Memanfaatkan Museum Digital untuk Melestarikan dan Meningkatkan Minat Literasi Budaya

Memanfaatkan Museum Digital untuk Melestarikan dan Meningkatkan Minat Literasi Budaya
info gambar utama

#LombaArtikelPKN2023
#PekanKebudayaanNasional2023
#IndonesiaMelumbung untuk Melambung

Seperti yang sobat GNFI tahu, museum merupakan entitas krusial dalam representasi budaya-budaya yang berkembang di masyarakat pada kurun waktu tertentu. Museum dapat juga dimaknai sebagai ‘agen’ yang mendistribusikan pengetahuan vital mengenai rekam waktu atau jejak dari sejarah maupun nilai-nilai kebudayaan. Museum menunjukkan eksistensi budaya-budaya yang ada atau pernah ada supaya menciptakan pemahaman komunal sebagai salah satu cara untuk membentuk identitas budaya Indonesia. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2015, "museum adalah lembaga yang berfungsi melindungi, mengembangkan, memanfaatkan koleksi, dan mengomunikasikannya kepada masyarakat". Dengan harapan budaya tersebut tidak tergerus oleh zaman dan tetap menjadi suatu entitas yang relevan dalam pembelajaran dan distribusi nilai-nilai budaya Indonesia.

Berkaitan dengan hal tersebut, museum menjadi fundamental penting pelestarian budaya di masyarakat yang salah satunya dikontekstualisasikan dengan adanya literasi budaya. Literasi budaya dapat dimaknai sebagai suatu konsepsi untuk memahami maupun bertindak sesuai nilai-nilai kebudayaan sebagai identitas dari suatu bangsa. Jadi, sebagai bagian dari masyarakat, kita dapat berkontribusi untuk meningkatkan literasi budaya, salah satunya dengan kunjungan ke museum itu sendiri.

Namun, minat masyarakat untuk berkunjung ke museum ini nyatanya cenderung menurun. Data dari BPS DKI Jakarta mengidentifikasi kunjungan 8 museum yang dikelola oleh pemerintah dalam rentang waktu 2019-2021 menurun drastis. Pada tahun 2021, kunjungan ke museum hanya 119.657 pengunjung. Sedangkan,di tahun 2020 terdapat lebih dari 2 juta pengunjung dan di tahun 2019 terdapat 11.092.256. Salah satu faktor penurunan kunjungan museum adalah pandemi Covid-19 yang mau tidak mau berimplikasi pada pembatasan aktivitas di luar ruangan. Oleh karena itu, adanya pandemi ini mendorong pihak-pihak terkait, baik itu dari museum maupun pemerintah untuk mencari alternatif penyelesaian masalah tersebut, salah satunya yaitu dengan pemanfaatan teknologi.

Dewasa ini, penggunaan teknologi semakin meningkat dari waktu ke waktu yang salah satunya ditandai melalui frekuensi penggunaan gawai di masyarakat, khususnya masyarakat Indonesia. Pada tahun 2022, Indonesia berada di urutan keempat sebagai pengguna gawai terbesar di dunia. Dari data tersebut, tidak heran jika kegiatan sehari-hari masyarakat Indonesia sudah terintegrasi dengan penggunaan teknologi digital. Jadi, hampir semua aspek saat ini serba digital karena dengan adanya hal tersebut mendorong efisiensi dan efektivitas. Apalagi, dengan adanya Internet membuat kita bisa mengakses apapun, baik itu informasi maupun sekedar hiburan. Dengan demikian, adanya fenomena ini menjadi perhatian pemerintah untuk memanfaatkan momentum tersebut untuk mengatasi permasalahan di Indonesia. Salah satunya adalah museum digital sebagai upaya meningkatkan minat masyarakat untuk berkunjung ke museum.

Manfaat Museum Digital

Adanya modernisasi dalam segala struktur masyarakat, termasuk budaya mendorong pentingnya menjaga dan melestarikan kebudayaan nasional di tengah masuknya kebudayaan asing di masyarakat. Oleh karena itu, untuk menyikapi hal tersebut kita juga dapat turut memanfaatkan perkembangan zaman, salah satunya melalui internet untuk meningkatkan literasi budaya tersebut. Salah satu hal yang bisa dilakukan adalah dengan memanfaatkan akses terhadap museum digital. Museum merupakan salah satu sektor yang telah melakukan digitalisasi yang memungkinkan masyarakat untuk mengakses atau mengunjungi museum dengan cara yang lebih konvensional. Adanya digitalisasi museum ini selain dapat meningkatkan minat literasi budaya masyarakat, juga mendorong pelestarian museum di era kontemporer.

