Cerita Rezim Orba yang Membawa Demam Musik Rock ke Indonesia

Cerita Rezim Orba yang Membawa Demam Musik Rock ke Indonesia
info gambar utama

Musik rock dilarang pada zaman Orde Lama yang bermula dari Manifes Presiden Soekarno 17 Agustus 1959 tentang kebudayaan nasional. Hal ini kemudian ditambah dengan Penpres (Penetapan Presiden) No 11 tahun 1963 yang melarang musik Barat.

Ketika itu hukuman penjara juga diberlakukan bagi mereka yang melanggar. Koes Bersaudara pada Juni 1965 dijebloskan ke penjara Glodok, Jakarta selama 3 bulan. Ada juga Bharata Band di Surabaya pada 1963.

Namun semuanya berubah total ketika terjadi pergantian kekuasaan pasca peristiwa G30S 1965 saat pemerintahan Orla digantikan Orde Baru (Orba). Soekarno jatuh, digantikan oleh rezim Soeharto.

Ketika Yasser Arafat Temui Soeharto untuk Bicarakan Kemerdekaan Palestina

Musik rock yang dulunya dilarang kemudian merajalela. Konon, musik rock lebih dahulu masuk ke Indonesia dibandingkan investasi ekonomi Barat. Musik Indonesia berubah wajah sejak saat itu.

“Begitu terbuka paruh kedua dekade 60-an, gila tuh, setiap hari ada yang baru. Bahkan sampai pemahaman dan nilai-nilai. Jadi ya begitu terbuka dapat (budaya) gondrongnya, distorsi, psychedelic rock, yang aneh-aneh masuknya. Kebebasan digembar gemborkan oleh kebudayaan Barat,” kata David Tarigan pengarsip musik dari Irama Nusantara yang dimuat Antara.

Konser menjamur

Petrik Matansi dalam Orba Benci Musik Cengeng yang dinukil dari Historia menyatakan pemerintah Soeharto tak ambil pusing dengan maraknya budaya Barat di Indonesia. Hal ini ditandai dengan masuknya musik dan film barat.

Mayor Jenderal Ali Moertopo, orang penting Orba yang sangat dengan Presiden Soeharto juga punya beberapa kolega yang terlibat dalam bisnis media dan hiburan, beberapa di antaranya adalah Kolonel Aloysius Sugianto.

Sosok ini bersama Suhardjo Sindhukusumo, Njoo Han Siang, dan Wim Umboh membangun PT Interstudio Cine Film. Njo Han Siang dan Wim Umboh adalah penyelenggara Summer 28 yang menampilkan beberapa musisi, seperti Woodstoock di Amerika.

Ketika Benyamin Sueb Tolak Jabatan Menteri Penerangan pada Masa Soeharto

“Summer 28 mengusung semangat perdamaian. Meski sempat terjadi permasalahan, konser beruntun itu telah menampilkan banyak musisi terkenal Indonesia. Selain Koes Plus, Bimbo, ada Broery & The Pros, The Mercy’s, God Bless, dan lain-lain,” tulis Anas Syahrul Alimi dan Muhidin M Dahlan dalam 100 Konser Musik Indonesia.

Gempita musik Barat ini juga dirasakan nikmatnya oleh band luar negeri, setidaknya Bee Gees dan Deep Purple yang mewakili era 1970-an hingga Metallica atau Sepultura dari era akhir 1980-an hingga awal 1990-an pernah pentas ke Indonesia.

Meski pemerintah tak melarang musik pop dan rock Barat masuk ke Indonesia, rambut gondrong yang identik dengan musik rock masih menjadi hal haram di Indonesia. Bee Gees merasakan fenomena aneh itu saat konser di Medan.

“Aneh, bagaimana mereka dapat mengundang kami sedang mereka sendiri tidak suka rambut gondrong seperti kami?” kata Maurice Gibb, salah satu personel Bee Gees.

Band menjamur

Pengamat musik, Denny Sakrie dalam 100 Tahun Musik Indonesia menyatakan bersama dengan masuknya musik rock, terjadi fenomena baru di kalangan anak-anak muda, yaitu ngeband yang tumbuh di kota besar.

Umumnya mereka menamai dirinya dengan nama-nama asing, seperti The Pro’s, Flower Poetman, Chronic Pot Head, dan lain-lain. Bahkan konon, nama The Rollies pun diambil dari gabungan nama dua band yaitu Rolling Stones dan Hollies.

Soeharto dan Gagasan Swasembada Beras yang Dilanjutkan dari Mataram Islam

Band-band itu umumnya juga hanya membawakan lagu-lagu rock Barat, seperti The Rolling Stones, The Beatles, The Hollies, dan lain-lain. Dan itu klop dengan kemauan masyarakat yang menyukai band-band Barat.

“Penonton selalu meminta lagu-lagu dari grup band Barat. Penyanyi dan musisi yang berada di panggung harus menuruti permintaan penonton. Apabila tidak, batu-bata bisa dilemparkan penonton ke panggung pementasan,” jelas Muhammad Mulyadi dalam Industri Musik Indonesia.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Rizky Kusumo lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Rizky Kusumo.

Terima kasih telah membaca sampai di sini