Sumbangsih Pemikiran KH Ahmad Dahlan dan Dewi Sartika untuk Dunia Pendidikan Era Kini

Sumbangsih Pemikiran KH Ahmad Dahlan dan Dewi Sartika untuk Dunia Pendidikan Era Kini
info gambar utama

Pendidikan merupakan suatu aspek penting bagi suatu negara. Pendidikan pada era ini tidak terlepas dari jejak peninggalan sebuah perjuangan serta buah pemikiran pahlawan-pahlawan terdahulu. Tanpa adanya sumbangsih dari para pahlawan pendidikan, seluruh pihak serta aspek dalam bidang pendidikan tidak akan berkembang. Salah satu pahlawan pendidikan yang memelopori berkembangnya pendidikan Indonesia adalah Ki Hajar Dewantara.

Selain beliau, beberapa tokoh seperti Dewi Sartika dan KH. Ahmad Dahlan juga ambil bagian dalam berkembangnya pendidikan di Indonesia, khususnya pendidikan bagi perempuan dan pendidikan berbasis agama Islam. Pemikiran-pemikiran cerdas mereka sangatlah bermakna sehingga mampu menjadikan pendidikan Indonesia di era ini lebih maju.

Bebas Visa Bagi Paspor Indonesia, Langkah Diplomasi Pariwisata Sri Lanka

Dewi Sartika merupakan putri dari pasangan R. Rangga Somanegara (ayah) dan R. A. Rajapermas (ibu). Dewi Sartika lahir pada tanggal 4 Desember 1884 di Kecamatan Cicalengka, Bandung. Setelah kepergian ayahnya, Dewi Sartika kecil disekolahkan oleh orangtuanya di sekolah Belanda, walau kala itu dianggap menentang adat istiadat.

Dewi Sartika kemudian diasuh oleh pamannya yang pada saat itu adalah seorang patih di daerah tempat ia lahir. Melalui pamannya, Dewi Sartika mendapatkan pengetahuan mengenai kesundaan. Adapun kebudayaan barat sudah Ia dapatkan sebelumnya.

Sedari kecil, Dewi Sartika sudah menunjukkan ketertarikannya di bidang pendidikan. Ia sering mempraktikan hasil yang ia pelajari saat sedang di sekolah. Wanita tersebut kemudian mulai mengajar membaca, menulis, dan bahasa Belanda bagi anak-anak pembantu di kepatihan.

Dewi pun berhasil membangun sekolah pada tahun 1904 dengan campur tangan kakeknya ( R.A.A Martanegara ) dan Inspektur Kantor Pengajaran pada saat itu (Den Hamer) yang kemudian diberi nama Sekolah Isteri. Sekolah yang khusus untuk wanita tersebut mengajarkan cara membaca, berhitung, menyulam, menulis, menjahit, dan pelajaran agama.

Respon positif dan antusiasme masyarakat membuat sekolah ini berkembang dan mengganti namanya 6 tahun kemudian menjadi Sekolah Keutamaan Istri. Pembelajaran yang diajarkan bukan sekedar membaca, menulis, dan menghitung lagi. Namun, Dewi Sartika juga mengajarkan hal-hal seputar pembinaan rumah tangga dengan harapan anak didiknya kelak menjadi ibu rumah tangga yang mandiri, berpendidikan, serta sigap dalam segala hal.

Beberapa pemikiran serta sikap Dewi Sartika yang perlu diteladani dan dipertahankan oleh para murid masa kini antara lain adalah berpikir kritis, pemberani, serta berpengetahuan luas. Pemikiran kritis yang dimiliki oleh Dewi Sartika sangat berkaitan dengan pendidikan saat ini.

Animator Asal Indonesia Ikut Rancang Film Terbaru Disney "Wish"

Para guru dituntut untuk mampu mendidik anak murid mereka menjadi pribadi yang mampu memecahkan masalah secara kritis. Selain itu, para murid diharuskan menjadi pribadi yang berani dalam melakukan sesuatu sehingga tidak takut untuk berbuat salah dan memiliki pengetahuan yang luas dalam berbagai ilmu pengetahuan.

Di satu sisi, KH. Ahmad Dahlan juga memiliki peran penting dalam pendidikan era ini. Beliau menyumbangkan sebuah pemikiran dan perilaku yang hebat sehingga mampu mendirikan sekolah berbasis agama Islam. Pada tahun 1868 di Kampung Kauman, Yogyakarta lahirlah seorang anak kecil dengan nama Muhammad Darwisy, yang kemudian mengganti namanya menjadi KH. Ahmad Dahlan setelah pulang dari Makkah.

KH. Ahmad Dahlan adalah keturunan ke-12 dari Maulana Malik Ibrahim, yang merupakan salah satu pencetus tersebarnya agama Islam di Tanah Jawa. Maulana Malik Ibrahim juga merupakan salah satu wali besar yang terkenal diantara Wali Songo.

Uniknya, KH Ahmad Dahlan tidak pernah menjalani pendidikan formal. Akan tetapi, dirinya tumbuh di lingkungan pesantren. Dari situlah ia mendapat pendidikan keagamaan, sedangkan untuk dasar-dasar keagamaan, Ia dapatkan dari ayahnya. Ketika beranjak remaja, Ahmad bertemu dengan KH. Hasyim Asy’ari di Pesantren Saleh Darat yang merupakan pelopor dari Nahdlatul Ulama (NU).

Setelah pulang dari Makkah, di lingkungan Kesultanan Yogyakarta, KH. Ahmad Dahlan diangkat menjadi Khatib Amin. Ia berusaha untuk membenarkan arah kiblat Masjid Gede Kauman dengan ilmu falak yang pada saat tidak tepat menghadap Masjidil Haram di Makkah.

Beberapa pemikiran serta perilaku KH. Ahmad Dahlan yang patut dipertahankan dalam aspek pendidikan masa kini adalah sikap cerdasnya dalam berstrategi, kerelaannya dalam mengorbankan harta benda, serta motivasi hidup beliau yang ingin berguna bagi banyak orang. Tanpa adanya perjuangan beliau dalam mendirikan sekolah Muhammadiyah, maka sekolah-sekolah Islam pada era sekarang tidak akan berkembang cukup pesat.

Sekolah berbasis Islam mampu menjadikan opsi bagi para orang tua yang ingin tetap menjaga keseimbangan antara ilmu pengetahuan akademik dan agama bagi anaknya. Hingga kini pun, sekolah-sekolah berbasis Islam masih sangat eksis bahkan mampu melebihi kualitas sekolah negeri.

Menlu Retno di DK PBB: Sentil PM Israel hingga Dorong Gencatan Senjata Permanen di Gaza

Dari pemikiran sosok KH. Ahmad Dahlan, seorang guru dapat meneladani dan menerapkan sifat yang ada pada beliau. Seorang guru sebagai sosok pendidik harus memiliki pengetahuan yang luas tentang bahan yang akan diajarkan dan guru harus menguasai materi pembelajaran ataupun keterampilan mengajar. Sedangkan untuk para murid, bisa meneladani sifat dan prinsip yang ada pada Dewi Sartika.

Berani mengungkapkan pendapat, mempertahankan ide, dan berpikir kritis haruslah diterapkan dalam pembelajaran masa kini. Hal itu akan sejalan dengan kurikulum yang sekarang sedang berjalan, yaitu kurikulum merdeka. Dengan begitu, peran guru dan murid akan saling melengkapi dan tercipta pembelajaran yang terpadu.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

IS
KO
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini