Eksplorasi Sejarah dan Keindahan Mesjid Raya Baiturrahman Aceh

Eksplorasi Sejarah dan Keindahan Mesjid Raya Baiturrahman Aceh
info gambar utama

Masjid Raya Baiturrahman terletak di tengah kota Banda Aceh. Salah satu masjid yang paling cantik di Indonesia ialah tempat ibadah ini. Mesjid ini mempunyai desain yang elegan, ukiran yang menawan, serta halaman yang luas dan sangat menenangkan saat berada di dalam bangunan masjid.

Dulu, mesjid yang memiliki daya tarik ini pernah menjadi mesjid Kesultanan Aceh. Ada dua cerita tentang pendirian masjid ini yang menjadi simbol dan kebanggaan penduduk Aceh. Awalnya, mesjid ini dibangun pada tahun 1292 oleh Sultan Alaudin Mahmud Syah I. Kedua, argumen menyebutkan bahwa bangunan mesjid ini dibangun pada abad ke-17 saat pemerintahan Sultan Iskandar Muda yang sedang berada pada puncak kejayaannya.

Kedua pendapat itu juga mengatakan bahwa awalnya keadaan Mesjid Baiturrahman pada saat itu masih sangat sederhana, dimana konstruksinya baru berupa kayu dan atap rumbia.

Pada tahun 1873, mesjid ini pernah diduduki dan dibakar oleh Belanda dalam penyerbuan yang menewaskan banyak orang, termasuk salah satu perwira tinggi Belanda, yakni Jenderal Kohler.

Mengetahui pentingnya nilai bagi masyarakat Aceh, Belanda memilih untuk membangun sebuah masjid baru sebagai gantinya pada tahun 1875. Mesjid ini dibangun dalam bentuk yang unik dan selesai pada tanggal 27 Desember 1883.

Seiring berjalannya waktu, terjadi peningkatan dan perluasan yang semakin meningkat. Awalnya hanya ada satu kubah, namun kemudian pada tahun 1935-1936 jumlah kubah tersebut bertambah menjadi tiga. Pada masa pemerintahan Presiden Soekarno tahun 1957, dilakukan pembuatan dua kubah tambahan di bagian belakang, sehingga jumlahnya menjadi lima kubah. Ini merujuk kepada lima kubah yang dianggap sebagai representasi dari ideologi Pancasila.

Dalam periode 1992-1995, mesjid mengalami perbaikan dan perluasan sehingga memiliki tujuh kubah dan lima menara serta mampu menampung sekitar 13.000 jamaah. Segala upaya restorasi yang dilakukan tetap menghormati dan menjaga keaslian arsitektur masa kolonial Belanda, termasuk salah satunya adalah kubah pertamanya.

Masjid Raya Baiturrahman memiliki bentuk bangunan yang berbentuk persegi dengan pintu yang terdiri dari relung-relung tanpa adanya daun pintu. Terhias menara-menara pada bagian puncaknya. Kaligrafi digunakan sebagai dekorasi pada dinding ruangan, sementara hiasan persegi, belah ketupat, sulur, dan bunga ditempatkan di jendela dan pintu.

Di ruang utama, tiang-tiang juga terhias dengan lengkungan, motif daun, serta pola garis. Mihrab dan mimbar dihiasi dengan daun-daunan, bunga, dan sulur-sulur di ruangan utama. Di bagian depan halaman, terdapat menara yang tinggi dengan tangga beton berputar yang memungkinkan pengunjung atau jamaah untuk melihat Kota Banda Aceh dari tempat yang lebih tinggi.

Seiring berjalannya waktu, Mesjid Baiturrahman mengalami perkembangan yang signifikan dalam hal arsitektur, peribadatan, dan kegiatan sosial yang sesuai dengan perubahan zaman. Luas area Mesjid Baiturrahman adalah sekitar 4 hektar.

Di dalam tempat tersebut terdapat sebuah kolam yang dikelilingi oleh sebuah menara utama dan bagian lain dari halaman yang ditanami dengan rumput yang teratur dan menarik, dipercantik dengan berbagai jenis tanaman dan pohon hias.

Saksi Tragedi Tsunami

Dengan dinding putih cerahnya dan kubah megah berwarna hitam, mesjid ini juga menggoreskan sejarah ketika tsunami menyapu Aceh pada 26 Desember 2004.

Di masjid tersebut, sejumlah besar orang mencari perlindungan setelah terjadi bencana tsunami yang hampir menghancurkan Kota Banda Aceh dan wilayah sekitarnya. Ketika gelombang besar tsunami menghancurkan hampir semua bangunan, termasuk yang sudah baru dibangun, Mesjid Raya Baiturrahman tetap tegak berdiri sebagai tempat perlindungan bagi para pengungsi. Fakta ini memiliki makna penting bagi Mesjid Baiturrahman di Kota Banda Aceh.

Mesjid ini bukan hanya sebuah karya luar biasa dari arsitektur Islam di Indonesia tetapi juga mampu bertahan dari terjadinya bencana alam tsunami, suatu kejadian yang oleh banyak orang dianggap sebagai campur tangan langsung dari Tuhan.

Kini, Mesjid Baiturrahman yang ditandai oleh menara utama setinggi 35 meter, 7 kubah besar, dan 7 menara mesjid telah menjadi ikon kebanggaan dan semangat masyarakat Aceh.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

S
KO
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini