Program Bayi Tabung, Sentuhan Teknologi dalam Pelestarian Badak Sumatra

Program Bayi Tabung, Sentuhan Teknologi dalam Pelestarian Badak Sumatra
info gambar utama

Para pegiat konservasi di Indonesia tengah tersenyum bahagia setelah berhasil mengambil sel telur badak sumatra. Hal ini dimaksudkan untuk program bayi tabung yang bertujuan meningkatkan populasi spesies badak sumatra.

Dimuat dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan mengatakan bahwa tim ahli konservasi mengekstraksi folikel ovarium yang berisi sel telur, serta sampel jaringan lain dari badak di SRS Kelian di Kalimantan Timur, Kalimantan.

Badak yang menjadi donor diberi nama pahu. Hewan ini ditangkap dari alam liar dan ditempatkan di SRS Kelian tahun 2018. Pahu adalah spesies badak sumatra di Kalimantan yang penangkapannya diharapkan dapat menambah keragaman genetik.

Seekor Anak Badak Jawa Baru Terekam di Taman Nasional Ujung Kulon

Tetapi, dia dianggap terlalu kecil dan terlalu tua untuk dikawinkan dengan pejantan mana pun di Way Kambas. Karena itu program memanen telur untuk digunakan dalam fertilisasi in-vitro dipandang sebagai hal yang penting.

Sel telurnya akan memperbanyak kumpulan genetik dari spesies yang diyakini berjumlah kurang dari 80 individu tersebut. Sejak 2012, tiga individu badak sumatra telah dilahirkan melalui program penangkaran di Way Kambas.

“Kami berupaya semaksimal mungkin untuk menjaga keberlangsungan hidup badak sumatra di Kalimantan, salah satunya dengan teknologi reproduksi berbantuan seperti fertilisasi in-vitro dengan sperma badak sumatra di Taman Nasional Way Kambas, sel induk, dan kloning,” terang Satyawan Pudyatmoko.

Dikirim ke IPB

Dikatakan oleh Satyawan, sampel yang diekstraksi dari Pahu telah dikirim ke laboratorium Institut Pertanian Bogor (IPB), yaitu sel telur, atau oosit, akan melalui proses pematangan sebelum dilakukan upaya pembuahan.

“Para pegiat konservasi melakukan hal tersebut bertujuan untuk menghasilkan embrio yang dapat dipindahkan ke rahim salah satu badak betina di Way Kambas untuk melahirkan,” paparnya.

Kepala Dokter Hewan Program Teknologi Reproduksi Berbantuan (ART) IPB mengatakan proses ekstraksi dilakukan sesuai dengan penilaian etika dan prosedur konservasi yang diberlakukan IUCN, otoritas konservasi satwa liar global.

Jadi Maskot Piala Dunia U-20, Bagaimana Kehidupan Badak Jawa Saat Ini?

Dia menambahkan timnya tahun lalu telah mengumpulkan sampel sperma badak jantan di Way Kambas. Populasi badak di Sumatra dan Kalimantan adalah subspesies yang telah terpisah secara genetik selama ratusan ribu tahun.

Pencampuran keduanya akan memberikan dorongan yang sangat dibutuhkan pada kumpulan gen suatu spesies yang sudah sangat berkurang. Diperkirakan hanya tersisa 80 individu di Bumi.

“Ini adalah bukti bahwa apa yang kami upayakan adalah baik dan kami dapat memperoleh hasil seperti yang kami harapkan,” jelasnya yang dimuat Mongabay.

Pernah ditolak

Agi menyatakan gagasan untuk mencampurkan garis keturunan Sumatra dan Kalimantan pada awalnya mendapatkan penolakan dari pelestari lingkungan. Tetapi dalam beberapa tahun terakhir, ada urgensi yang semakin berat.

Bahkan pada 1980-an, upaya global untuk pembiakan badak sumatra di penangkaran telah gagal. Keberhasilan penangkaran di Kebun Binatang Cincinnati dan Way Kambas telah memberikan harapan.

Kabar Bahagia, Badak Sumatra di Taman Nasional Way Kambas Kedatangan Keluarga Baru

Tetapi perjalanan embrio yang layak dari telur Pahu masih cukup panjang. Agil mengatakan calon induk pengganti kemungkinan besar adalah betina yang pernah melahirkan sebelumnya, sehingga mempersempit pilihan.

“Jadi penting bagi kita untuk memiliki embrio yang banyak, sehingga jika upaya tersebut gagal barulah kita bisa melakukan perbaikan, misalnya dengan memberikan penunjang hormonal,” kata Agil.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Rizky Kusumo lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Rizky Kusumo.

Terima kasih telah membaca sampai di sini