Dialog Survei Optimisme Generasi Muda Indonesia 2023: Mari Bersinergi Membangun Negeri!

Dialog Survei Optimisme Generasi Muda Indonesia 2023: Mari Bersinergi Membangun Negeri!
info gambar utama

Generasi muda, tonggak penting pembangunan Bangsa Indonesia. Berkenaan dengan itu, GNFI mengadakan Acara Peluncuran Hasil Survei Optimisme Generasi Muda Indonesia 2023 pada Selasa, 14 November 2023 loh, Kawan GNFI!

Acara ini mengenai hasil survei optimisme generasi muda Indonesia 2023 yang telah dilakukan secara berkelanjutan sejak 2018, dan pada tahun ini, GNFI berkoordinasi dengan Lembaga survei Populix. Hal ini dimaksudkan agar temuan survei, yang mengungkapkan dinamika optimisme generasi muda di berbagai sektor, dapat menjadi sumber informasi bagi para stakeholder dalam menyusun rencana dan kebijakan jangka panjang untuk bangsa Indonesia.

Acara ini kali pertama diadakan secara luring setelah Pandemi Covid-19, menghadirkan sesi dialog dengan 5 narasumber atau disebut juga kawan diskusi, yaitu Ilham Saputra, Rinaldi Nur Ibrahim, Devie Rahmawati, Dr. Timothy Astandu, dan Prof. Elwin Tobing, Ph.D.

Tidak hanya diisi pembukaan, sambutan, dan pemaparan hasil survei, acara ini juga diselingi penampilan Lima Pandawa berjudul “Kerapuhan Nakula-Sadewa” yang erat kaitannya untuk memberikan motivasi, menekankan hakekat persaudaraan dengan cinta yang dapat memberikan kekuatan dan harapan untuk menghadapi kehidupan.

Pertama-tama, hasil survei optimisme generasi muda dipaparkan oleh Dr. Timothy Astandu selaku Co-founder dan CEO Populix. Ia mengungkapkan bahwa survei ini disebarluaskan secara daring melalui platform Populix dari tanggal 10-17 Oktober 2023.

Survei ini menggunakan metode kuantitatif. Terdapat 1.289 responden berusia 17-40 tahun, tersebar di seluruh Indonesia dengan perolehan responden terbanyak sebesar 61% dari Pulau Jawa. Mayoritas responden adalah perempuan dan didominasi oleh generasi Y (millennial). Survei yang dilaksanakan berupa kuesioner berbentuk serangkaian pernyataan dan diberi pilihan jawaban menggunakan skala likert 1-10. Kemudian, nilai indeks Optimisme diperoleh dari hasil perhitungan rata-rata setiap unsur pembentuknya.

Tujuan Survei Optimisme Generasi Muda 2023 adalah untuk menggali besarnya keyakinan generasi muda terhadap masa depan Indonesia dalam berbagai dimensi. Ada 5 dimensi pokok yang dikaji dalam survei ini, yaitu Pendidikan dan Kebudayaan, Kebutuhan Dasar, Ekonomi dan Kesehatan, Kehidupan Sosial, dan Politik dan Hukum. Khusus di tahun 2023 ini, GNFI dan Populix menambahkan dimensi Lingkungan dan Pemilihan Umum yang menjadi isu sorotan masyarakat Indonesia akhir-akhir ini.

Sektor yang meraih nilai indeks tertinggi sebesar 8,55 adalah sektor Pendidikan dan Kebudayaan. Kemudian, berturut-turut disusul oleh sektor Kebutuhan Dasar dengan skor 8,38, Ekonomi dan Kesehatan dengan skor 8,31, dan skor terendah 5,72 diraih oleh sektor Politik dan Hukum.

Secara keseluruhan, Indeks Optimisme Indonesia naik 0,57 dibandingkan tahun 2022, yaitu menjadi skor 7,77. Kedua dimensi tambahan termasuk tiga terendah dibandingkan aspek lainnya, seperti Lingkungan dengan skor 7,23 dan Pemilihan Umum dengan skor 7,00.

Survei Optimisme Generasi Muda 2023 juga membicarakan persepsi responden terhadap permasalahan utama Indonesia. Hasilnya, Korupsi Kolusi Nepotisme menjadi peringkat pertama sebesar 44%, selanjutnya diikuti masalah Ekonomi sebesar 16%, dan masalah Hukum sebesar 13%. Meskipun begitu, Timothy sempat menyoroti sekilas permasalahan di peringkat empat, yakni Kesenjangan Sosial, yang kemungkinan menjadi masalah dalam beberapa tahun ke depan.

Setelah perincian hasil Survei Optimisme Generasi Muda 2023, acara dilanjutkan dengan sesi dialog bersama 5 narasumber. Sebagai pembukaan diskusi, Kawan diskusi membahas mengenai nilai indeks Optimisme keseluruhan yang meningkat dibandingkan tahun sebelumnya.

Ilham Saputra selaku ex. Komisioner Komisi Pemilihan Umum (KPU) menyayangkan tentang tingkat optimisme generasi muda terhadap kinerja penyelenggaraan pemilu yang terendah dibandingkan indikator lainnya pada dimensi Pemilu dengan skor 6,69.

Berdasarkan laman kpu.go.id, jumlah generasi Z dan generasi Milenial pada Pemilu 2024 adalah 55% dari total pemilih. Maka dari itu, skor optimisme tersebut dapat berimbas pada tingkat partisipasi generasi muda pada Pemilu 2024. Rinaldi Nur Ibrahim, Founder Youth Ranger Indonesia, menimpali bahwa generasi muda Indonesia sebenarnya optimis, namun sering overthinking atau insecure, memerlukan wadah untuk membentuk lingkungan positif agar optimisme anak muda menjadi berapi-api.

Di samping itu, generasi muda cenderung pesimis dengan skor 6,97 terhadap unsur “etika bermedia sosial yang akan semakin baik” pada dimensi Kehidupan Sosial. Perihal ini mendapat komentar dari Devie Rahmawati, pengamat sosial Indonesia. Ia mengatakan bahwa hal itu terjadi karena dunia maya menyediakan fitur anonimitas, dapat berekspresi sesuka hati, tidak memperhatikan batas kultural, dan persona sesuai yang diinginkan.

Hal ini berkebalikan dengan ruang offline yang memerlukan harmoni dalam berinteraksi dan diharuskan menekan identitas sebenarnya. Devie juga menyebutkan bahwa masyarakat Indonesia mempunyai hubungan patron-client antargenerasinya sehingga generasi sebelumnya perlu menjadi contoh yang baik dan masyarakat Indonesia perlu saling berempati untuk dapat memimpin peradaban Indonesia, bahkan Asia di masa depan.

Nilai indeks optimis generasi muda, terutama gen Z di beberapa aspek cukup rendah dibandingkan milenial. Selain itu, di daerah Sulawesi, Maluku, dan Papua, tingkat optimismenya lebih rendah dibandingkan wilayah lainnya.

Menjawab hal tersebut, Dr. Timothy menjelaskan bahwa optimisme dan ekspektasi sebetulnya berjalan saling beriringan. Semakin tinggi optimisme kita, ekspektasi terhadap Indonesia yang semakin maju juga naik dibarengi isu bonus demografi dan middle country trap. Maka dari itu, diperlukan cara untuk menyelesaikan masalah secara inklusif di seluruh daerah di Indonesia.

Ilham Saputra menambahkan bahwa optimisme sendiri merupakan lambang perlawanan kita terhadap isu di Indonesia dengan cara berpartisipasi aktif memilih pemimpin yang benar dan memihak kebijakan untuk kelompok-kelompok rentan. Devie menimpali dari segi kemampuan literasi masyarakat Indonesia.

Beliau menggambarkan seseorang takut karena rendahnya literasi dan konsumsi media yang tidak bermutu. Oleh sebab itu, Devie mengajak kita semua untuk menyuarakan kebaikan di ruang digital secara masif agar literasi masyarakat juga meningkat.

Berbicara tentang optimisme generasi muda ini, Prof. Elwin Tobing Ph.D, selaku Economic Expert di California University dan Education & Economic Development Consulting, mengajukan pertanyaan, “Optimis dalam hal apa dan level apa? Optimis karena matahari terbit esok hari?”

Pertanyaan itu memunculkan pemantik bagi kita apakah optimisme dan pemahaman kita sudah berjalan sesuai realita yang ada. Menurut Beliau, pemahaman fundamental terhadap permasalahan di Indonesia sangat diperlukan untuk mendiagnosis masalah dengan benar sehingga berujung pada solusi dan implementasi yang tepat pula.

Kemudian, pertanyaan terakhir di sesi dialog ini adalah harapan dan tindak lanjut menurut kawan diskusi. Jika disarikan, harapan dan tindak lanjut mereka, yaitu semoga Hasil Survei Optimisme Generasi Muda dapat menjadi pembelajaran bagi para pemangku kepentingan di Indonesia, lalu dengan optimisme meningkat, masalah juga terselesaikan. Tidak lupa, gotong royong dan jiwa yang mau merangkul sesama, serta memilih orang-orang yang baik itu diperlukan. Jadi, mari kita sebagai masyarakat Indonesia saling bersinergi untuk kemajuan Indonesia!

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

AB
KO
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini