Maraknya Tren Quiet Quitting di Kalangan Millennial dalam Dunia Kerja

Maraknya Tren Quiet Quitting di Kalangan Millennial dalam Dunia Kerja
info gambar utama

Ketika membuka media sosial apalagi saat ini sedang ramai memperbincangkan mengenai quiet quitting. Banyak orang yang mulai mencari tahu sebenarnya apa itu quiet quitting? Lalu apa saja dampak yang ditimbulkan baik dari sisi positif maupun negatif?

Quiet quitting merupakan aktivitas seseorang yang bekerja sesuai dengan porsinya dalam batas wajar. Artinya seseorang dapat menolak untuk tidak melakukan pekerjaan yang berlebih diluar dari batas jam kerjanya. Bagi seseorang yang menerapkan quiet quitting dilingkungan kerjanya ingin ada batasan sehingga beban kerja tidak berlebihan, tidak mendatangkan stress yang bisa menyebabkan lelah baik secara fisik maupun mental.

Hal yang melatarbelakangi mengapa quiet quitting bisa muncul karena salah satu dampak dari pandemi Covid-19 adanya hustle culture dimana banyak pekerja dituntut untuk bekerja lebih keras lagi, banyak menghabiskan waktu untuk lembur, sederet pekerjaan yang menumpuk, banyak pekerja yang tidak mendapatkan kompensasi dari kantor intinya bekerja melampaui batas.

Akibatnya, para pekerja ini menolak dan ingin ada batasan dalam pekerjaan yang dilakukan dengan quiet quitting yang diharapkan bisa menciptakan work life balance.

Seseorang yang menerapkan quiet quitting tetap setiap hari masuk kantor, bekerja sewajarnya sesuai job desk yang diberikan, di gaji sesuai dengan pekerjaan yang dilakukan, diluar dari waktu tersebut seseorang mendapatkan lebih banyak waktu untuk quality time bersama keluarga, melakukan aktivitas lain, atau menyenangkan diri sendiri.

Sebetulnya quiet quitting dengan hustle culture sangat berlawanan jika dilihat dari sisi lain memang quiet quitting terkesan bekerja secara pasif, seadanya, dan tidak ada dorongan untuk mencapai posisi yang lebih baik lagi. Maka perlu diperhatikan untuk seseorang yang menerapkan quiet quitting agar tetap profesional dalam bekerja, bertanggung jawab, dan mampu bekerja sama juga dalam tim.

Apa Pentingnya Fisioterapi Terhadap Cedera Anggota Tubuh?

Apa Penyebab Seseorang Melakukan Quiet Quitting?

  1. Lingkungan kerja yang toxic.
  2. Lelah karena banyak beban pekerjaan.
  3. Merasa bosan melakukan pekerjaan itu-itu saja.
  4. Merasa tidak punya waktu luang untuk kehidupan pribadi.
  5. Dihantui rasa takut dengan pekerjaan yang akan ditambah lagi.
  6. Pekerjaan yang kurang di apresiasi dan tidak mendapatkan kompensasi.

Dampak Positif dari Menerapkan Quiet Quitting

Lee Chambers merupakan seorang psikolog dari Inggris yag menjelaskan bahwa jika quiet quitting memiliki manfaat untuk mental health yang mana apabila seseorang membuat batasan batasan dalam pekerjaan maka akan terbentuknya rasa percaya diri. Selain itu, quiet quitting merupakan solusi dari kelelahan yang disebabkan oleh pekerjaan yang berlebih menguras waktu, tenaga, dan pikiran.

Kemudian dengan menerapkan quiet quitting dapat memprioritaskan mana yang lebih penting yang harus dilakukan karena kita tidak tahu dengan ketidakpastian yang ada pada masa depan maka dari itu seseorang sebisa mungkin mengubah prioritasnya dengan melihat situasi dan kondisi juga hal apa saja yang harus diprioritaskan terlebih dahulu.

Kita Tidak Setegar Mereka

Dukungan lain juga datang dari Tania Taylor yang merupakan seorang psikoterapis menyatakan bahwa quiet quitting dapat menciptakan kehidupan yang seimbang antara pekerjaan dan kehidupan pribadi sama sama berdampak pada kesehatan mental seseorang.

Dengan quiet quitting juga seseorang dapat mengasah kemampuan dan keterampilannya, mampu memecahkan masalah yang dihadapi, dan memiliki motivasi dalam bekerja.

Dampak Negatif Quiet Quitting

Jika dilihat dari sisi negatif sangat disayangkan jika seseorang bekerja dengan seadanya, pasif, kurangnya memiliki keterampilan dalam bekerja, tidak mampu bekerja sama dalam tim, dan tidak melakukan inisiatif. Sebab, akan berdampak pada kinerja kerja itu sendiri.

Selain itu, adanya quiet quitting dapat menyebabkan permasahan baru diantara karyawan karena orang lain akan lebih banyak memikul beban pekerjaan yang harus diselesaikan. Jadi, disarankan agar tetap memberi batasan yang sehat di lingkungan kerja, berkontribusi secara penuh, memaksimalkan pekerjaan dengan baik supaya terwujud keseimbangan baik dalam pekerjaan maupun kehidupan.

Manuskrip Minangkabau sebagai Sumber Sejarah Lokal

Sumber Referensi: finansialku.com | alodokter.com

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

R
KO
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini