Tradisi Syukuran Sunda ; Ngaruwat Bumi Pasundan

Tradisi Syukuran Sunda ; Ngaruwat Bumi Pasundan
info gambar utama

Upacara adat Ngaruwat Bumi—

Merupakan bentuk kepercayaan tradisional leluhur dan masih dianggap sebagai ritual untuk mengungkapkan rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena telah memberikan hasil panen yang melimpah, mengusir kejahatan, berharap panen tahun depan, dan mengenang leluhur. Mereka memohon kepada Allah SWT, Tuhan dan pelindung mata air, agar air selalu dalam keadaan baik. Mereka pun bersyukur dengan melimpahnya air yang masih memungkinkan mereka bercocok tanam dan memenuhi kebutuhan sehari-hari. Pementasan ritual ini mengandung berbagai norma dan nilai budaya yang berguna dalam memperkuat rasa solidaritas atau persatuan antar anggota masyarakat, khususnya nilai-nilai agama, sosial, ekonomi, dan budaya, kesehatan, pendidikan, dan hiburan.

Salah satu daerah yang masih menganut adat istiadat tersebut adalah Banceuy, sebuah desa yang berada di wilayah administratif Desa Sanca, Kecamatan Ciater, Kabupaten Subang. Desa yang terdiri dari tujuh keluarga ini terletak di daerah pegunungan dan terbuka. Pada tahun 1800-an, desa tersebut dilanda angin puting beliung. Seluruh rumah warga rusak dan tidak layak huni. Untuk mengatasi permasalahan tersebut, warga desa bersatu mengambil keputusan agar terhindar dari bencana tersebut. Ngaruwat Bumi berasal dari bahasa Sunda peduli atau ngarawat yang berarti mengumpulkan atau memelihara.

Tradisi ini menggerakkan seluruh anggota masyarakat untuk mengumpulkan seluruh produk lokal, baik mentah, setengah jadi, dan jadi/matang. Ruwatan Bumi yang diselenggarakan oleh Desa Banceuy biasanya dilaksanakan pada hari Rabu terakhir bulan Rayagung atau bulan Dzulhijah (sebelum dan menyambut tahun baru Islam).

Hingga kini tradisi ini dilaksanakan oleh warga desa. Untuk daerah-daerah yang masih melaksanakan ini antara lain :

  • Karawang
  • Subang
  • Purwakarta
  • Lembang
  • Bandung

Tradisi ini juga biasanya dilaksanakan pada jangka waktu 2 hari, dengan beberapa kegiatan diantaranya adalah :

  1. Dadahut, atau bisa dikatakan sebagai bentuk persiapan dari mulai musyawarah, penggalangan dana, pembuatan aneka makanan, membuat pintu heek, membuat sawen, dan lainnya.
  2. Ngadiukeun, biasanya dilaksanakan oleh sesepuh adat dengan berdoa di goa, dengan sasajen. Tujuannya adalah sebagai bentuk permohonan izin kepada Tuhan YME dan kepada para leluhur agar upacara berjalan lancar. Hal ini selalu dilaksanakan di pagi hari, satu hari sebelum pelaksanaan upacara.
  3. Meuncit Munding, dalam rangkaian ngaruwat hal ini juga dilakukan dengan pelaksanaannya yakni setelah upacara ngadiukeunyaitu sehari sebelum hari puncak. “Mauncit” adalah sembelih sedangkan “Munding” adalah kerbau. Daging kerbau tersebut seperempat disediakan untuk perjamuan tamu serta kepentingan umum dan sisanya dibagikan kepada masyarakat Banceuy.
  4. Ngalawar, yakni penyimpanan sesajen di setiap sudut kampung oleh seorang sesepuh adat. Ngalawardimulai dari pukul 16.00 WIB. Sasajen dibungkus daun pisang kecil (pincuk), di dalamnya terdapat aneka makanan yang terbuat dari beras, lalu disimpan di atas anyaman bambu (rangap). Ngalawar bermaksud memberitahukan dan mengundang para leluhur bahwa penduduknya akan mengadakan upacara Ruwatan Bumi.
  5. Sholawatan, memanjatkan doa dan pujian kepada Tuhan YME, yang dilaksanakan setelah magrib di masjid yang ada di Kampung Banceuy.
  6. Seni Buhun Gemyung, dilaksanakan pada malam hari yakni seni persembahan atau hurmatankepada leluhur. Ini dilaksanakan pada hari pertama Ngaruwat.
  7. Numbal, upacara inti Ruwatan Bumiyakni mengubur semua sasajen dan makanan yang terbuat dari beras, dengan cara tertentu. Numbal dilaksanakan pada pukul 07.00 WIB pada hari puncak pelaksanaan. Tujuan numbal yakni ngahurip bumi munar lemah artinya supaya segala sesuatu yang dilakukan oleh masyarakat Kampung Adat Banceuy dan semua yang dihasilkan tanah Banceuy bisa bermanfaat dan barokah.
  8. garak Dewi Sri, berupa arak-arakan mengelilingi kampung.
  9. Nyawer Dewi Sri, upacara yang dilakukan setelah Ngarak Dewi Sri selesai. Sawer dilakukan oleh sesepuh adat dengan cara melantunkan syair buhun. Sawer berisi tentang pujian terhadap Sang Pencipta, kepada leluhur dan pada Nyi Pohaci (Dewi Sri).
  10. Pagelaran Wayang Golek. Merupakan acara hiburan yang dilaksanakan sehabis waktu dzuhur sampai menjelang magrib, kemudian dilanjutkan pada malam harinya setelah Isya sampai dini hari. Berakhirnya pagelaran Wayang Golek maka selesailah sudah pelaksanaan sebuah tradisi dengan makna kearifan menjaga kelestarian alam yang menjadi penopang utama dalam kehidupan masyarakat Banceuy.

Pelaksanaan ritual ini mampu menjadi ajang positif dimana masyarakat bisa berkumpul dan bersilaturahmi untuk membahas berbagai kegiatan dalam membangun lingkungan yang damai kemudia bentuk syukur ini mampu menjadi tempat bagi petani membahas waktu pengolahan lahan pertanian serta jadwal tanam secara serempak.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

SN
KO
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini