Camp Leakey Tempat Pusat Perlindungan dan Rehabilitasi Habitat Orangutan

Camp Leakey Tempat Pusat Perlindungan dan Rehabilitasi Habitat Orangutan
info gambar utama

Kalimantan merupakan habitat bagi tiga perempat jumlah total orangutan di dunia. Jumlah yang besar jika tidak mengingat bahwa tiga perempat itu pun terancam punah karena populasinya kian berkurang.

Camp Leakey, sebuah pusat penelitian yang kemudian mengembangkan fungsinya menjadi pusat rehabilitasi dan perlindungan orangutan. Terletak di Taman Nasional Tanjung Puting, Kalimantan Tengah, lokasi camp ini telah berdiri sejak tahun 1971 dan tetap beroperasi hingga saat ini. Camp Leakey diakui sebagai rumah rehabilitasi primata tertua di kawasan tersebut.

Sejak didirikan 52 tahun yang lalu, Camp Leakey telah memberikan kontribusi besar terhadap keberadaan dan kelangsungan hidup orangutan, serta memajukan ilmu pengetahuan secara umum. Hingga saat ini, Camp Leakey tetap menjadi pusat penelitian yang aktif, mendukung puluhan ilmuwan dan mahasiswa dalam usaha penelitian, baik dari Indonesia maupun Amerika Utara.

Keragaman dan kekayaan hutan tropis Kalimantan telah menarik berbagai ilmuwan untuk menjelajahinya, dengan proyek penelitian yang beragam, mulai dari studi ekologi dan perilaku orangutan, monyet, ekologi sungai, dan lain-lain.

Kabar Baik, Bayi Gajah Sumatra Lahir di Taman Nasional Way Kambas

Keberadaan Camp Leakey juga berhasil membawa primata ini ke perhatian dunia internasional, menyadarkan akan tingkat ancaman terhadap keberlangsungan hidup mereka, serta mendesak manusia di seluruh dunia untuk ikut berperan dalam menjaga dan melestarikan spesies ini. Penebangan liar, kebakaran, dan konversi hutan menjadi area perkebunan komersial seperti kelapa sawit secara nyata mengancam habitat alami orangutan. Selain itu, perburuan orangutan untuk dijual sebagai hewan peliharaan juga merupakan tantangan yang serius.

Oleh karena itu, peran Camp Leakey sangatlah penting. Camp ini merupakan tempat perlindungan bagi orangutan liar dan yang sebelumnya ditangkap. Di sini, orangutan menjalani proses rehabilitasi sebelum dilepas kembali ke habitat alaminya.

Proses pelepasan orangutan tidak dilakukan sembarangan. Mereka dilepaskan kembali dalam kawasan Taman Nasional Tanjung Puting dan Suaka Margasatwa Sungai Lamandau, serta beberapa kawasan lainnya.

Kawasan-kawasan hutan tersebut termasuk hutan yang dilindungi pemerintah dan karenanya dijaga dari aksi-aksi pemanfaatan hutan yang berlebihan serta tidak bertanggung jawab, seperti perburuan satwa, pembalakan liar, dan lainnya. Status hutan lindung ini diharapkan menjadi tempat yang aman bagi orangutan dan sekaligus menjadi paru-paru Bumi.

Pengunjung, baik masyarakat maupun wisatawan, diberi kesempatan untuk mengunjungi kawasan Camp Leakey dan mengamati kehidupan orangutan secara langsung di bawah bimbingan guide lokal.

Mengunjungi Teluk Kao, Tempat Favorit untuk Melihat Burung Bermigrasi

Sebelum memasuki kawasan ini, pengunjung diwajibkan untuk memperoleh izin dari pihak polisi hutan (check-in). Mereka dapat melihat orangutan dari jarak yang aman dan diharapkan untuk tidak mengganggu para ilmuwan yang sedang melakukan kegiatan di kawasan Camp.

Salah satu daya tarik utama dari Camp Leakey adalah platform pemberian makan bagi orangutan. Di tempat ini, makanan disiapkan oleh para staf dan diletakkan di atas balai bambu untuk orangutan liar maupun yang pernah ditangkap. Hal ini memastikan bahwa orangutan tidak kekurangan makanan saat musim yang tidak menguntungkan atau ketika sumber makanan alaminya terbatas.

Dr. Birute Mary Galdikas adalah seorang ilmuwan dari California yang sangat tertarik dalam mempelajari kehidupan orangutan. Pada tahun 1966, setelah meraih gelar masternya dalam bidang antropologi di University of California at Los Angeles (UCLA), Dr. Galdikas bertemu dengan Dr. Louis Leakey dan menyampaikan minatnya pada penelitian tersebut. Leakey, yang juga menjadi mentor bagi Jane Goodall dan Dian Fossey, ilmuwan terkenal yang mempelajari simpanse dan gorila gunung.

Pada awalnya, Dr. Leakey kurang tertarik untuk membantu Dr. Galdikas. Namun, berkat ketekunan Dr. Galdikas dalam meyakinkan Dr. Leakey tentang niatnya, tiga tahun kemudian mereka berhasil mendapatkan dana untuk penelitiannya. Pusat penelitian tersebut dinamai Camp Leakey, diambil dari nama belakang sang mentor yang merupakan paleoanthropologist legendaris, yaitu Leakey.

Tepatnya tahun 1971, Dr. Galdikas bersama dengan Rod Brindamour melakukan perjalanan ribuan kilometer menuju hutan rimba Kalimantan untuk memulai penelitian di Tanjung Putting, khususnya mendokumentasikan perilaku dan ekologi orangutan. Hasil penelitian ini menginspirasi usaha pelestarian orangutan dari ancaman kepunahan.

Camp Leakey awalnya hanya berupa dua gubuk di tengah hutan yang minim fasilitas, tanpa telepon, jalan yang memadai, listrik, dan lain sebagainya. Saat ini, Camp Leakey telah menjadi sebuah struktur permanen yang dibangun dari kayu dan dirancang sebagai pusat bagi para peneliti, staf, mahasiswa, dan polisi hutan (jagawana).

Daun Mekai, Micin Ala Suku Dayak untuk Penyedap Rasa Makanan

Dr. Galdikas dikenal sebagai salah satu tokoh paling berpengaruh dalam upaya pelestarian orangutan di seluruh dunia. Berkat kepeduliannya, ia telah menerima sejumlah penghargaan baik di tingkat nasional maupun internasional. Pemerintah Indonesia memberikannya penghargaan Kalpataru, yang merupakan penghargaan tertinggi bagi para pahlawan lingkungan dan alam Indonesia. Selain itu, ia juga menerima penghargaan Tyler Prize for Conservation, Chester Zoological Society (UK), PETA Humanitarian Award, United Nations Global 500 Award, dan berbagai penghargaan penting lainnya.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

S
KO
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini