan untuk tetap mempertahankan akar sejarahnya bahwa kesenian ini berasal dari Kabupaten Subang.

Perubahan bentuk dari Sisingaan | Foto: Dokumentasi pribadi

Meskipun terdapat perubahan-perubahan dalam bentuk dan penyajiannya, di Kabupaten Subang sendiri Singa Depok juga menjadi popular, khususnya di wilayah Subang bagian utara. Masyarakat Subang bagian utara menyebut Singa Depok dengan nama Singa Dangdut, hal tersebut karena penggunaaan musik Tarling dan dangdut sebagai pengiring jalannya pertunjukan. Penamaan Singa Dangdut digunakan untuk membedakan antara kesenian Sisingaan dari Subang yang menggunakan alat musik tradisional Sunda dengan Sisingaan yang berasal dari Indramayu dengan musik Tarling atau dangdut sebagai musik pengiringnya.

Jalannya Pertunjukan Sisingaan

Pertunjukan diawali dengan kata-kata sambutan yang dilakukan pimpinan kelompok. Selanjutnya anak yang di khitan dipersilahkan untuk menaiki boneka singa. Pertunjukan dimulai saat musik pengiring mulai dimainkan dan Sisingaan mulai di gotong. Para penggotong singa akan melakukan tarian-tarian dan gerakan-gerakan akrobat. Setelah acara pembukaan selesai, dilanjutkan dengan pertunjukan arak-arakan Sisingaan yang mengelilingi kampung atau dengan diiringi pemain musik yang mengikuti arak-arakan dari belakang.

Gambaran pengiring musik Singa Dangdut | Foto: Dokumentasi pribadi

Setelah sampai ke tempat semula, para penggotong singa akan melakukan atraksi di pekarangan rumah anak yang di khitan atau di halaman luas dengan anak yang di khitan masih berada di atas Sisingaan. Atraksi ini bisa berupa tarian-tarian akrobat atau di padukan dengan gerakan silat. Di beberapa kesempatan juga ada kelompok grup Sisingaan yang memadukan adegan debus dalam atraksinya.

Atraksi Sisingaan setelah prosesi arak-arakan | Foto: Dokumentasi pribadi

Referensi:

Junaedi, A.A., dkk. (2017). Kesenian Sisingaan: Suatu Tinjauan Historis. Patanjala. Vol. (2). Hal. 181-196.

Kumalasari, Desi. (2020). Bentuk Penyajian Kesenian Singa Depok di Desa Lingga Kuamang Dalam Acara Khitanan. E-Jurnal Sendratasik. Vol. 9 (3). Hal. 1-7.

Mubarok, Frenky, (2021). Tradisi Sakral dan Tradisi Populis Dalam Masyarakat Muslim di Indramayu. Living Islam: Journal of Islamic Discourses. Vol. 3 (2). Hal. 291-303.

Wulan, Dian Sandra. (2020). Pengaruh Modernisasi Terhadap Perkembangan Sisingaan di Kabupaten Subang Tahun 2010-2019. [Skripsi]. Yogyakarta: Universitas PGRI Yogyakarta.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

MA
KO
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini