Taman Nasional Siberut, Wisata Alam dan Budaya Suku Mentawai

Taman Nasional Siberut, Wisata Alam dan Budaya Suku Mentawai
info gambar utama

Pulau Siberut adalah pulau terbesar di Kepulauan Mentawai dan berada di lepas pantai Sumatera Barat yang dipisahkan oleh Selat Mentawai. Secara geografis, letak Pulau Siberut terdapat sekitar 155 km dari kota Padang. Berangkat menuju Siberut memerlukan waktu lama, sekitar belasan jam, menggunakan kapal feri atau kapal motor yang melintasi Samudra Hindia.

Namun, keindahan alam dan petualangan yang tersedia di sana mengundang mereka yang mencari keindahan alam dan pengalaman baru untuk datang dan menjelajahi semua kekayaannya, termasuk budaya yang kaya, tradisi unik, dan pesona alam tropis yang menakjubkan.

Siberut menjadi tempat tinggal bagi 30.000 Suku Mentawai yang menjalani kehidupan yang jauh dari modernitas. Selain mengalami pengalaman langsung kehidupan Suku Mentawai, menjelajahi hutan tropis yang masih alami dan menikmati keindahan alam di sekitar pulau adalah pilihan petualangan yang menarik untuk dilakukan. Hampir dua per tiga dari pulau ini dipenuhi dengan hutan hujan yang menyuguhkan keseruan trekking yang menantang tapi penuh petualangan.

Sejak tahun 1993, sejumlah area di pulau ini telah mendapatkan status perlindungan dan diresmikan sebagai Taman Nasional Siberut. Taman Nasional Siberut termasuk dalam daftar cagar biosfer yang ditetapkan oleh UNESCO melalui Program Man and the Biosphere (MAB).

Taman Nasional Siberut adalah rumah bagi empat jenis satwa hanya ditemukan di Siberut saja (endemik), yaitu bokkoi (Macaca pagensis), lutung mentawai/joja (Presbytis potenziani siberu), bilou (Hylobates klossii), dan simakobu (Nasalis concolor siberu).

Selain primata endemik, ditemukan pula 4 jenis bajing endemik, 17 jenis satwa mamalia, dan 130 jenis burung (4 diantaranya adalah endemik).

Mengunjungi Taman Nasional Siberut adalah paket petualangan yang terdiri dari berbagai kegiatan menarik seperti berlayar, mengayuh perahu, trekking di jalur berlumpur, menikmati kecantikan hutan tropis, serta mengamati flora dan fauna.

Agar bisa masuk ke Taman Nasional Siberut, disarankan bagi kita untuk mengunjungi kantor taman nasional atau pusat informasi pengunjung Taman Nasional Siberut di Maileppet (3 km dari Muara Siberut). Pegawai di Taman Nasional Siberut siap memberikan bantuan dan membagikan informasi tentang taman nasional dan Pulau Siberut. Mereka juga mungkin bisa menjadi pemandu wisata bagi Kawan.

Taman Nasional Siberut sedang aktif mempromosikan ekowisata sebagai bagian dari usahanya dalam melindungi lingkungan, seperti yang diumumkan oleh WWF pada tahun 1980.

Potensi wisata yang berbasis ekologi dijalankan demi terwujudnya konservasi dan kelestarian keanekaragaman hayati dan sekaligus mendorong potensi wisata alam Siberut.

Untuk mencapai tujuan program tersebut, sejumlah langkah konkret, fasilitas, dan infrastruktur pendukung telah dibangun dan diperbaiki. Tempat medan yang menantang menciptakan kegiatan yang penuh dengan rintangan dan banyak petualangan.

Rute hiking akan melewati hutan primeval yang memiliki tanah yang berlumpur serta dihuni oleh berbagai jenis pohon dipterocarpaceae, anggrek hutan, tumbuhan dan hewan liar yang hidup di hutan tropis yang kaya biodiversitasnya. Sehingga, pengamatan burung dan primata endemik di taman nasional tersebut akan menambah variasi aktivitas wisata yang dapat dilakukan di daerah tersebut.

Desa Budaya Suku Mentawai

Salah satu penawaran menarik yang diberikan oleh Pulau Siberut adalah pengalaman wisata budaya, terutama tentang kehidupan dan kebudayaan yang unik dari Suku Mentawai. Keunikan gaya hidup, tradisi, dan adat istiadat yang dimiliki oleh Suku Mentawai merupakan salah satu faktor yang mendatangkan minat wisatawan yang tidak dapat ditemukan di destinasi lain.

Pengalaman budaya kita akan semakin beragam dengan keunikan gaya hidup Suku Mentawai. Rumah adat yang ditempati oleh beberapa keluarga (uma Mentawai) merupakan tempat pertama yang memperkenalkan dan memperlihatkan kita kehidupan sehari-hari mereka dengan lebih mendalam.

Aktivitas tradisional yang mereka jalani setiap harinya juga begitu menarik, seperti menangkap ikan dengan jala, memasak sagu, berburu, membuat racun untuk panah, adat merajah kulit tubuh, membuat celana tradisional dari bahan karbit. Kegiatan ini juga melibatkan diri dalam upacara adat yang melibatkan tarian khas Mentawai yang dikenal sebagai turuk. Selain itu, juga mengikuti ritual pengobatan yang dipimpin oleh dukun di kalangan mereka yang disebut Sikerei.

Di wilayah ini juga terdapat beberapa desa budaya yang sangat menarik untuk dijelajahi, contohnya Desa Madobak, Desa Ugai, dan Matotonan. Bagi wisatawan yang ingin mengunjungi ketiga desa ini, harus melewati jalur sungai dan jalan kecil dengan rute Muara Siberut-Rokdok-Madobak-Ugai-Matotonan yang dapat ditempuh dalam waktu sekitar 5-6 jam.

Desa Madobak dikenal dengan Air Terjun Kulu Kubuk yang memiliki dua tingkat dengan ketinggian 70 meter. Di samping menjelajahi Air Terjun Kulu Kubuk di Desa Madobak atau area Matotonan, Kawan dapat berinteraksi dengan kehidupan sehari-hari penduduk setempat dan ikut serta dalam upacara adat mereka.

Agar dapat menjelajahi desa wisata di Mentawai, penting bagi Kawan GNFI untuk memiliki pendamping wisata yang memiliki pemahaman mendalam tentang masyarakat dan budaya setempat. Perjalanan kapal di sekitar Siberut dan Sumatera Barat kadang-kadang menjadi sangat sulit karena gelombang laut yang besar. Terutama pada bulan Juni dan Juli, keadaan tersebut menjadi sangat berbahaya karena gelombangnya yang mengancam keselamatan.

Kepualauan Mentawai yang tenar sebagai kawasan selancar terbaik, wisata bahari adalah andalan lain yang ditawarkan di palau ini. Pulau Siberut menjadi semacam tempat pertama yang akan diinjak wisatawan sebelum menjelajahi keindahan pulau di sekitarnya. Di Siberut terdapat jadwal pelayaran reguler dari dan menuju Padang. Karena itu, Siberut memiliki peran penting dalam jalur transportasi di Kepulauan Mentawai.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

S
KO
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini