Kisah Orang Eropa yang Menghidupkan Perayaan Natal di Hindia Belanda

Kisah Orang Eropa yang Menghidupkan Perayaan Natal di Hindia Belanda
info gambar utama

Pada abad ke 19, kehidupan masyarakat Eropa di Hindia Belanda mulai relatif stabil. Kehidupan berjalan normal, perekonomian mulai bergulir kencang. Hal ini membuat orang Eropa mulai merindukan banyak hal, salah satunya perayaan Natal.

Koran De Preanger-Bode (23 Desember 1898) yang dimuat Bandung Bergerak mengungkapkan Natal selalu berlalu tanpa adanya perayaan. Bahkan di banyak tempat, pada hari penting itu tidak ada kesempatan bagi orang Kristiani untuk pergi ke Gereja.

Indahnya Toleransi Menjelang Natal di Solo

Hal ini, jelas koran itu, berbeda dengan yang terjadi di Belanda. Pada Hari Natal di Eropa ditandai dengan deretan toko terang benderang, orang-orang yang bergegas pulang di tengah cuaca dingin yang menusuk untuk berkumpul dengan keluarga.

“Teman-teman Jerman kita di negara ini terkadang ingin tetap setia pada adat istiadat negaranya dan menghormati pohon Natal, tetapi sering kali gagal melakukannya, justru karena apa yang hilang inilah yang memberi pesona khas di Eropa, yaitu kehidupan keluarga,” tulis koran itu.

Menghidupkan tradisi Natal

Balai Keselamatan (Leger des Heils) yang merupakan kelompok keagamaan di bawah Gereja Protestan adalah salah satu yang mencoba menghidupkan tradisi perayaan Natal di Hindia Belanda

Pada koran De Locomotief (15 Desember 1896) menceritakan rencana kelompok tersebut menyiapkan pesta untuk merayakan Natal di Semarang. Pesta tersebut diselenggarakan pada 26 Desember dengan mengumpulkan anak-anak miskin tanpa membedakan agama.

“Balai Keselamatan berangkat dari gagasan bahwa ada begitu banyak anak miskin yang tidak pernah memiliki hari yang sibuk dan bahwa Natal menawarkan kesempatan yang baik untuk membuat hati anak-anak kecil ini berduka cita,” tulis koran itu.

Marbinda, Tradisi Perayaan Natal Khas Masyarakat Batak Toba

Hal sama ditulis oleh koran Java bode (27 Desember 1897) yang menceritakan saat itu kaum muda Eropa yang tinggal di Batavia memulai menghidupkan lagi tradisi Natal. Pesta Natal yang menarik perhatian diselenggarakan besar-besaran untuk anak-anak.

“Saya menemukan perayaan Natal di Kebun Raya dan Kebun Binatang di Batavia pada malam tanggal 26 dengan pohon Natal, undian hadiah untuk anak-anak, dan teater boneka,” cerita koran itu.

Dirayakan meriah

Koran Bataviaasch nieuwsblad (27 Desember 1898) menyebut perayaan Natal setahun kemudian jauh lebih meriah. Di Batavia, perayaan Natal dilangsungkan oleh orang Eropa di beberapa tempat.

Perayaan Natal yang meriah juga berlangsung di gereja, juga sekolah. Melibatkan murid-murid pribumi dan China. Perayaan besar-besaran di Kebun Binatang masih berlangsung, hadiah yang terkumpul makin banyak.

Ragam Cara Rayakan Natal di Indonesia

“Anak-anak bersenang-senang sampai jam setengah sembilan di aula yang luas, di mana mereka diizinkan untuk melompat-lompat sesuka hati. Meskipun ada 400 hadiah dalam undian gratis, hadiahnya terlalu sedikit, sehingga anak-anak yang lebih tua harus dikeluarkan dari pengundian,” tulis koran tersebut.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Rizky Kusumo lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Rizky Kusumo.

Terima kasih telah membaca sampai di sini