Majukan Potensi Kabupaten Batang dengan Keunikan Serabi Kalibeluk

Majukan Potensi Kabupaten Batang dengan Keunikan Serabi Kalibeluk
info gambar utama

Majukan Potensi Kabupaten Batang dengan Keunikan Serabi Kalibeluk

#LombaArtikelPKN2023#PekanKebudayaanNasional2023#IndonesiaMelumbung untuk Melambung

Indonesia memiliki kekayaan wisata alam yang eksotis untuk dinikmati, baik di darat maupun laut. Salah satu buktinya, Indonesia memiliki garis pantai sepanjang 99.083 km menempati peringkat kedua di dunia menurut Worldpopulationreview.com. Kabupaten Batang, bagian dari Provinsi Jawa Tengah memiliki luas daerah 78.864,16 hektar dengan garis pantai memanjang di bagian utaranya. Kombinasi daerah pantai, dataran rendah, dan pegunungan memiliki potensi sama besarnya, seperti Indonesia untuk memajukan pariwisata. Tidak hanya itu saja, tentunya wisatawan akan dapat menikmati keragaman sajian kuliner dengan cita rasa yang berbeda dari setiap daerahnya.

Wisatawan yang berkunjung, baik berasal dari mancanegara maupun domestik sangat hobi untuk berwisata kuliner. Mereka dengan rela mencari makanan yang wajib dicoba saat berkunjung ke suatu daerah di Indonesia. Kuliner khas daerah, seperti Kabupaten Batang menjadi daya tarik Indonesia dalam mengembangkan dunia pariwisata. Dari sabang sampai merauke, setiap daerah memiliki makanan dengan cita rasa khas masing-masing daerah, mulai dari manis, asin, hingga pedas.

Siapa yang tidak mengenal serabi? Makanan dengan bahan dasar tepung beras ini banyak disajikan dengan rasa manis. Dilansir dari Kompas, serabi menjadi salah satu kudapan yang dapat ditemukan di beberapa daerah di Indonesia, seperti Solo dan Bandung. Walaupun keduanya merupakan serabi, tetapi Serabi Solo dan Bandung memiliki ciri khasnya masing-masing. Serabi Solo dimasak menggunakan baja dan disajikan tanpa memakai kuah, sedangkan serabi bandung dimasak menggunakan tanah liat dengan bentuk sajian menggunakan kuah kinca sebagai kuahnya.

Namun, Serabi Kalibeluk yang berasal dari Desa Kalibeluk, Kecamatan Warungasem, Kabupaten Batang kurang dikenal oleh khalayak umum, tidak seperti Serabi Solo dan Bandung. Serabi Kalibeluk hanya dikenal dengan baik di kalangan masyarakat Batang dan Pekalongan saja. Mengutip visitjawatengah.jatengprov.go.id, Senin (6/11/2023), serabi ini memiliki keunikan, berupa ukuran yang cukup besar dan tebal dengan diameter 10 sentimeter. Teksturnya berongga dan berbentuk setengah. Penyajian Serabi Kalibeluk ini biasanya sepasang atau satu tangkup yang berisi dua loyang serabi.

Serabi Kalibeluk | Foto :https://visitjawatengah.jatengprov.go.id/

Seiring berkembangnya zaman, variasi rasa Serabi Kalibeluk menjadi bermacam-macam. Awalnya, terdapat dua varian rasa yang familiar, yaitu rasa original dan gula jawa. Saat ini, generasi muda yang berada di Kalibeluk tersebut mulai mengembangkan beberapa varian rasa, seperti rasa strawberry, cokelat, dan kelapa untuk menarik konsumen membeli serabi tersebut. Namun, untuk mempertahankan rasa dan keotetikannya, para pedagang Serabi Kalibeluk yang masih saudara tetap menggunakan bahan dan cara memasak tradisional.

Dibalik cita rasa khasnya, terdapat fakta sejarah yang menarik untuk diketahui. Semua pembuat Serabi Kalibeluk ternyata mempunyai ikatan keluarga. Salah satu pembuat Serabi Kalibeluk, Slamet Suud, mengatakan asal mula dikenal sebagai sentra produksi Serabi Kalibeluk berawal dari kisah Nyi Rantamsari dari Desa Kalisalak yang rencananya akan dipinang oleh Sultan Agung dari Kesultanan Mataram, melalui perantara Tumenggung Bahurekso. Bahurekso ini lah yang berkaitan dengan cikal bakal Batang

Setelah melihat kecantikan Nyi Rantamsari, Tumenggung Bahurekso justru terpikat sehingga ia memikirkan untuk mencari pengganti Nyi Rantamsari yang akan diajak ke Keraton Mataram. Akhirnya, Endang Wiranti dipilih sebagai pengganti permaisuri Sultan Agung. Setelah sampai di keraton, Endang Wiranti langsung pingsan saat duduk di singgasana. Kemudian, ia mengaku saat ditanya salah satu pembesar keraton bahwa nama aslinya adalah Endang Wiranti, putri dari Randinem penjual serabi. Mendengar hal tersebut, Sultan Agung menghukum Bahurekso untuk membuka hutan “Alas Roban”, sedangkan Endang Wiranti diminta kembali ke desa untuk melanjutkan usaha ibunya.

Hingga kini, Serabi Kalibeluk tersebut masih dijual dan dilestarikan secara turun temurun. Serabi Kalibeluk ini biasanya digunakan untuk hajatan atau oleh oleh dengan harga Rp14.000,00 per paket. Cita rasa yang khas seharusnya mampu membuat Serabi Kalibeluk dinikmati masyarakat secara luas. Pemkab Batang juga berharap bahwa Serabi Kalibeluk ini bisa dinikmati tidak hanya masyarakat Kabupaten Batang saja, tetapi juga masyarakat di luar Kabupaten Batang untuk dapat menikmati cita rasa serabi yang berbeda.

Banyaknya teknologi dan pengembangan usaha mikro kecil dan menengah yang semakin berkembang pesat harus mulai dimanfaatkan para produsen Serabi Kalibeluk. Produk ini memiliki potensi yang tinggi untuk meluaskan pemasarannya, seperti serabi solo dan bandung yang lebih dulu dikenal masyarakat secara luas. Pemanfaatan teknologi dengan melakukan branding terhadap produk yang dimiliki harus ada di setiap produsen agar produk mereka maju dan berkembang.

Menurut Dinas Komunikasi dan Informatika Kabupaten Batang, Tim Penggali Warisan Budaya Takbenda (WBTb) Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Kabupaten Batang berupa menelusuri fakta-fakta unik yang belum terungkap sepenuhnya dari para narasumber . Salah satu anggota tim, Nurrochim, mengatakan, penelusuran dilakukan untuk mengangkat Serabi Kalibeluk sebagai Warisan Budaya Takbenda.

Tentunya, untuk mewujudkan Serabi Kalibeluk menjadi salah satu destinasi wisata kuliner tradisional yang mendunia dibutuhkan kerja sama yang utuh supaya tujuan tersebut dapat tercapai. Dari semua elemen, mulai dari pemerintah dan produsen harus sama sama mempunyai visi yang sama untuk mengenalkan makanan tradisional tersebut. Pemerintah perlu mendampingi produsen dalam memberikan bantuan ataupun pelatihan baik teknis, maupun nonteknis.

Pelatihan nonteknis yang dimaksud dapat berupa pembinaan dalam digital marketing, penyiapan dari segi desain, dan penyebaran informasi melalui media sosial sangat dibutuhkan produsen dalam mengelola usaha mereka. Seperti yang sudah kita ketahui bersama, bahwa internet dan media sosial memiliki dampak yang sangat berpengaruh dalam usaha Food and Beverage. Selain itu, produsen atau masyarakat yang terlibat dalam usaha tersebut harus berkomitmen untuk belajar bersama untuk membangkitkan semangat memajukan makanan tradisional khas Kabupaten Batang.


(pastikan sertakan sumber data berupa tautan asli dan nama jika mengutip suatu data)

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

ZK
KO
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini