"My Idol is Mine": Ketika Pengaguman Menjadi Obsesi

"My Idol is Mine": Ketika Pengaguman Menjadi Obsesi
info gambar utama

Kawan GNFI pasti pernah mengagumi seseorang dari kejauhan dan seakan-akan langsung jatuh hati dengannya, bukan? Sehingga, apapun yang dia lakukan semua terasa istimewa bagi kita. Itulah yang dirasakan pula oleh seorang penggemar terhadap idola kesayangannya. Berawal dari rasa kagum akan talentanya berakhir seolah ingin memilikinya. Lantas, bagaimana jika kekaguman itu berubah menjadi sebuah obsesi yang tidak sehat?

Saat ini seperti yang kita tahu bahwa idola K-Pop sedang sangat digandrungi oleh berbagai kalangan. Sebut saja seperti, NCT, BTS, BlackPink, dan masih banyak lainnya yang tak dimungkiri lagi dalam jumlah penggemar. Mereka yang mengidolakan tak segan melakukan apapun untuk idola tersayangnya, dari memberikan dukungan materil hingga emosional.

Tak heran jika dukungan tersebut bisa dibilang terbayarkan dengan performa sang idola. Sehingga, tak sedikit dari penggemar yang menaruh rasa kagum pada mereka. Bahkan, memiliki perasaan yang lebih personal terhadap mereka.

Hal yang berlebihan tersebut bisa dikatakan sebagai pemujaan terhadap selebriti (Celebrity Worship). Definisi Celebrity Worship itu sendiri menurut Maltby, Houran, dan McCutcheon,“Celebrity worship is a form of parasocial relationships where someone becomes obsessed with celebrities.”

Dengan kata lain, pemujaan selebriti muncul karena adanya hubungan parasosial, yaitu seseorang yang terobsesi secara satu arah dengan idolanya. Selain itu, terdapat tiga aspek yang terlibat menurut Maltby dkk.

Ketika Yasser Arafat Temui Soeharto untuk Bicarakan Kemerdekaan Palestina

Entertainment-Social

Ini merupakan aspek yang dinyatakan oleh ketertarikan penggemar terhadap bakat, sikap, tindakan, dan pencapaian yang telah dilakukan oleh idolanya. Dimensi ini mencerminkan kegembiraan penggemar dalam berdiskusi tentang idolanya bersama teman-teman mereka.

Intense-personal

Aspek ini menggambarkan perasaan yang mendalam dan tidak terkendali terhadap idola. Aspek ini mencerminkan tindakan seperti terus-menerus memikirkan idolanya bahkan ketika sebenarnya tidak bermaksud melakukannya.

Borderline-pathological

Aspek ini merupakan yang tertinggi atau paling parah. Hal ini ini tercermin dari tindakan yang menunjukkan kesiapan untuk melakukan segala hal demi selebriti, bahkan jika itu melibatkan pelanggaran hukum.

Lalu apa yang menyebabkan seseorang menjadi pemuja selebriti (Celebrity Worship)? Menurut McCutcheon dkk, mereka adalah orang yang kurang yakin dengan identitas sosialnya dan memiliki hubungan yang kurang bermakna di realita, sehingga mencoba untuk membangun perasaan yang kuat dan puas secara psikologis dengan idola yang mereka sukai.

Tak jarang bagi seorang penggemar K-Pop yang mengaku seolah-olah idola favoritnya adalah pacarnya, bahkan sampai memberikan standar tipe idealnya harus sesuai dengan karakteristik idolanya. Hal tersebut tentu saja bisa menimbulkan dampak yang negatif bagi individu itu sendiri dan idola yang bersangkutan, seperti pandangan yang tidak realistis terhadap idolanya.

Gedung Baru KBRI Tokyo, Etalase Kebhinekaan yang Tahan Gempa

Dengan demikian, banyak dari penggemar K-Pop yang terlalu menuntut kepada mereka. Misal, peraturan yang sudah menjadi rahasia umum di kalangan idola K-Pop yaitu dilarangnya berpacaran atau karir mereka yang sedang naik daun akan jatuh.

Dampak lain yang ditimbulkan dari penggemar yang terobsesi yaitu tindakan stalking yang tak hanya lewat sosial media saja melainkan hingga ke kehidupan nyata. Bahkan, ada kasus di mana mereka melakukan tindakan yang melampaui batas, seperti masuk tanpa izin ke rumah idola, mencuri barang pribadi, memasang kamera pengawas di rumah idola, meretas akun media sosial idola, dan bahkan berani menyewa kamar di hotel yang sama tempat idola menginap.

Menurut beberapa sumber, tingkah laku yang berlebihan seperti itu kemungkinan akan mengarah pada perilaku yang agresif. Jika seseorang terlalu berlebihan dalam mengidolakan seseorang, tidak hanya dirinya sendiri yang bisa terluka, tetapi juga orang lain.

Ini karena individu dengan tingkat kefanatikan yang tinggi cenderung memiliki keyakinan yang sangat kuat terhadap apa yang mereka yakini. Sehingga, ketika keyakinan tersebut bertentangan dengan nilai-nilai sosial yang berlaku, individu tersebut mungkin memilih untuk mengabaikan nilai-nilai sosial tersebut.

Mengagumi seseorang itu memang perlu, apalagi jika seseorang tersebut bisa dijadikan sebagai role model dalam kehidupan kita. Namun, ada saatnya kita juga harus melihat realita yang ada. Fakta bahwa seorang idola adalah manusia biasa seperti kita juga, maka kita perlu menghargainya sebagai sesama manusia pula.

Selain itu, hobby fangirling/fanboying bisa disalurkan dengan kegiatan yang lebih positif. Menghasilkan suatu karya bisa menjadi salah satunya, sehingga mereka yang terobsesi dengan idolnya bisa fokus dengan dirinya sendiri tanpa berlarut-larut dalam kesenangan yang fana.

Sumber:

  • https://www.jurnal.yudharta.ac.id/v2/index.php/ILMU-PSIKOLOGI/article/view/2531
  • https://www.researchgate.net/publication/337900172_FANATISME_PENGGEMAR_KPOP_DALAM_BERMEDIA_SOSIAL_DI_INSTAGRAM
  • https://link.springer.com/article/10.1007/s12144-018-9978-4
  • https://www.researchgate.net/publication/342633902_The_Relationship_between_Celebrity_Worship_and_Parasocial_Interaction_on_Emerging_Adult
  • https://www.atlantis-press.com/proceedings/acpch-18/55914389

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

AA
KO
MS
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini