Melestarikan Pangan Lokal dan Solusi Ketahanan Pangan Lewat Pekan Kebudayaan Nasional

Melestarikan Pangan Lokal dan Solusi Ketahanan Pangan Lewat Pekan Kebudayaan Nasional
info gambar utama

Kuliner Indonesia memang sangat kaya. Bahkan, bergeser sedikit dari satu kabupaten atau kota ke daerah di sekitarnya, kita sudah bisa menemukan makanan lokal yang berasal dari daerah tersebut.

Tapi, seberapa tahu kita mengenai kekayaan setiap makanan yang ada di setiap daerah? Mungkin, yang kita tahu hanya makanan yang populer-populer saja di daerah sekitar kita.

Bila itu dari daerah yang sudah berbeda pulau, boleh jadi itu hanya sebagian kecil saja yang diketahui. Kalau ditanya makanan dari daerah Pulau Timor apa saja ke orang dari Jakarta, apakah banyak dari mereka yang mengetahuinya?

Dengan variatifnya latar belakang budaya hingga kondisi alam di Indonesia, bukan tanpa alasan bila kuliner Nusantara sangat kaya. Belum lagi dari aspek sejarah seperti bagaimana akulturasi antara budaya juga turut menciptakan kuliner turun temurun.

Oleh karena itu, bila bicara soal ketahanan pangan, seharusnya kata “krisis pangan” akan jauh dari kita. Tapi, nyatanya hal ini seakan terus membayangi kita. Bahkan, pangan lokal seakan-akan tidak memiliki tempat dan kalah dengan produk-produk yang populer di masyarakat.

Hasil Kongres Kebudayaan Nasional 2023: Mewujudkan 10 Gagasan untuk Pemajuan Kebudayaan

Serba-serbi pangan sebagai bagian dari budaya dalam PKN

Foto: Dok. PKN 2023
info gambar

Dalam Pekan Kebudayaan Nasional 2023 yang terlaksana pada 20-29 Oktober kemarin, soal pangan dan kuliner lokal juga jadi salah satu hal yang diangkat dan dikenalkan kepada masyarakat.

Hal ini dapat kita jumpai dalam pelaksanaannya di Ruang Tamu PT Perusahaan Film Negara (PFN), yaitu dalam kegiatan perjamuan Dapur Bangsa dengan tajuk “Kenduri Rasa: Dapur Bangsa” yang menjadi bagian kuratorial Jejaring, Rimpang.

Pada perjamuan bergaya lesehan ini, setiap pengujung dapat mengenal berbagai kuliner khas Nusantara, entah itu sekedar mencicipinya, atau mengetahui bagaimana sejarah, proses pembuatan dan tekniknya, hingga bagaimana konteks sosio-kulturalnya.

Kegiatan ini pun dapat membuat masyarakat bisa semakin mengenal bagaimana potensi kuliner lokal dari setiap daerah pun sebenarnya dapat menjadi solusi ketahanan pangan. Apalagi dengan melimpahnya berbagai sumber makanan lokal yang sudah turun-temurun.

Pengetahuan akan pengolahannya dari suatu daerah pun juga dapat diadaptasi oleh masyarakat lain. Sehingga, kita bisa memiliki alternatif pilihan yang lebih luas dalam konsumsi makanan sehari-hari.

Dalam pelaksanaan PKN sebelumnya pada tahun 2020, pangan lokal pun juga turut menjadi sorotan. Pada diskusi Konferensi Ketahanan Pangan ditekankan kalau alam Indonesia sebenarnya menyediakan berbagai sumber makanan yang melimpah. Hanya saja, sistem pasar dan kebijakan membuatnya semakin terpinggirkan.

Memahami Konsep ‘Lumbung’ Sebagai Filosofi Pekan Kebudayaan Nasional 2023

Lunturnya pangan lokal di tengah gempuran produk pasar

Foto: Dok. PKN 2023
info gambar

Hal tersebutlah yang membuat masalah ketahanan pangan turut jadi kemelut di berbagai daerah. Kedaulatan pangan yang seharusnya tetap berkelanjutan di masyarakat tertentu pun perlahan semakin terkikis.

Misalnya, kita bisa melihat bagaimana beras telah dianggap sebagai pangan pokok. Bahkan, bisa dikatakan masyarakat sudah “ketergantungan” dengan beras. Padahal, ada umbi-umbian lokal atau tanaman gulma yang sebenarnya dulu sudah menjadi sumber makanan sehari-hari.

Contoh lain adalah bagaimana hubungan antara pangan, alam, dan manusia dari masyarakat Timor, yang mana daerah ini juga turut dieksplorasi sebagai penelitian oleh tim Kenduri Rasa. Tradisi di sana, biasanya masyarakat memanfaatkan apa yang ada di hutan. Makanannya pun bisa berubah sesuai dengan musim.

Tetapi, nyatanya tidak sedikit pula masyarakat sana yang sudah bergantung dengan beras. Bahkan, ada pula yang merasa malu dengan makanan daerahnya. Hal ini tidak terlepas pula dari adanya anggapan kalau tidak makan nasi berarti orang kurang mampu.

Nyatanya, dalam gelaran PKN 2023 kemarin, banyak sekali yang antusias dan ingin mempelajari lebih lanjut soal bagaimana pengolahan makanan-makanan lokal.

“Padahal jika kita membuka mata dan mau belajar tentang ketersediaan pangan kita yang sebetulnya melimpah ini bisa menambah pengetahuan kita tentang pangan lokal itu jadi lebih banyak. Sehingga kita tidak serta-merta menyebutkan tanaman-tanaman seperti akar kucing, sintrong, semanggi itu sebagai tanaman liar,” kata Founder Javara Indonesia Helianti Hilman sebagaimana dikutip dari Kemendikbud.

Ia pun juga turut menawarkan solusi dengan mengombinasikan warisan pangan lokal dengan kewirausahaan yang kreatif dan inovatif.

Kawasan Pemajuan Kebudayaan: Mendukung Ruang Pengembangan Budaya Sebagai Hasil PKN 2023

PKN 2023: Pemajuan kebudayaan dan ketahanan pangan

Foto: Dok. PKN 2023
info gambar

Pemajuan kebudayaan sendiri merupakan salah satu misi dari pelaksanaan Pekan Kebudayaan Nasional. Yang mana, upaya pemajuan kebudayaan pun tidak terlepas dari bagaimana ketahanan pangan harus tetap terjaga di masyarakat.

Oleh karena itu, menjaga tradisi kuliner dari setiap daerah, eksplorasi pangan, serta diversifikasi kuliner alternatif adalah hal yang penting untuk dilakukan, baik itu dari pemerintah maupun masyarakat. Dalam PKN 2023, hal ini pun tidak luput menjadi perhatian.

Saat ini, Kemendikbudristek sendiri tengah menggiatkan kekuatan pangan dengan menanami kembali ruang-ruang dan lahan kosong dengan singkong, ubi jalar, dan buah-buahan asli Indonesia yang selama ini sudah semakin ditinggalkan. Pengenalan soal pangan lokal ke masyarakat pun juga dilakukan dengan acara seperti PKN 2023 ini.

Fitra selaku Sekretaris Direktorat Jenderal Kebudayaan Kemendikbud menyebutkan kalau ketahanan pangan adalah masalah kebudayaan. Sehingga, hal ini juga jadi perhatian Kemendikbud.

"Dulu kita kekurangan beras, bisa ambil ubi, tanaman obat, buah-buah yang ada di sekitar, itu yang harus kita lestarikan, itu yang kita maksud memajukan kebudayaan dengan menghidupkan ekosistemnya," kata Arda sebagaimana dikutip dari Antara.

Lebih lanjut, ia juga berpendapat bahwa ketergantungan masyarakat pada beras selama ini menjadi masalah.

Sehingga, memiliki alternatif tanaman selain beras dapat meningkatkan ketahanan pangan. Ini pun dapat menjadi solusi untuk berbagai permasalahan seperti penurunan stunting. Dengan begitu, permasalahan di masyarakat dapat terselesaikan dan kebudayaan lokal dapat tetap lestari.

"Kalau panganan lokal hilang, maka hilanglah kebudayaan. Kalau rempah-rempah kita sudah tidak ada, dan bumi ini tidak kita rawat dengan baik, hilanglah budaya kita," tuturnya.

Bila saja produk pangan lokal ini bisa muncul ke permukaan dan semakin dikenal masyarakat luas, tentunya krisis pangan yang jadi kekhawatiran di Indonesia tentu tidak akan menjadi masalah.

PKN 2023 di PT PFN: Menghargai Budaya dengan Hubungan Erat Manusia dan Lingkungan

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Muhammad Fazer Mileneo lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Muhammad Fazer Mileneo.

Terima kasih telah membaca sampai di sini