Proses digitalisasi museum dapat dikontekstualisasi melalui berbagai cara. Pertama, menggunakan teknologi Virtual Reality (VR) yang menawarkan kunjungan virtual secara fleksibel. Kedua, memaksimalkan penggunaan web museum untuk membagikan informasi mengenai koleksi maupun arsip-arsip budaya yang ada di Museum. Ketiga, transformasi koleksi dan arsip-arsip budaya menjadi digital, misalnya prasasti, kita-kitab kuno, dsb. Keempat, instalasi sarana dan prasarana dengan memanfaatkan teknologi digital, misalnya alat penjelasan virtual di museum yang mendorong penjelasan koleksi lebih mudah dipahami.

Dengan adanya museum digital bukan semata-mata menghilangkan kunjungan secara langsung (tradisional). Melainkan sebagai alternatif untuk meningkatkan efisiensi minat kunjungan masyarakat. Adanya hal tersebut akan mendorong maksimalisasi penerapan nilai-nilai budaya yang kemudian membentuk konsepsi masyarakat mengenai identitas kebudayaan Indonesia. Jadi, budaya-budaya tersebut tidak akan termarginalisasi dengan banyaknya perkembangan budaya-budaya asing saat ini. Hal ini yang menjadi esensi dari literasi budaya itu sendiri.

Museum digital juga mendorong diversifikasi pengetahuan dalam masyarakat untuk memaknai kebudayaan yang ada. Adanya digitalisasi memungkinkan semua struktur masyarakat, khususnya peneliti dapat mengakses koleksi dan arsip budaya yang ada. Kemudian mendorong pemanfaatan dari sumber dari museum tersebut untuk menghasilkan pengetahuan atau penafsiran mengenai budaya yang sebelumnya masih awam di masyarakat. Selain itu, juga berpotensi untuk meminimalisasi ketimpangan distribusi informasi yang biasanya ditandai terhadap timpangnya akses individual-individual tertentu untuk melakukan kunjungan ke museum.

Sementara itu, contoh museum Indonesia yang telah melakukan digitalisasi adalah Museum Sonobudoyo, Yogyakarta. Museum Sonobudoyo telah memanfaatkan digitalisasi yang ditunjukkan dengan adanya virtual tour, web, transkrip koleksi dan arsip menjadi digital, dan instalasi sarana prasarana digital. Penelitian yang dilakukan Sitepu dan Atiqah di tahun 2022 menunjukkan bahwa semenjak dilakukannya digitalisasi, pengunjung museum ini relatif stabil.

Tantangan-Tantangan yang Dihadapi

Meskipun konsep museum digital ini dipercaya mampu mendorong minat literasi budaya pada masyarakat. Akan tetapi, dalam perkembangannya muncul tantangan, baik itu pasca maupun pra digitalisasi. Tantangan yang paling menonjol adalah finansial. Dalam proses digitalisasi itu sendiri membutuhkan biaya yang relatif besar, mulai dari mendesain sistem, sampai biaya untuk peralatan sarana dan prasarana digitalisasi. Akan tetapi, pemerintah mulai mengambil perhatian serius dengan mendigitalisasi museum penting secara bertahap. Hal ini dianggap sebagai langkah untuk melanggengkan esensi dari museum, khususnya untuk meningkatkan literasi budaya.

Di sisi lain, tantangan juga datang akibat globalisasi. Hal ini karena dengan adanya globalisasi mendorong masifnya perkembangan informasi. Sementara itu, hal ini juga memunculkan fenomena ‘kompetisi’ antara budaya asing dan budaya Indonesia sendiri. Jadi, posisi dari budaya Indonesia ini rentan terkikis dengan perkembangan zaman apabila tidak ada upaya untuk melestarikannya. Oleh karena itu, digitalisasi ini bukan hanya sekedar mengubah dari yang tradisional ke modern (digital), tetapi juga tetap menawarkan alternatif menarik sehingga tetap mendapatkan atensi dari masyarakat.

Museum digital memungkinkan kita untuk lebih mudah mengakses koleksi dan arsip-arsip penting. Hal ini pun menjadi keuntungan bagi kita, karena digitalisasi museum menawarkan adanya efektivitas, efisiensi, dan fleksibilitas. Respons masyarakat menjadi unsur penting bagi efektivitas dari utilitas museum digital. Dengan kemudahan yang ada, maka status kita sebagai masyarakat sepatutnya memanfaatkan kesempatan ini sebaik mungkin. Dengan demikian, kita dapat berkontribusi pada peningkatan literasi budaya serta menjaga identitas kebudayaan komunal kita agar tidak hilang dan menjadi subordinasi kebudayaan asing yang masuk.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

YA
KO
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini