Merawat Warisan Bahasa Ibu Untuk Memperkuat Identitas Bangsa

Merawat Warisan Bahasa Ibu Untuk Memperkuat Identitas Bangsa
info gambar utama

#LombaArtikelPKN2023

#PekanKebudayaanNasional2023

#IndonesiaMelumbunguntukMelambung

Nusantara adalah rujukan untuk seluruh pulau di wilayah Indonesia, sebelum menjadi satu Kedaulatan Republik Indonesia. Semboyan negara kita yaitu, Bhineka Tunggal Ika menunjukan keberagaman suku, bahasa, dan budaya. Secara kondisi letak geografis, budaya dan historis tiap suku membentuk perbedaan, tak terkecuali perbedaan bahasa. Bahasa merupakan alat komunikasi lisan yang di gunakan sebagai sarana berinteraksi seperti bercengkrama, berpendapat hingga bernegosiasi. Dari aktivitas sehari-hari inilah bahasa ibu terlahir yang kemudian menjadi sebuah identitas. Kini ragam budaya baik seni, bahasa dan norma tengah berada pada arus globalisasi.

Arus globalisasi sudah seperti pedang bermata dua, jelas hal baru selalu datang membawa dampak positif dan negatif.

Dampak negatif dari globalisasi terhadap fenomena kelunturan bahasa ibu. Globalisasi membawa masuknya hal-hal baru ke Indonesia seperti seni, budaya bahkan bahasa. Dengan masuknya kebudaayan baru itu dapat mengeser nilai-nilai yang sudah ada. Kebudayaan yang sudah terpengaruh biasanya mengalami sebuah kelunturan seperti halnya terjadi kepada bahasa ibu. Mengutip dari Kepala Badan Bahasa Kemendikbud Dadang Sunendar 2020 di Kantor Kemendikbud, Jakarta, Jumat (21/2/2020). Beliau mengatakan, “berdasarkan hasil pemetaan Badan Bahasa, saat ini ada 11 bahasa daerah yang punah di Indonesia.” Dari data tersebut, kita dapat melihat bahwa pengaruh masuknya kebudayaan baru dari arus globalisasi terhadap bahasa ibu, ternyata dapat mengalami sebuah fenomena kepunahan.

Kepunahan bisa terjadi karena dua faktor internal dan eksternal.

Pertama, penutur asli tidak lagi mewariskan bahasa ibu kepada penerusnya sehingga tidak adanya beban tugas masyrakat untuk merawat bahasa ibu. Kedua, dampak masuknya kebudayaan baru dari arus globalisasi yang mengubah cara pandang penggunaan bahasa ibu.

Penulis kiranya akan menekankan pada faktor masuknya arus globalisasi karena untuk menyambut era globalisasi ini, perlu adanya persiapan yang cukup matang.

Berubahnya cara pandang penggunaan bahasa ibu tersebut, terjadi karena adanya intervensi dalam bidang teknologi ke dalam kebudayaan dan masyrakat sendirilah sebagai aktor utamanya.

Masyrakat belum mempunyai kesiapan yang cukup matang dalam menghadapi kecepatan informasi. Akses kemudahan mendapatkan informasi tersebut membuat masyrakat bebas melakukan hal apapun. Seperti mengakses bahasa asing untuk sarana edukatif dan mengembangkan potensi diri. Presensi dari fasilitas yang di dapatkan ini, terkadang menjadi sebuah boomerang karena ketika menerima informasi, masyrakat secara langsung menggonsumsi tanpa melakukan validasi terlebih dahulu. Akibatnya, mereka termanipulasi sehingga mengubah cara pandang yang menyebabkan terjadinya sebuah kelunturan terhadap bahasa ibu.

Arus negatif dari globalisasi tersebut masih akan terus berlanjut, dengan demikian kita sebagai pemangku warisan sudah seharusnya untuk merawat yang masih bertahan, yaitu dengan upaya-upaya:

  1. Gelar Lokakarya

Menggelar lokakarya, bisa menjadi wadah yang tepat untuk mengenalkan warisan ragam bahasa ibu kepada semua kalangan. Acara ini pula, bisa menjadi ajang untuk berkolaborasi dengan kebudayaan lain. Jadi, tidak hanya bahasa daerah saja yang di gaungkan. Melainkan kebudayaan seperti tarian daerah, upacara adat istiadat dan keanekaragaman lainnya. Sehingga pagelaran ini bisa menjadi daya tarik utama untuk masyrakat mengenal lebih jauh tentang warisan-warisan dari nenek moyang kita. Dilaksanakannya acara ini, bertujuan dapat meningkatkan rasa peduli untuk selalu menjaga dan melestarikan serba-serbi kebudayaan di tanah air.

  1. Penyelenggaraan Pekan Kebahasaan “Poe Kemis Nyunda”

Apa itu penyelenggaran pekan kebahasaan?. Ini adalah pekan dimana minimalnya dalam seminggu diusungkan sebuah hari untuk penggunaan bahasa ibu, maka sasarannya lebih disarankan kepada ranah pendidikan. Memaksimalkan penggunaan bahasa ibu sehari dalam seminggu akan menciptakan sebuah kebiasaan baru bagi siswa, agar mereka dapat terbiasa dalam menggunakan bahasa ibu. Apa itu “Poe Kemis Nyunda” adalah hari Kamis menggunakan bahasa sunda di daerah Jawa Barat. Disamping itu, instansi lain kiranya dapat berinovasi tidak harus hari Kamis saja untuk menarik minat para murid menggunakan bahasa daerahnya masing-masing.

  1. Seminari Bahasa daerah

Tujuan dari di adakannya acara ini, selaras dengan namanya seminar dimana kita bisa memeroleh ilmu atau informasi baru, juga sebagai tempat untuk bertukar pengetahuan dan pengalaman. Wadah tersebut bisa kita gunakan untuk mengidentifikasi masalah dari krisis bahasa daerah tadi, sehingga dengan adanya seminar kita bisa memecahkan permasalahan yang ada. Sebagai tambahan diadakannya seminar ini, haruslah mengusungkan tema kebahasaan ibu agar maksud dan tujuan di selenggarakannya seminar tersebut dapat tercapai. Maka dari itu, gelar wicara bisa menjadi wadah terbaik untuk memperdalam wawasan kebahasaan.

Kebhinekaan yang terdapat di nusantara sudah sepatutnya untuk terus kita rawat khususnya keragaman bahasa ibu.

Bahasa merupakan (adibasa) atau bahasa yang baik, bahasa yang baik hanya untuk bangsa yang unggul (adiwangsa).

Tugas merawat bahasa ibu tersebut, perlu kita pupuk agar terus tumbuh sampai anak cucu. Dengan cara ini, kemungkinan besar kita dapat mencegah terjadinya suatu depresiasi kebahasaan. Beban tugas ini pula, merupakan sebuah kewajiban semua elemen yang ada di Indonesia untuk selalu sigap siaga mewanti-wanti hal itu terjadi.

Kedepannya pun kita akan di hadapkan dengan Indonesia emas di 2045. Maka dari itu, tidak hanya bidang-bidang utama saja yang harus kita perkuat dan mengakar, sudah menjadi keharusan untuk terus memperkokoh warisan kebudayaan agar tetap asri, sehingga pada saat mencapai masa gemilang tersebut identitas kita sebagai negara dengan seribu budaya bisa kuat tak tergoyahkan.

Lembung dari kebhinekaan tersebut, marilah kita isi dengan keberlimpahan, gotong royong, serta toleransi, kemudian kita bagikan satu dengan yang lain. Maka dari itu, lembung tersebut akan membawa Indoneisa untuk membumbung mencapai cakrawala kemegahan.

Sumber Referensi : https://www.kemdikbud.go.id/main/blog/2020/02/cegah-bertambah-punahnya-bahasa-daerah-kemendikbud-lakukan-pelindungan-bahasa

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

RP
KO
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini