Kenapa Skripsi menjadi Momok Menakutkan bagi Mahasiswa?

Kenapa Skripsi menjadi Momok Menakutkan bagi Mahasiswa?
info gambar utama

Sebagai mahasiswa, proses menempuh pendidikan tinggi tidaklah lengkap tanpa menyelesaikan tugas akhir berupa skripsi.

Skripsi merupakan salah satu tahapan penting dalam perjalanan akademik. Namun sayangnya, bagi sebagian besar mahasiswa, kata "skripsi" dapat menjadi momok menakutkan yang menghantui perjalanan studi mereka.

Berikut merupakan beberapa alasan kompleks yang menjadikan skripsi menjadi momok menakutkan bagi mahasiswa.

Tingkat Kesulitan yang Tinggi

Salah satu alasan utama mengapa skripsi menjadi menakutkan adalah tingkat kesulitannya yang tinggi. Skripsi bukan hanya sekadar penulisan tugas akhir, tetapi juga sebuah penelitian ilmiah yang memerlukan pemahaman mendalam terhadap topik yang dipilih.

Mahasiswa dituntut untuk menguasai teori-teori terkini, metodologi penelitian, serta mampu menerapkan pengetahuan tersebut dalam konteks penelitian mereka.

Tingginya ekspektasi ini membuat banyak mahasiswa merasa tertekan dan cemas.

Baca Juga: Skripsi Dihapus, Menguntungkan Mahasiswa Atau Sama Saja?

Waktu yang Terbatas

Skripsi seringkali harus diselesaikan dalam batas waktu yang terbatas. Mahasiswa harus dapat mengatur waktu mereka dengan efisien agar dapat menyelesaikan penelitian, menganalisis data, dan menulis skripsi dalam jangka waktu yang ditentukan.

Ketidakmampuan mengelola waktu dengan baik dapat membuat mahasiswa terjebak dalam tekanan dan stres, yang pada gilirannya dapat memperburuk kualitas penelitian dan penulisan mereka.

Belum lagi mata kuliah Seminar Proposal atau Sempro yang merupakan awal perjalanan skripsi.

Dalam mata kuliah ini, mahasiswa harus menyusun proposal penelitian skripsi berdasarkan instruksi dosen pembimbing dan harus diselesaikan dalam waktu 1 semester.

Hasil penyusunan proposal tersebut mencakup bab pertama yang akan dipresentasikan di hadapan dosen penguji.

Tahap ini sekaligus menjadi momen menakutkan karena mereka seakan mulai menghadapi 'simulasi' sidang akhir yang terasa cukup menegangkan.

Belum lagi mempersiapkan mental untuk mencerna berbagai rasionalisasi dan justifikasi penelitian yang ditanyakan penguji. Di tahap ini, mereka harus siap untuk dibantai penguji bila penelitian dianggap belum logis atau relevan untuk dilakukan.

Selain itu, mahasiswa tentu harus mendalami materi sebaik-baiknya sehingga mampu mempertanggungjawabkan hasil tulisan proposal mereka sebelum dipresentasikan.

Tuntutan Dosen Pembimbing yang Tinggi

Sebagai penuntun dalam penyusunan skripsi, pembimbing memiliki peran penting dalam membimbing mahasiswa. Namun, tidak jarang mahasiswa merasa tertekan karena tuntutan pembimbing yang tinggi.

Pembimbing yang kritis dan menuntut dapat membuat mahasiswa merasa tidak percaya diri, terutama jika mereka tidak mampu memenuhi harapan pembimbing tersebut.

Hal ini dapat meningkatkan tingkat kecemasan dan ketidakpastian mahasiswa terhadap kualitas penulisan skripsi mereka.

Pilihan Topik yang Salah

Pemilihan topik skripsi juga dapat menjadi sumber kecemasan. Jika mahasiswa tidak memilih topik yang sesuai dengan minat dan keahlian mereka, proses penelitian dan penulisan akan menjadi lebih sulit.

Pemilihan topik yang kurang tepat dapat membuat mahasiswa kehilangan motivasi dan semangat untuk menyelesaikan skripsi.

Ketidakpastian Masa Depan

Bagi sebagian mahasiswa, menyelesaikan skripsi juga berarti menghadapi ketidakpastian masa depan. Setelah menyelesaikan skripsi, mereka akan menghadapi dunia kerja atau melanjutkan studi lebih lanjut.

Rasa takut akan masa depan, termasuk kekhawatiran tentang pekerjaan atau kesulitan melanjutkan pendidikan, dapat membuat skripsi menjadi lebih menakutkan.

Tingkat Keterampilan Penulisan Akademik

Skripsi tidak hanya menuntut pemahaman konsep dan teori, tetapi juga pemahaman mengenai keterampilan menulis yang baik.

Mahasiswa harus mampu menyusun argumen, menyajikan data, dan merumuskan kesimpulan secara kritis dan konstruktif.

Bagi mahasiswa yang belum memiliki keterampilan penulisan yang memadai, skripsi dapat menjadi tantangan yang lebih besar.

Baca Juga: Dilema Sidang Skripsi: Kalau Bukan Dinasihati, Mungkin Dibantai

Skripsi memang memiliki reputasi sebagai momok menakutkan bagi sebagian besar mahasiswa.

Tingkat kesulitan, batas waktu, tuntutan pembimbing, pilihan topik, ketidakpastian masa depan, dan keterampilan penulisan yang dibutuhkan merupakan faktor-faktor utama yang menyebabkan kecemasan tersebut.

Maka dari itu, penting bagi universitas untuk memberikan dukungan yang memadai kepada mahasiswa, baik dalam bentuk bimbingan akademik maupun pembekalan keterampilan, guna membantu mereka menghadapi tantangan dalam menyelesaikan skripsi dengan lebih percaya diri.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

CH
KO
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini