Warisan Perang Pasifik, Eksistensi Situs Lapangan Udara Kendari II

Warisan Perang Pasifik, Eksistensi Situs Lapangan Udara Kendari II
info gambar utama

Kawan GNFI, tentunya tidak asing lagi dengan Little Boy dan Fatman, bom atom yang dijatuhkan Amerika Serikat dari pihak sekutu di jantung Kota Hiroshima dan Nagasaki untuk menundukkan Jepang (blok Poros Roma-Berlin-Tokyo) pada perhelatan perang dunia kedua. Ini adalah bukti bahwa perang dunia kedua yang berlangsung antara tahun 1939-1945 tidak hanya terjadi di Eropa, tetapi meluas sampai wilayah Asia. Istilah perang dunia kedua di Asia lebih dikenal dengan Perang Pasifik. Jepang mendapat perhatian pihak sekutu, khususnya Amerika Serikat ketika menyerang Pearl Harbor di Pulau Oahu, Hawaii, markas besar Armada Pasifik Amerika Serikat.

Kawan GNFI, dampak konstelasi perang tersebut sampai ke Hindia Belanda (Indonesia saat ini) wilayah yang saat itu adalah kekuasaan Belanda. Operasi militer Jepang ke Hindia Belanda selain untuk mengusir kolonialisme barat, juga tidak terlepas dari eksploitasi sumber daya alam untuk kebutuhan perang yang sedang berlangsung. Di timur Hindia Belanda, Kendari, Sulawesi Tenggara menjadi salah satu target pendudukan militer Jepang. Kendari dikuasai pada tanggal 26 Januari 1942, dan sejak saat itu segala fasilitas pertahanan dibangun untuk mempertahankan Kendari dari serangan pihak sekutu, termasuk fasilitas penting yang diambil alih dari pihak Belanda, yaitu Lapangan Udara Kendari II.

Lapangan Udara Kendari II adalah salah satu lapangan udara yang pernah dibangun oleh Pemerintah Hindia Belanda lengkap dengan fasilitas pendukung untuk menampung logistik perang, difungsikan untuk mendukung pergerakan penting militer Belanda dari daerah kekuasaan ke Batavia dan sebaliknya sejak percobaan pertamanya pada 7 Oktober 1938. Sebelum menjadi bandara, telah melalui serangkaian uji kelayakan, dan hasilnya memenuhi serangkaian prasyarat yang harus dipenuhi untuk menjadi sebuah bandara, seperti kontur, ketersediaan air dan jenis tanah.

Belanda telah mempersiapkan lapangan udara ini sebagai lokasi pertahanan dengan menyimpan bom udara dan minyak avtur dalam jumlah besar. Lapangan Udara Kendari II diklaim mampu menampung 35 pesawat pengebom dan dianggap jauh lebih bagus dari lapangan udara yang ada di Samarinda, serta lebih siap dibanding dengan perlengkapan dan persiapan perang yang dimiliki oleh tentara Amerika di Filipina dan Inggris di Malaya.

Bungker (Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2017)

Privilege yang dimiliki tidak lain karena letaknya yang strategis, berada di lahan datar yang dikelilingi oleh pegunungan di sebelah selatan dan baratnya, serta ditutupi hutan berbukit di wilayah utara dan timur. Dalam skala yang lebih luas, wilayah utara cenderung ditutupi oleh gugusan pegunungan yang cukup tinggi, menjadikan pulau-pulau sekitarnya sebagai kamuflase yang sangat efektif. Selain diuntungkan oleh pulau-pulau yang lebih tinggi di sekitarnya, lokasi ini juga didukung oleh akses darat yang tidak memadai. Jalur transportasi darat hanya dapat ditempuh dengan melakukan pendakian gunung yang mengelilingi lokasi lapangan udara. Begitu juga dengan jalur laut, hanya tersedia melalui Teluk Kendari yang disambung dengan menggunakan jalur darat yang tentunya juga harus melintasi pegunungan. Oleh karena itu, tidak heran jika lokasi Lapangan Udara Kendari II dilihat sebagai lokasi strategis dan menarik perhatian militer Jepang. Lapangan Udara Kendari II sebelumnya pada masa Belanda bernama Bandara Puulanu, setelah Jepang berkuasa barulah diganti dengan nama Kendari II Airfield (Lapangan Udara Kendari II).

Gudang Amunisi (Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2017)

Kawan GNFI, dengan memanfaatkan fasilitas yang telah ada dan memperkuatnya dengan membangun fasilitas pertahanan, militer Jepang memfungsikan Lapangan Udara Kendari II sebagai pertahanan udara untuk mengamankan daerah-daerah yang telah dikuasai serta mengendalikan pergerakan dalam rencana strategis perang mereka, misalnya target penyerangan terhadap Australia.

Kawan GNFI, Lapangan Udara Kendari II yang saat ini berada dalam kawasan Lanud Haluoleo telah disurvei secara intensif oleh Balai Arkeologi Makassar sejak tahun 2012 dan Jurusan Arkeologi Universitas Halu Oleo sampai saat ini. Selain survei, dilakukan pula beberapa penggalian arkeologi di titik-titik konsentrasi temuan. Hasilnya, saat ini kita mengetahui bahwa situs ini mengandung tinggalan Belanda dan pertahanan Jepang yang mengambil peran penting pada masa perang pasifik. Dalam kawasan ini, tersedia data arkeologi seperti gudang amunisi, struktur jembatan, bekas-bekas struktur bangunan pemukiman militer yang telah hancur, bungker, pillbox dan revetment beragam variasi, temuan peluru, mortir, ranjau, botol kaca, serta temuan-temuan sisa aktivitas perang lainnya yang tersebar di area kawasan situs. Jika dilihat dari melimpahnya temuan tersebut, diduga disekitar Lapangan Udara Kendari II berfungsi sebagai tempat pemukiman militer Jepang dan penyimpanan logistik perang. Sedangkan melimpahnya bungker disebabkan untuk melindungi lapangan udara dari serangan pesawat-pesawat pengebom sekutu, dan revetment yang merupakan gundukan tanah berbentuk "U" dengan fungsi untuk meminimalisir dampak pengebom terhadap pesawat militer Jepang yang diserang oleh pihak sekutu.

Allied Geographical Section. (1945). Southwest Pacific Area Terrain Study Kendari. Canberra.

Hayunira, Sasadara. (2013). Masa Pendudukan Jepang Di Kendari: Interpretasi Terhadap Tinggalan Bangunan Jepang Di Kawasan TNI AU Ranomeeto, Konawe Selatan. Skripsi. Universitas Hasanuddin.

Untarti, Dade Prat., Abd. Rauf Sulaeman, Nasihin, Nur Ihsan, Sandi Suseno, Sasadara Hayunira, Irfan Mahmud. (2016). Studi Arkeologi Historis Situs Lapangan Udara kendari II. Arkeologi Universitas Halu Oleo.

Mahmud, M. Irfan & Syahruddin Mansyur. (2016). Jejak Arkeologi Perang Pasifik Di Situs Lapangan Terbang Kendari II, Konawe Selatan - Sulawesi Tenggara. Balai Arkeologi Sulawesi Selatan. Hasanuddin University Press.



Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

AS
KO
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini