Stunting Dapat Menurunkan Kualitas SDM Indonesia Di Masa Depan

Stunting Dapat Menurunkan Kualitas SDM Indonesia Di Masa Depan
info gambar utama

Stunting jika dikutip dari Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 72 Tahun 2021 ialah gangguan pertumbuhan dan perkembangan anak akibat kekurangan gizi kronis dan infeksi berulang, yang ditandai dengan panjang atau tinggi badannya berada di bawah standar yang ditetapkan oleh menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang kesehatan.

Jika dilihat kembali permasalahan stunting di Indonesia tahun 2022, Menurut hasil Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) pada Rapat Kerja Nasional BKKBN pada tanggal 25 Januari 2023, prevalensi stunting di Indonesia turun dari 24,4% di tahun 2021 menjadi 21,6%. Penurunan yang cukup signifikan, mengingat target prevelensi pemerintah menargetkan penurunan stunting hingga 14% di tahun 2024.

Pada Rakortek Percepatan Penurunan Stunting 2023 yang berlangsung pada tanggal 4 Oktober 2023, diumumkan bahwa target prevalensi stunting turun menjadi 14% pada tahun 2024. Deputi Bidang Dukungan Kebijakan Pembangunan Manusia dan Pemerataan Pembangunan, Sekretariat Wakil Presiden, Suprayoga Hadi memaparkan berbagai masalah yang saat ini masih dihadapi dalam upaya mengatasi stunting.

“Dalam 2 hari ini kita telah sama-sama melakukan refleksi atas apa yang sudah kita lakukan sejak tahun 2018. Refleksi bersama ini penting untuk mengetahui sampai dimana kita saat ini, mengidentifikasi apa kendala yang dihadapi, lalu menentukan strategi yang diterjemahkan menjadi aksi nyata untuk mencapai target yang telah ditetapkan, yaitu menurunkan prevalensi stunting menjadi 14% pada tahun 2024,” ujar Yoga.

Jaga Perdamaian, Briptu Renita Raih Penghargaan Polwan Terbaik dari PBB

Pemerintah telah berusaha mengurangi tingkat stunting di Indonesia agar sesuai dengan target prevalensi stunting 2024 sebesar 14%, sebagaimana diatur dalam Peraturan Presiden No. 72 Tahun 2021.

Pemerintah sangat fokus menangani stunting karena dampaknya yang serius terhadap perkembangan fisik dan kognitif anak? Jika anak-anak Indonesia mengalami stunting, bisa berdampak negatif pada produktivitas dan potensi pembangunan nasional di masa depan?

Anak stunting lebih rentan terhadap penyakit tidak menular saat dewasa nanti, seperti obesitas, penyakit jantung, hipertensi dan sistem kekebalan tubuh yang lebih rentan, sehingga mudah terserang penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri atau virus.

Stunting dapat mengancam pembangunan sumber daya manusia (SDM) karena dapat berpengaruh negatif pada pertumbuhan fisik dan perkembangan kognitif anak. Hal ini dapat memengaruhi kemampuan belajar, produktivitas, dan kesehatan generasi masa depan. Jika prevalensi stunting tinggi di Indonesia, akan mempengaruhi kualitas SDM secara signifikan.

Menurut Presiden Jokowi Widodo, stunting masih menjadi masalah besar yang harus segera diselesaikan di Tanah Air. Apalagi stunting dapat memengaruhi kualitas sumber daya manusia sebuah negara, bukan hanya berdampak kepada kondisi fisik anak, melainkan juga kesehatan hingga kemampuan berpikir anak.

“Dampak stunting ini bukan hanya urusan tinggi badan, tetapi yang paling berbahaya adalah nanti rendah kemampuan anak untuk belajar, keterbelakangan mental, dan yang ketiga munculnya penyakit-penyakit kronis yang gampang masuk ke tubuh anak,” kata Presiden Joko Widodo.

Selain itu, Prof.dr. Damayanti R Sjarif, Ph.D,Sp.A(K), pakar penyakit nutrisi dan metabolik anak berkewarganegaraan Indonesia, juga menyatakan dalam webinar "Peranan Protein Hewani dalam Mencegah Stunting di Indonesia" pada Selasa (24/1/2023) bahwa menyebutkan dampak buruk stunting terhadap kualitas sumber daya manusia sudah dibuktikan dalam berbagai penelitian.

Dalam penelitian Grantham - McGregor (1987), kekurangan giz terutama energi dan protein jangka panjang menyebabkan stunting dan IQ anak turun 15-20 poin.

"Itu (risiko penurunan IQ) pun terjadi kalau segera diatasi masalahnya," sebut Prof Damayanti.

Presiden Jokowi Temui Joe Biden di AS, Bahas Kondisi Palestina

Artinya, bisa saja penurunan IQ akibat kekurangan gizi dan stunting pada anak balita lebih rendah dari hasil penelitian tersebut.

Dampak buruk stunting dan penanganannya yang belum selesai di Indonesia sudah tergambar dari beberapa sistem pemeringkatan di dunia.

Salah satunya dalam program SEA-PLM (Southeast Asia Primary Learning Metrics) pada tahun 2019, yang melibatkan siswa di tingkat sekolah dasar dalam membaca, matematika, dan sains.

Hasil SEA-PLM 2019 menunjukkan bahwa Indonesia berada di peringkat ke-5 dari 6 negara yang diuji kemampuan siswa dalam membaca, matematika, dan sains di tingkat sekolah dasar.

Hasil ini menunjukkan bahwa kemampuan siswa Indonesia dalam membaca, matematika, dan sains masih perlu ditingkatkan.

Hal penting untuk dicatat bahwa nilai Indeks Sumber Daya Manusia (HCI) Indonesia pada tahun 2020 sebesar 0,54%.

Laporan dari World Bank pada 2020, nilai HCI Indonesia adalah 0,54, tertinggal dari beberapa negara Asia Tenggara, meliputi : Singapura (0,88 poin), Vietnam (0,69 poin), Brunei (0,63 poin), Malaysia (0,61 poin) dan Thailand (0,61 poin). dan peringkat Indonesia di posisi 87 dari 174 negara.

Pastinya, pencegahan stunting harus dilakukan secara bersama-sama oleh pemerintah dan masyarakat, dengan mengurangi prevalensi stunting dan meningkatkan kesehatan serta perkembangan anak-anak, mendukung pembentukan sumber daya manusia (SDM) yang lebih baik di masa depan.

Meriahnya Tokyo Lights 2023 dengan Karya Anak Bangsa dan Kostum Garuda

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

FS
KO
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini