Mengenal Kota Sumenep sebagai 'The Soul of Madura'

Mengenal Kota Sumenep sebagai 'The Soul of Madura'
info gambar utama

Sumenep merupakan kabupaten di salah satu wilayah Provinsi Jawa Timur yang letaknya berada di bagian timur Pulau Madura. Sumenep memiliki sejarah yang unik, berawal di Tahun 1269 Masehi, Adipati Sumenep yang pertama diangkat menjadi pemimpin wilayah ini, namanya Arya Wiraraja.

Asal nama “Sumenep” ternyata berasal dari berasal dari bahasa Jawa Kuno atau bahasa Kawi, lho! Padanan kalimat ini berasal dari kata “Sung” dan “Eneb” yang berarti “lembah yang tenang” atau “sedimen yang tenang”.

Kabupaten Sumenep juga dikenal sebagai "Jiwa Madura" dan telah memiliki keterkaitan dengan berbagai periode sejarah, mulai dari era feodal, pengaruh Jawa, sampai dengan masa kolonial.

Daerah Sumenep memiliki warisan budaya yang kaya, diantaranya Keraton Sumenep. Keraton ini dibangun oleh Adipati Sumenep ke-31 yang bernama Panembahan Sumolo Asirudin Pakunataningrat.

Waktu demi waktu, Keraton ini berhasil diperluas oleh keturunan Panembahan Sumolo Asirudin Pakunataningrat, yaitu Sri Sultan Abdurrahman Pakunataningrat I.

"The Soul of Madura" merupakan merek yang diberikan kepada Kabupaten Sumenep. Letaknya di ujung timur Pulau Madura, Jawa Timur. Dengan sejarah yang panjang, Masyarakat Sumenep mungkin tidak tahu tentang awal mula dan makna dari julukan ini.

Meskipun asal-usul dan makna dari "The Soul of Madura" belum dikenal oleh masyarakat Sumenep, pemerintah Kabupaten Sumenep bersama dengan tim Universitas Brawijaya melakukan kajian sejarah, budaya, dan ekonomi Kabupaten Sumenep untuk memahami dan menjajahkan identitas daerah ini.

Beberapa pakar melakukan kajian untuk merumuskan pemikiran bahwa semua potensi yang dimiliki kabupaten lain di Madura, ternyata juga ada di Sumenep. Hal ini menjadi dasar mengapa "The Soul of Madura" ditetapkan sebagai branding wilayah Sumenep.

Tambang Baru Bara Bawah Tanah Pertama di Indonesia Diresmikan, Tahan Hingga 15 Tahun

Sejarah Sumenep Pra-Islam

Sumenep mencatat aktivitas pemerintahan sudah dimulai sejak tahun 1269 Masehi, dan telah beraktivitas sebelum berdirinya Kerajaan Majapahit. Sejarah Kerajaan Sumenep sebelum Islam sempat mengancam kepercayaan pada penyebaran agama Islam itu sendiri.

Islamisasi di Kabupaten Sumenep dimulai dengan hadirnya Sunan Paddusan, yang diambil mantu Jokotole, Raja Sumenep. Sunan Paddusan merupakan cucu keponakan Sunan Ampel, dan beberapa literatur menyebut bahwa Jokotole di Islamkan mantunya.

Hal ini menyebabkan peristiwa-peristiwa yang ditulis menunjukkan bukti bahwa penguasa-penguasa di wilayah Sumenep dulunya pernah masuk Islam.

Termasuk penguasa yang bernama Panembahan Joharsari, yang dinyatakan masuk Islam secara sembunyi-sembunyi sebelum wilayah Sumenep menjadi kerajaan Islam secara terang-terangan.

Berikut merupakan linimasa Sumenep Pra-Islam:

  1. Kerajaan Aria Wiraraja: Aria Wiraraja, Adipati Sumenep dengan dukungan Prabu Kertarajasa Jayawardhana. Panembahan Joharsari menjadi penguasa yang lebih jelas.
  2. Pemerintahan Kerajaan Sumenep: Hindia Belanda menghapus keswaprajaan, Sumenep dikelola langsung dan berubah menjadi pemerintahan Kabupaten.
  3. Kerajaan Majapahit: Sumenep dibebaskan dari pajak dan upeti, menjadi bagian dari Kerajaan Majapahit.
  4. Pengaruh Kesultanan Majapahit: Arya Wiraraja diangkat sebagai Adipati Sumenep, adiknya Arya Bangah menjadi adipati selanjutnya.
  5. Budaya dan Identitas: Meski Keraton Sumenep tak berfungsi lagi, peninggalan kejayaan Kadipaten, seperti Masjid Jamik Sumenep dan Asta Tinggi, masih dapat disaksikan.
  6. Wilayah Sumenep dalam "genggaman" tiga fase: Perkembangan wilayah Sumenep selama masa pemerintahan Aria Wiraraja, Dinasti Kanduruhan, dan setelah masuknya kalangan santri di singgasana Sumenep.
Mitos Letusan Gunung Slamet yang Akan Belah Pulau Jawa, Benarkah?

Sumenep sebagai “The Soul of Madura”

"The Soul of Madura" dalam wilayah Sumenep memiliki arti yang positif, yaitu jiwa. Tentu merek yang dicitrakan ini merupakan inti dari kehidupan. Harapan yang dapat ditanam dalam kota ini memiliki banyak kebermanfaatan. Diantaranya kekayaan budaya, alam nyata yang indah, dan keramahan tutur bahasa.

City branding ini dimaksudkan untuk membantu menarik lebih banyak pengunjung dan memperkembangkan ekonomi daerah di Kota Sumenep.

"The Soul of Madura" merupakan julukan atau city branding yang diberikan kepada Kabupaten Sumenep sebagai identitas daerah yang dibentuk pada tahun 2014 melalui Peraturan Bupati nomor 5.

Makna pasti dari "The Soul of Madura" tidak secara eksplisit dijelaskan. Namun secara bahasa, istilah ini dapat diartikan sebagai "jiwa Madura" atau "pusat dari Madura."

Prospek Industri Kreatif Kian Moncer di 2023

Julukannya dipilih untuk mencerminkan beragam potensi yang dimiliki oleh Sumenep, termasuk kekayaan budaya, alam yang indah, dan keramahan penduduknya. “Jiwa Madura" merujuk pada konsep yang melambangkan nilai-nilai, identitas, dan karakteristik yang mewakili Pulau Madura, termasuk kekayaan budaya, tradisi, dan sifat-sifat masyarakatnya.

Istilah ini sering dikaitkan dengan martabat, harga diri, dan keberanian masyarakat Madura. Di mana para ahli meneliti bahwa "harga diri merupakan ruh Madura yang lahir dari jiwa Madura yang luhur dan bertujuan membentuk manusia Madura yang baik.”

Tentu citra dari penamaan ini juga berpengaruh terhadap Sumenep. Lambat laun setelah 1 dekade dinamai, daerah ini juga terkenal dengan kesenian tradisional baik dari kerajinan tangan, seperti keris (belati) Madura dan batik.

(Sumber:https://digilib.uinsa.ac.id/51457/)

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Nadira Hamamah lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Nadira Hamamah.

NH
KO
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini