Mengenal Suku Asmat, Ahli Pahat yang Ceritakan Tentang Para Leluhur

Mengenal Suku Asmat, Ahli Pahat yang Ceritakan Tentang Para Leluhur
info gambar utama

Suku Asmat terkenal dengan ukiran kayu yang unik dan sering menggambarkan nenek moyang. Seni ukir kayu merupakan perwujudkan cara Suku Asmat dalam melakukan ritual untuk mengenang arwah leluhurnya.

Bagi masyarakat Asmat, lingkungan fisik tak terlalu berpengaruh bagi daya kreasi. Sumber kreasi mereka bukan di alam sekeliling, tetapi tersimpan dalam lubuk hati masing-masing. Inilah yang menyebabkan kreasi seniman Asmat tak peduli tempat dan waktu.

Mengenal Suku Asmat Papua: Sejarah, Tradisi, dan Budaya Tradisionalnya

Hal ini pula yang menyebabkan hingga hari ini di kawasan Asmat masih saja dihasilkan karya-karya ukir seperti karya ukir nenek moyang mereka, misalnya tombak, piring untuk makan sagu, sampai terompet dari bambu ukir.

Daya kreasi orang Asmat ini selalu terjaga dari segala hiruk-pikuk perubahan duniawi. Rahasia ini diturunkan oleh bapak kepada anak lelakinya ketika si anak telah dianggap akil balig sekitar 14 tahun.

“Bila rahasia ini diketahui orang di luar Asmat, kami tak lagi bisa mengukir,” jelas Bernardus, pemahat Asmat yang dimuat Tempo.

Bisa hilang arti

Bernardus menjelaskan karya ukir adalah sebuah keyakinan bagi Suku Asmat. Lebih dari sekadar keyakinan spiritual, hasil ukir sebenarnya adalah spirit hidup mereka. Tanpa itu, jelas Bernardus, Suku Asmat kehilangan arti.

Ukiran itulah yang menghubungkan mereka dengan nenek moyang dengan dunia roh. Bentuk patung orang adalah sebuah potret orang tertentu yang telah meninggal. Dan patung itulah yang mencoba menuntun arwah si mati menuju safan, yaitu dunia arwah.

Walau begitu, Bernardus menjelaskan sekarang zaman telah berubah. Sejak ada pemerintahan di Asmat, orang-orang tersebut membeli ukiran yang asli. Artinya patung-patung Asmat yang sebenarnya diciptakan untuk mengenang para leluhur.

Mengenal Mitologi Ukiran Suku Asmat dan Penyembahan Arwah Leluhur

Walau kemudian orang Asmat membuat ukiran khusus untuk dijual. Dan mereka sendiri dengan jujur menilai, ukiran tersebut kurang mantap. Walau dari segi bentuk, boleh dikatakan tak ada bedanya dengan hasil ukiran untuk keperluan upacara arwah.

“Dan, yang untuk dijual tak harus selalu rendah nilainya,” paparnya.

Pesta budaya Asmat

Bagi Suku Asmat kebanyakan hasil ukiran menggambarkan kehidupan keseharian masyarakat. Karena itu keunikan dapat terlihat dari setiap hasil kerajinan ukir Suku Asmat yang berbeda satu dengan lain.

Bahkan yang lebih unik lagi sub-etnik dari suku asli Tanah Papua ini juga memiliki motif yang berbeda-beda. Satu bentuk ukiran tidak akan bisa dibuat yang sama untuk kedua kalinya sehingga hanya terdapat satu buah atau satu macam saja.

“Motif yang digunakan pun beragam, biasanya diambil dari alam seperti bentuk daun, manusia, perahu, hewan di sekitar lingkungan, dan lain sebagainya,” tulis laman limakaki.

Agats, Kota di Papua yang Jadikan Motor Listrik Sebagai Kendaraan Utama

Keinginan pemerintah dalam memperkenalkan seni ukir khas Suku Asmat kemudian mengadakan Pesta Budaya Asmat. Dalam acara tersebut pengunjung yang mayoritas wisatawan dari luar daerah dan luar negeri bisa melihat keunikan seni ukir.

“Kegiatan ini diharapkan mampu menjadikan kunjungan wisata meningkat sekaligus membuat perekonomian masyarakat, khususnya Suku Asmat membaik,” paparnya.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Rizky Kusumo lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Rizky Kusumo.

Terima kasih telah membaca sampai di sini