Kada tominaa : Warisan Budaya Suku Toraja dalam Bentuk Kata-Kata yang Penuh Makna

Kada tominaa : Warisan Budaya Suku Toraja dalam Bentuk Kata-Kata yang Penuh Makna
info gambar utama

#LombaArtikelPKN2023 #PekanKebudayaanNasional2023 #IndonesiaMelumbunguntukMelambung

Kada tominaa merupakan salah satu sastra lisan dalam wujud tuturan kata yang menjadi tradisi dan masih berkembang di daerah Toraja. Tuturan kata ini diwariskan secara turun- temurun dan dipandang identik dengan kehidupan masyarakat Toraja. Selain itu, kada tominaa juga dipahami sebagai cerminan kebudayaan masyarakat Toraja yang berisi pesan- pesan budaya dalam bentuk nasihat, mengungkapkan perasaan, meminta maaf, dan juga harapan untuk mengingatkan nilai-nilai luhur yang harus ditaati dan dihormati oleh masyarakat Toraja dalam menjalani kehidupan sosial budaya.

Kada tominaa dapat dijumpai dalam acara rambu solo atau acara pemakaman dan rambu tuka’ atau acara syukuran yang dilaksanakan oleh keluarga Toraja. Dalam acara tersebut, kada tominaa dituturkan oleh pemangku adat atau sekelompok orang yang sudah memahami dan menguasai tuturan kata ini sesuai dengan kepentingan acara yang dilakukan. Tidak ada batas usia pemangku adat ataupun sekelompok orang yang dapat menuturkan kada tominaa sehingga semua kalangan mulai dari muda hingga lanjut usia dapat menuturkannya dengan syarat dalam menginterpretasikan tuturan kata tersebut, harus didasari oleh kemampuan dan pemahaman mengenai budaya daerah Toraja.

Dalam upacara pemakaman, kada tominaa dituturkan saat kegiatan singgi’, badong, dan marakka. Untuk menyampaikan pujian kepada jenazah, menyebutkan silsilah keluarga jenazah, dan menyambut kedatangan tamu yang datang berbelasungkawa dapat dijumpai pada kegiatan singgi’ yang dituturkan oleh seorang pemangku adat. Pada kegiatan badong, terdapat sekumpulan orang yang berkumpul membentuk lingkaran dan bergandengan tangan menuturkan kada tominaa dalam bentuk nyanyian dan nada tertentu. Sementara itu, pada kegiatan marakka terdapat seorang laki-laki dan seorang perempuan yang saling bergantian menuturkan kada tominaa dengan iringan alat musik seruling. Ketika kawan GNFI berkesempatan untuk mengikuti rangkaian upacara pemakaman Toraja dan mendengarkan kada tominaa dituturkan, hati, perasaan dan jiwa kawan GNFI akan merasakan sensasi merinding diikuti dengan rasa kagum yang tiada henti.

Sementara itu, pada upacara syukuran seperti pernikahan dan syukuran rumah adat, kada tominaa juga dituturkan dalam bentuk singgi’. Sebagai contoh saat proses penjemputan mempelai perempuan, keluarga mempelai laki-laki akan mengutus seorang pemangku adat untuk meminta ijin kepada keluarga perempuan agar membukakan pintu rumahnya dalam bentuk kada tominaa dan akan dijawab pemangku adat dari keluarga perempuan untuk menginjinkan membuka pintu dalam tuturan kada tominaa juga.

Menurut Anastasia Baan, penuturan kada tominaa dalam upacara pemakaman dan syukuran pada umumnya dituturkan dengan menggunakan perumpamaan metafora yang dapat dilihat dari penggunaan kata-kata kiasan, misalnya perlambangan suatu keadaan atau sifat seseorang dengan suatu hal lainnya. Untuk lebih jelasnya, dapat dilihat pada contoh kada tominaa dalam bentuk singgi’ dibawah ini.

1. Contoh kada tominaa dalam upacara pemakaman

/ Bendan tau-tau nangka’/Sola tobombo dikita//Lolongmi rante kalua’. Tama tandung kalonaran.

(/Berdirilah patung kayu nangka/ Gambar arwah yang kelihatan//Mengalirlah manusia di pelataran luas/ Masuk di halaman duka).

Secara lebih lengkap arti dari tuturan kada tominaa tersebut yaitu :

Jika patung dari kayu Nangka yang dibuat menyerupai wajah jenazah sudah diletakkan di lokasi upacara pemakaman, hal ini menandakan bahwa upacara pemakaman akan segera dimulai sehingga segenap keluarga dan masyarakat yang tinggal di sekitar lokasi upacara, ataupun kerabat keluarga akan segera datang dan memberikan bantuan dalam bentuk tenaga, pikiran, dan juga dana untuk keberlangsungan upacara pemakaman. Dalam hal ini, tuturan kada tominaa menggambarkan kehidupan masyarakat Toraja yang mengutamakan kebersamaan dan kepedulian terhadap keluarga yang mengalami kedukaan.

2. Contoh kada tominaa dalam upacara syukuran

/Den upa’napoupa’/Paraya nappaoraya/Anna lambi matua induk/Nadete’i banua karurungan. (/Semoga bahagia/Semoga selamat/Seperti enau/Sampai usia tua)

Secara lebih lengkap arti dari tuturan kada tominaa tersebut yaitu :

Sebuah harapan bagi rumah tangga yang telah dibentuk selalu diliputi rasa bahagia, saling mengasihi, dan tetap utuh. Dalam hal ini, tuturan kada tominaa menggambarkan harapan bagi pasangan yang memasuki kehidupan rumah tangga.

Dari penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa kada tominaa merupakan warisan budaya dalam bentuk kata dengan penuh makna yang dituturkan pada upacara pemakaman dan syukuran di Toraja yang diwariskan secara turun-temurun. Oleh karena itu, sebagai generasi penerus bangsa dan pewaris budaya Indonesia, mari terus belajar untuk memahami setiap makna dari kada tominaa dan menjadikannya sebagai cerminan dalam menjalani kehidupan sosial dan budaya.

Semoga artikel ini dapat membantu memberikan pemahaman terhadap warisan budaya kada tominaa dari Toraja dan sebagai acuan untuk tetap menjaga dan melestarikan budaya Indonesia.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

GK
KO
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini