Kenali Batik Garudeya Sebagai Ikon Batik Kota Malang

Kenali Batik Garudeya Sebagai Ikon Batik Kota Malang
info gambar utama

Jika membahas Kota Malang, tidak pas rasanya kalau tidak membahas tradisi dan kebudayaan yang ada di Kota Malang pula. Kali ini, Malang mempersembahkan Batik bernama Batik Garudeya.

Motif batik bernama Garudeya ini terinspirasi oleh relief Garuda dan kejayaan era Kerajaan Singasari. Perlu Kawan ketahui bahwa batik merupakan kain yang dilukis menggunakan canting dan lilin sebagai bahan untuk membentuk garis dari batik.

Batik Garudeya diciptakan oleh seorang pengrajin asal Kecamatan Tumpang, Kabupaten Malang itu sendiri. Seseorang yang berjasa menciptakan batik ini bernama Sumiarsih. Beliau menciptakan batik ini dengan terinspirasi oleh sesosok Garudeya.

Kecanggihan Duhung, Senjata Suku Dayak yang Diciptakan dari Kahyangan

Garudeya adalah kendaraan Dewa Wisnu, Pemelihara Alam Semesta. Sosok Garudeya diperacayai memiliki sayap, ekor, tubuh, tangan, dan kaki yang mirip manusia dan kepala dengan moncong burung elang.

Karakternya kuat dan menjadi latar belakang dari filosofi Kerajaan Singasari. Sumiarsih berharap dengan batik ini, semangat baru dapat terus berkobar dihari para pemakainya.

Batik ini berhasil memiliki hak paten pada tahun 2023 oleh HM Sanusi, seorang Bupati Kota Malang. Prosesnya mendapatkan hak paten sudah berjalan selama dua tahun.

Sejak itu, Batik Garudeya telah melewati banyak proses dengan melibatkan akademisi dari Universitas Brawijaya. Khususnya Fakultas Ilmu Budaya untuk meningkatkan kredibilitas batik dengan analisa sejarah peninggalan literasi budaya yang berhubungan dengan Candi Kidal, terutama pada relief Garudeya itu sendiri.

Tentu penelitian yang dilakukan difasilitasi Balitbang Kabupaten Malang. Penelitian dan kajian literasi untuk Batik Garudeya ini bahkan dilakukan selama satu bulan penuh.

Selain akademisi dan dukungan Balitbang, pengrajin batik lokal asal Tumpang juga dipersiapkan atas pembuatan batik yang serupa sebelumnya. Sehingga detail dari Batik Garudeya dapat serupa dengan relief Garudeya di Candi Kidal.

Pertamina Temukan 2 Sumber Migas Baru di Jawa Barat

HJ Anis Zaida Sanusi sebagai Ketua Dekranasda Kabupaten Malang juga ikut mendukung karya Batuk Garudeya ini. Sebagai karya yang dibanggakan Malang, batik Garudeya diharapkan dapat menaikkan kesejahteraan pengrajin batik lokal.

Sekitar kurang lebih 300 orang pada setiap kecamatan memiliki pengrajin batik yang berbakat. Sehingga apa yang diciptakan para pengrajin ini nantinya akan dapat mempunyai kekhasan motif di masa yang akan datang.

Batik Garudeya saat ini sudah melalui proses pengenalan dengan diperagakan di depan Kawan GNFI Kota Malang yang sempat menikmati peragaan di Pendapa Agung pada November, Rabu (29/11/23).

Sebanyak 12 motif Batik Garudeya hadir di atas panggung yang diperagakan oleh kemeja batik berpadu celana hitam untuk laki-laki dan rok hitam dengan motif Batik Garudeya untuk perempuan.

Baru-baru ini pula, Batuk Garudeya berencana untuk menjadikan batik ini sebagai bagian dari seragam 18 ribu ASN di Kabupaten Malang.

Juga dapat dijadikan sebagai seragam batik anak sekolah di masa mendatang. Bahkan nantinya, motif dari batik Garudeya juga akan dibuatkan dalam berbagai bentuk cinderamata.

Penjualan Eceran Diprakirakan Meningkat Pada November 2023

Kehadiran Batik Garudeya di Kota Malang membuka kesempatan bagi para pegiat budaya dan seni agar lebih memperhatikan bagaimana kebudayaan Indonesia dapat terus diciptakan dan dilestarikan keberadaannya. Terutama seiring dengan berjalannya globalisasi waktu dan modernitas yang dialami di Indonesia.

Dengan demikian, produk lokal tidak hilang begitu saja digerogoti waktu hanya karena sumber daya manusianya sudah menghilang karena sikap apatis pemerintah yang tidak mengindahkan produk lokal sebagai bentuk ekonomi kreatif Indonesia.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Nadira Hamamah lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Nadira Hamamah.

NH
KO
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini