Reog Ponorogo Dengan Segala Kisah dan Keindahannya

Reog Ponorogo Dengan Segala Kisah dan Keindahannya
info gambar utama

#LombaArtikelPKN2023 #PekanKebudayaanNasional2023 #IndonesiaMelumbung

Reog Ponorogo adalah salah satu kesenian yang berasal dari Jawa Timur. Kesenian ini sudah ada sejak zaman kerajaan Kediri sekitar abad XI Masehi. Kesenian ini menceritakan kisah mengenai perebutan putri dari kerajaan Kediri yaitu Dewi Ragil Kuning atau Putri Sanggalangit oleh kedua pangeran tampan yaitu Pangeran Klono Sewandana dari kerajaan Bantarangin dan Pangeran Singabarong dari kerajaan Lodaya.

Cerita ini bermula dari raja Kediri memiliki seorang putri bernama Putri Sanggalangit yang memiliki paras sangat cantik dan baik hati. Dengan pesonanya, banyak pangeran yang ingin menjadikannya seorang istri. Namun putri yang memiliki paras cantik ini tidak mudah jatuh hati. Dia selalu menolak setiap lamaran yang datang.

Semenjak kejadian itu kekhawatiran menghantui raja Kediri. Suatu hari sang Raja menghampiri putri Sanggalangit dan memintanya untuk menerima lamaran dari salah satu pangeran. Karena kepatuhan serta rasa hormat terhadap ayahnya, putri Sanggalangit enggan menolak permintaan ayahnya. Namun, sang putri mengajukan sebuah syarat bagi pangeran yang ingin meminangnya.

Putri Sanggalangit menyampaikan syarat bagi pangeran yang ingin meminangnya kepada raja Kediri. ’’Katakan kepada semua pangeran itu ayah, bahwa jika mereka ingin meminangku maka mereka harus menerima dan memenuhi syarat dariku. Syarat pertama, mereka harus mengadakan sebuah pertunjukan yang belum pernah ada di negeri ini. Syarat kedua, pertunjukan itu harus diiringi oleh 144 penunggang kuda kembar dan syarat terakhir adalah mereka harus membawa seekor binatang berkepala dua.’’

Alangkah terkejutnya raja Kediri mendengar persyaratan yang disampaikan sang putri. Persyaratan tersebut sangat amat rumit dan hampir mustahil untuk dilakukan. Namun, sang raja tetap mengumumkan syarat tersebut kepada semua pangeran yang ingin meminang putrinya.

Setelah sayembara yang telah dilakukan sang raja, akhirnya hanya ada dua pangeran saja yang sanggup mengikuti sayembara tersebut yaitu pangeran Klono Sewandana dan pangeran Singabarong. Beberapa hari kemudian, pangeran Klono Sewandana sudah mempersiapkan semua persyaratan dari putri Sanggalangit dengan baik. Namun, ada satu yang belum dia miliki yaitu binatang berkepala dua. Dia hanya memiliki seekor merak yang sangat indah, pangeran Klono Sewandana berharap agar putri Sanggalangit menyukai merak miliknya.

Rombongan pangeran Klono Sewandana memutuskan untuk berangkat menuju kerajaan Kediri. Namun di tengah perjalanan, rombongan pangeran Klono Sewandana di hadang oleh seekor singa yang ganas. Siapa sangka jika singa tersebut adalah jelmaan dari pangeran Singabarong. Dia memiliki cara licik untuk merebut hal-hal yang sudah dipersiapkan oleh pangeran Klono Sewandana. Beberapa prajurit pangeran Klono Sewandana menjadi korban keganasan singa tersebut sehingga sesegera mungkin pangeran Klono Sewandana mencari cara untuk menghentikan keganasan singa tersebut. Tidak disangka tiba-tiba burung merak milik pangeran Klono Sewandana terbang menghampiri ke atas pundak singa. Sang merak mematuk kutu-kutu yang ada pada tubuh singa hingga singa yang tadinya ganas menjadi terlena. Pada saat yang bersamaan pangeran Klono Sewandana mengambil pecut saktinya yaitu pecut Samandiman dan mengarahkannya pada singa dan merak. Akhirnya tubuh singa dan merak menempel menjadi satu dan tidak dapat dipisahkan.

Semua persyaratan yang disampaikan oleh putri Sanggalangit sudah terlengkapi. Pangeran Klono Sewandana melanjutkan perjalanan ke kerajaan Kediri untuk menggelar pentas dihadapan sang putri. Alangkah terkejutnya putri Sanggalangit melihat pementasan yang menakjubkan dan belum pernah dia temui sebelumnya. Putri Sanggalangit juga terpesona dengan keindahan hewan berkepala dua yaitu singa dan merak yang dibawa oleh pangeran Klono Sewandana. Akhirnya sang putri memutuskan untuk menerima pinangan dari pangeran Klono Sewandana karena dia berhasil mengabulkan semua syarat yang telah dia utarakan. Mereka akhirnya menikah dan tinggal di daerah Wengker atau sekarang menjadi Ponorogo.

Sejak saat itulah muncul kesenian yang bernama Reog Ponorogo. Acara ini biasanya dipentaskan dalam beberapa acara seperti pernikahan, khitanan, serta acara penyambutan hari besar nasional. Pementasan reog Ponorogo terdiri dari beberapa rangkaian, pertama tarian yang dibawakan oleh 6 sampai 8 pria dengan pakaian serba hitam dengan muka dipoles warna merah. Para penari ini dinamakan warok yang mencerminkan sosok singa yang pemberani dan menggambarkan seseorang yang memiliki tekad yang kuat untuk melindungi orang lain yang lemah. Selanjutnya tari jaran kepang atau jathilan yang diperagakan oleh wanita yang berparas cantik. Tarian ini menggambarkan ketangkasan dan keindahan prajurit berkuda. Kemudian di susul dengan tarian mengandung adegan lucu yang dibawakan oleh bujang ganong. Bujang ganong diperagakan oleh remaja laki-laki yang memakai topeng ganongan. Tarian ini mencerminkan patih muda yang cekatan, berkemauan keras, cerdik, jenaka dan sakti.

Adegan terakhir adalah muncul nya Prabu Klono Sewandana dan singa barong, dimana pembarongan memakai dan membawa dadak merak yang memiliki berat kurang lebih 50 kg sampai dengan 60 kg hanya dengan kekuatan gigi, lengan dan kaki nya saja. Dadak merak ini berbentuk kepala singa dengan mahkota yang terbuat dari burung merak. Perlu diketahui bahwa kemampuan membawa dadak merak selain diperoleh dari kemampuan latihan yang maksimal, juga diperoleh dari latihan spiritual yang hanya bisa dilakukan oleh orang-orang tertentu. Beberapa contoh latihan spiritual yang dilakukan pembarong yaitu puasa ataupun bertapa. Sedangkan Prabu Klono Sewandana ditampilkan sebagai seseorang yang gagah perkasa, sakti mandraguna serta tampan yang memiliki pusaka andalan yaitu Pecut Samandiman. Kegagahan yang ditampilkan oleh Prabu Klono Sewandana berhasil menciptakan kesenian reog yang indah, lincah serta berwibawa.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

DS
KO
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini