Hotel Majapahit: Hotel Mewah yang Menjadi Saksi Bisu Awal Pertempuran Berdarah

Hotel Majapahit: Hotel Mewah yang Menjadi Saksi Bisu Awal Pertempuran Berdarah
info gambar utama

Jika Kawan GNFI melewati Jalan Tunjungan, Kota Surabaya, kamu akan melihat sebuah hotel mewah dengan gaya arsitektur Belanda. Dari luar, hotel ini didominasi bentuk kotak dan dindingnya dicat putih. Pada dinding depan atasnya, tersusun blok- blok huruf besar berwarna keemasan yang membentuk tulisan "Hotel Majapahit".

Hotel yang sudah berusia lebih dari seabad ini tidak hanya memiliki penampilan yang antik, tetapi juga menjadi saksi bisu atas suatu peristiwa yang menjadi awal mula sebuah pertempuran terbesar dalam sejarah kemerdekan Indonesia. Dalam rangka memperingati hari pahlawan, mari kita membahas sejarah Hotel Majapahit dan hubungannya dengan perang kemerdekaan.

Dikutip dari situs webSistem Registrasi Nasional Cagar Budaya dan Hotel Majapahit, Hotel Majapahit didirikan pada tahun 1910 di atas lahan seluas 1.000 m2 dan diresmikan pada tanggal 1 Juli 1911. Hotel ini dibangun oleh keluarga Sarkies dengan menggunakan jasa arsitek Regent Alfred John Bidwell. Keluarga Sarkies merupakan keluarga pebisnis asal Iran yang telah membangun beberapa hotel di Asia Tenggara, seperti Raffles Hotel di Singapura, Eastern & Oriental Hotel di Malaysia, dan Strand di Myanmar.

Pada awal berdiri, hotel ini bernama Oranje Hotel dan memiliki gaya arsitektur Art Nouveau. Bertahun-tahun kemudian, hotel ini mengalami perluasan sebanyak dua kali. Pertama, perluasan dua sayap hotel pada tahun 1923 sampai 1926. Kedua, perluasan lobi pada tahun 1930. Berbeda dengan gedung lamanya, Iobi baru ini dibangun dengan gaya Art Deco. Untuk meresmikan lobi baru ini, pihak hotel menggelar pesta yang dihadiri para bangsawan dan bintang terkenal. Pangeran Leopold III dan Putri Astrid dari Belgia serta Charlie Chaplin hadir pada pesta itu.

Pada tahun 1942, tentara Jepang mulai menginvasi Indonesia. Belanda yang tak mampu melawan invasi Jepang akhirnya terpaksa mengaku menyerah tanpa syarat. Dengan ditandatanganinya Perjanjian Kalijati pada tanggal 8 Maret 1942, Jepang secara resmi menjadi penguasa wilayah Indonesia. Berkuasanya Jepang di Indonesia telah mengubah banyak hal dalam kehidupan masyarakat Indonesia, tak terkecuali Oranje Hotel. Pada masa kekuasaan Jepang, hotel ini berubah nama menjadi Hotel Yamato dan fungsinya pun berubah menjadi markas militer.

Peserta Musyawarah XIV PKBSI 2023 Puji Jagat Satwa Nusantara Bertaraf Internasional

Tiga tahun kemudian, tepatnya pada tanggal 14 Agustus 1945, Jepang menyatakan menyerah tanpa syarat kepada pihak Sekutu. Kesempatan ini segera dimanfaatkan para pejuang kemerdekaan dari golongan muda untuk memproklamasikan kemerdekaan Indonesia. Setelah mendesak golongan tua, kemerdekaan Indonesia akhirnya diproklamasikan pada tanggal 17 Agustus 1945.

Meskipun Indonesia sudah menyatakan kemerdekaannya, Belanda tidak mengakui hal itu. Bahkan, mereka ingin kembali menguasai Indonesia. Oleh karena itu, Belanda melalui NICA (Netherlands Indies Civil Administration) bergabung dengan pihak Sekutu yang hendak membebaskan tawanan perang dan interniran serta melucuti pasukan Jepang di Indonesia.

Dikutip dari tirto.id, tentara Belanda yang dipimpin W.V.Ch Ploegman tiba di Surabaya bersama pasukan Inggris dan Palang Merah Internasional. Ketiganya tergabung ke dalam badan yang dinamakan Rehabilitation of Allied Prisoners of War and Internees (RAPWI) atau Bantuan Rehabilitasi untuk Tawanan Perang dan Interniran. Setibanya di Surabaya, mereka langsung mendirikan markas di Hotel Yamato yang dulunya bernama Oranje Hotel. Bersamaan dengan pendirian markas, Bendera triwarna merah-putih-biru milik Belanda juga dikibarkan di atap markas. Dari sini, terjadilah peristiwa yang kemudian dikenal dengan nama Insiden Hotel Yamato.

Pengibaran bendera Belanda ini memantik amarah rakyat Surabaya. Secara berbondong-bondong, mereka mulai mengerumuni Hotel Yamato, tempat bendera Belanda dikibarkan. Tak mau terjadi konflik antara rakyat Surabaya dan pihak Sekutu, Residen Surabaya yang bernama Soedirman bersama dengan Sidik dan Hariyono mendatangi tentara Belanda di Hotel Yamato. Mereka meminta kepada Ploegman selaku pemimpin tentara Belanda di sana untuk menurunkan bendera Belanda yang berkibar di atas atap markas mereka.

Namun, permintaan mereka ditanggapi dengan buruk oleh Ploegman. Tak hanya itu, Ploegman pun mengancam Soedirman dengan senjata. Menyadari keadaan menjadi gawat, Sidik langsung menyambar Ploegman untuk merebut senjata darinya. Sementara itu, Hariyono mengamankan Soedirman ke luar hotel. Ketika melihat Soedirman dan Hariyono berlari ke luar hotel, rakyat Surabaya yang berkumpul di luar hotel beranggapan bahwa perundingan telah gagal. Akhirnya, beberapa pemuda memutuskan untuk memanjat ke atap hotel. Di atas atap, mereka menurunkan bendera Belanda, merobek bagian birunya, lalu mengibarkan kembali bendera tersebut. Karena bagian birunya telah dirobek, bendera triwarna itu telah berubah menjadi bendera merah putih.

Usai insiden perobekan bendera Belanda itu, konflik senjata antara rakyat Surabaya dengan pihak Sekutu mulai sering terjadi. Konflik ini mencapai puncaknya pada tanggal 10 November 1945 yang dikenal dengan peristiwa Pertempuran Surabaya. Dalam buku A History of Modern Indonesia karya M. C. Ricklefs yang dikutip dari tirto.id, pertempuran ini menewaskan sekitar 6.000-16.000 orang dari pihak Indonesia dan sekitar 600-2.000 orang dari pihak Sekutu.

RI dan Jepang Bakal Bangun MRT Balaraja-Cikarang Sejauh 84 KM

Setelah peristiwa bersejarah itu, Hotel Yamato sempat beberapa kali berganti nama. Begitu pun dengan kepemilikannya. Hotel ini juga telah mengalami renovasi agar dapat memenuhi kebutuhan wisatawan zaman sekarang. Pada tahun 2014, hotel ini telah ditetapkan sebagai bangunan cagar budaya oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan. Saat ini, Hotel Yamato telah berganti nama menjadi Hotel Majapahit dan dikelola oleh Accor melalui jaringan MGallery.

Sumber:

  • https://hotel-majapahit.com/wp-content/uploads/2014/05/BRIEF-HISTORY.pdf
  • https://web.archive.org/web/20221110072425/https://cagarbudaya.kemdikbud.go.id/cagarbudaya/detail/PO2013101000002/hotel-majapahit
  • https://tirto.id/insiden-hotel-yamato-ulah-belanda-bikin-murka-arek-arek-surabaya-cwSD
  • https://tirto.id/kronologi-pertempuran-surabaya-sejarah-latar-belakang-dampak-gaMi

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

MI
KO
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini