“Berkain”, Tren OOTD ala Gen Z yang Tingkatkan Popularitas Batik

“Berkain”, Tren OOTD ala Gen Z yang Tingkatkan Popularitas Batik
info gambar utama

#LombaArtikelIPKN2023 #PekanKebudayaanNasional2023 #IndonesiaMelumbung untuk Melambung

Batik lebih dari sekedar karya seni. Nilai sejarah, estetika, dan simbolik Bangsa Indonesia terkandung di dalamnya. Setiap garis, lekukan, dan warna pada motifnya memiliki nilai keunikan yang tinggi, menggambarkan ciri khas tiap daerah, dan menyatukan keragaman NKRI. Tak heran bahwa batik merupakan salah satu warisan yang sangat berharga bagi Bangsa Indonesia. Bahkan, batik Indonesia telah diakui oleh UNESCO pada tahun 2009, sebagai Intangible Cultural Heritage of Humanity.

Popularitas batik di mata dunia juga tidak dapat diragukan. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik 2023 untuk periode Januari-April, nilai ekspor batik dan produk batik adalah sebesar 26,7 juta dollar AS. Maka dari itu, dibutuhkan strategi untuk terus dapat melestarikan batik secara berkelanjutan. Sebab, kedepannya akan semakin banyak tantangan yang dapat mengancam kelestarian batik Indonesia. Bahkan apabila menilik dari sejarah, sudah pernah Bangsa Indonesia hampir kehilangan batik karena munculnya klaim negara Malaysia bahwa batik merupakan budaya asli mereka. Apalagi di era globalisasi dan modernisasi ini, batik bisa terancam terlupakan oleh anak cucu kita seiring dengan munculnya budaya-budaya berpakaian baru. Bukan tidak mungkin bahwa nantinya akan muncul stigma bahwa batik merupakan tradisi kuno yang tidak gaul.

Kesadaran ini tampaknya memunculkan berbagai gerakan dan komunitas yang bergerak untuk melestarikan batik terutama di kalangan generasi muda. Salah satu fenomena yang menarik adalah booming-nya challenge ”Berkain” di berbagai sosial media, terutama Tiktok. ”Berkain” merupakan sebuah gerakan yang diinisiasi oleh komunitas Swara Gembira, untuk menggunakan kain tradisional bermotif batik menjadi outfit kekinian yang stylish. Kesan anggun sekaligus modern yang didapatkan dengan styling kain batik, membuat tantangan OOTD ini menjadi viral dikalangan Gen Z.

Berdasarkan pengalaman saya sebagai mahasiswa di Universitas Brawijaya, banyak sekali event-event yang menetapkan "Berkain" sebagai dresscode. Bahkan, Fakultas Ilmu Politik dan Sosial (FISIP) menetapkan hari Jum'at sebagai hari "Berkain". Menariknya lagi, antusiasme mahasiswa sangatlah besar terkait hal ini. Pada hari tersebut mereka berlomba-lomba untuk menampilkan outfit "Berkain" terbaik versi mereka. Sehingga menurut saya, "Berkain" tak hanya menjadi salah satu OOTDchallenge, tetapi juga membangkitkan vibes nasionalisme dalam diri kawula muda di zaman sekarang.

Gen Z #BerkainBersama
info gambar

Di platform tiktok sendiri, hashtag #Berkain menembus angka 124.1 M penayangan (30 Oktober 2023). Banyak sekali video-video dan foto yang menyajikan tips and trick cara pemakaiannya. Mulai dari digunakan sebagai rok, vest, outer, dress, jumpsuit dan lain-lain. Fleksibilitas dari kain batik ini menjadi nilai plus karena dapat dikombinasikan dengan apapun dan dapat menyesuaikan baik untuk acara formal maupun nonformal. Bahkan hanya dengan memadukan kaos polos, kain batik yang dililit menjadi rok, dan sepatu boots, sudah dapat menjadi sebuah fashion yang keren dan kekinian.

Selain sebagai gaya busana, tren ini seakan mengajak untuk flashback ke zaman dahulu kala, dimana berkebaya dan baju batik digunakan sehari-hari oleh nenek moyang kita. Apabila pada awal 2000-an batik mengalami kemunduran eksistensi karena masyarakat lebih menyukai gaya busana ala western, sekarang dapat dibuktikan bahwa batik bisa melejit kembali popularitasnya, melalui gerakan inovasi yang dipelopori oleh pemuda-pemudi Indonesia. Sebab, pada dasarnya semua budaya dapat fleksibel mengikuti perkembangan zaman.

Penggunaan Kain Batik sebagai Baju Sehari-hari Tempo Doeloe | Sumber : wikimedia common

Melalui tren ini, salah satu tujuan yang ingin dicapai adalah mendukung perindustrian batik Indonesia. Popularitas batik yang meningkat akan meningkatkan demand kain, sehingga dapat mendukung kesejahteraan para pengrajin batik pula. Bahkan pemerintah optimis menargetkan nilai ekspor batik dan produk batik tahun 2023 hingga menyentuh 100 juta dollar AS.

Fenomena ini menunjukkan bahwa generasi muda memiliki power yang sangat besar untuk melakukan perubahan terhadap Bangsa Indonesia. Menggunakan sosial media dan memanfaatkan hal yang sedang ”booming” merupakan pendekatan yang sangat bagus untuk menggerakkan massa agar lebih peduli terhadap isu-isu yang ada di Indonesia. Dalam konteks tren ”Berkain”, generasi muda berhasil meningkatkan kembali nilai-nilai kebanggaan terhadap batik sebagai budaya lokal. Sebab, semaju apapun perkembangan zaman, tidak boleh sampai melunturkan eksistensi sebuah budaya yang merupakan identitas bagi suatu negara.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

DM
KO
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini