Menjaga Alam Lewat Tradisi Bekarang Iwang

Menjaga Alam Lewat Tradisi Bekarang Iwang
info gambar utama

#LombaArtikelPKN2023 #PekanKebudayaanNasional2023 #IndonesiaMelumbunguntukMelambung

Di tepian sungai Lacak, kota Palembang, terdapat sebuah tradisi adat yang telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan masyarakat setempat. Budaya yang masih dilestarikan ini disebut dengan ‘Bekarang Iwak’. Seperti namanya yang menggambarkan tindakan menangkap ikan, merupakan sebuah upacara adat yang dilaksanakan tiap tahun dengan tujuan memelihara kelestarian sungai dan memberikan rezeki yang melimpah bagi warga setempat.

Bekarang Iwak, pada dasarnya, memiliki kesamaan dengan berbagai tradisi adat lain yang dijalani oleh masyarakat Palembang. Namun, yang membedakannya adalah aspek menangkap ikan yang menjadi inti dari perayaan ini. Setelah beberapa ritual upacara adat dan pesta makan bersama, seluruh warga yang hadir bersama-sama menangkap ikan di sungai Lacak. Tradisi ini memadukan kata "Bekarang," yang berarti menangkap, dan "Iwak," yang artinya ikan.

Ikan yang tertangkap kemudian dipilah menjadi dua kelompok, yaitu ikan kecil dan ikan besar. Ikan-ikan kecil diperbolehkan dibawa pulang oleh warga yang ikut serta dalam menangkap ikan, sementara ikan-ikan besar diambil oleh pemangku adat setempat untuk kemudian dijual. Hasil penjualan ikan tersebut digunakan untuk proyek-proyek pembangunan umum seperti pembangunan masjid, jembatan, dan sebagainya, yang bermanfaat bagi seluruh warga.

Tak terhitung jumlahnya, ikan yang ditangkap dalam tradisi Bekarang Iwak ini dapat mencapai beberapa ton. Hasil tangkapan ini bukan hanya memuaskan kebutuhan sehari-hari, tetapi juga mampu memberikan kontribusi signifikan bagi pembangunan sarana umum, seperti jembatan dan bendungan. Hal ini merupakan kebalikan dari realitas di Pulau Jawa, di mana sungai-sungainya kerap tercemar dan mengalami pendangkalan yang kronis.

Disertai dengan praktik perburuan ikan menggunakan bahan kimia yang merusak, kebanyakan sungai di Jawa hanya menyisakan ikan sapu-sapu sebagai satu-satunya jenis ikan yang mampu bertahan. Berbeda di Lacak, kesadaran akan pentingnya menjaga kelestarian sungai telah membudaya di kalangan masyarakat, dan mereka dengan tegas menolak metode penangkapan ikan yang merugikan alam.

 Bekarang Iwak | Foto: Athira

Bekarang Iwak bukan sekadar tradisi semata, tetapi juga sebuah bentuk komitmen untuk melestarikan ekosistem sungai dan menjaga kehidupan mereka yang sangat bergantung pada sungai tersebut. Masyarakat yang masih memegang teguh tradisi ini menjadikan penggunaan bahan kimia atau setrum ikan sebagai tindakan yang dilarang keras, dan siapa pun yang melanggarnya akan dihukum oleh pemangku adat setempat.

Tak heran jika saat Bekarang Iwak berlangsung, ikan-ikan yang berhasil ditangkap adalah ikan-ikan berukuran besar dan layak untuk dijual, seperti ikan gabus, lele, mujair, dan sebagainya.

Menurut kepercayaan setempat, rutinitas Bekarang Iwak merupakan sebuah bentuk perlindungan bagi warga dari malapetaka. Konon, jika tradisi ini tidak dijalankan, sungai Lacak akan menjadi tempat munculnya buaya yang dapat mengancam keselamatan warga. Oleh karena itu, melalui Bekarang Iwak, warga berharap dapat menjauhkan diri dari malapetaka dan mendapatkan rezeki yang berlimpah saat mereka mengandalkan sungai Lacak sebagai mata pencaharian utama, yaitu menangkap ikan.

Tradisi ini masih bisa ditemui di beberapa daerah di Sumatera Selatan. Umumnya, masyarakat desa yang hidup berdampingan dengan sungai akan beberapa kali menggelar tradisi ini.

Bekarang Iwak bukan hanya sebuah tradisi adat, tetapi juga sebuah komitmen nyata dalam menjaga lingkungan dan kesejahteraan masyarakat setempat. Dengan menjalankannya setiap tahun, mereka mengingatkan diri sendiri akan pentingnya menjaga kelestarian alam dan memelihara tradisi yang telah turun-temurun. Sembari mengelola sungai Lacak dengan bijak, mereka terus berharap agar rezeki dan kebahagiaan selalu mengalir bersama aliran sungai yang mereka cintai.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

AF
KO
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini