Mengenal Pameran PIMNAS Ke-36, Bukti Apresiasi untuk Pengembangan IPTEK Belum Maksimal

Mengenal Pameran PIMNAS Ke-36, Bukti Apresiasi untuk Pengembangan IPTEK Belum Maksimal
info gambar utama

Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional atau PIMNAS ke-36 yang diselenggarakan dari tanggal 26 hingga 30 November 2023 resmi Usai. Tahun ini, Universitas Padjadjaran menjadi tuan rumah dari ajang bergengsi tingkat nasional tersebut.

Ada banyak hal yang bisa ditemui di PIMNAS ke-36, salah satunya adalah Pameran Teknologi dan Inovasi yang diselenggarakan di Lapangan Futsal, Bale Santika, Universitas Padjadjaran.

Pameran ini memiliki tema “Dengan Teknologi dan Kreativitas Untuk Indonesia Maju” yang menjadi ajang tukar menukar informasi terkait inovasi dan teknologi yang dihasilkan oleh setiap perguruan tinggi seluruh Indonesia. Selain itu, pameran ini juga bertujuan untuk mengapresiasi hasil inovasi pameris serta memberikan wawasan baru bagi pengunjung mengenai inovasi teknologi yang telah dilakukan oleh mahasiswa.

Ada 43 booth dan hasil inovasi yang ditampilkan di pameran tersebut, seperti pop-up book untuk pengenalan mitigasi bencana berdasarkan kearifan lokal kepada anak usia dini, Puspa Daycare yang merupakan tempat penitipan anak yang disertai edukasi anak usia dini, mobil listrik Brajamusti, pengembangan metode pemetaan geologi, probiotik spray untuk menyembuhkan luka rongga mulut pada pasien diabetes, dan masih banyak lagi.

Dalam pengembangan inovasi tersebut, tentunya banyak kendala yang dialami oleh pameris. Salah satu pameris yang mengembangkan inovasi pop-up book mitigasi bencana berdasarkan kearifan lokal mengatakan jika tantangan yang dialami oleh mereka adalah penemuan mereka yang berseberangan jauh dengan fakultas mereka, yaitu Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Sehingga, riset yang dilakukan memakan waktu yang lebih lama. Selain itu, percetakan pop-up book masih jarang di Indonesia dan hanya ada di Jakarta.

Meskipun begitu, Pameran Teknologi dan Inovasi ini memberikan dampak yang cukup positif untuk penemuan mereka. Produk inovasi yang mereka ciptakan menjadi lebih dikenal banyak orang dan pendapatan dari penjualan pop-up book juga bertambah. Dari hasil inovasi yang ditampilkan di pameran, orang-orang jadi lebih banyak mengenal mitigasi bencana berdasarkan kearifan lokal yang perlahan sudah mulai dilupakan oleh banyak orang.

Gelombang Kedatangan Pengungsi Rohingya di Aceh

Tak hanya dari sisi pameris, Pameran Teknologi dan Inovasi ini juga disambut baik oleh pengunjung. Salah satu mahasiswa yang menjadi pengunjung pameran saat itu menjelaskan bahwa dirinya jadi mendapatkan wawasan-wawasan baru dari hasil inovasi yang ditampilkan. Bahkan ia jadi terdorong untuk menemukan inovasi yang sesuai dengan bidangnya dan mengikuti PIMNAS di tahun depan.

Namun, ada hal yang perlu disoroti dari booth di pameran ini. Jumlah booth dari Unpad lebih banyak dari pada booth universitas lain, dengan rincian 3 booth dari luar Unpad dan 40 booth dari Unpad.

Menurut keterangan dari panitia, hal ini dikarenakan pendaftar pameran tersebut lebih banyak dari Unpad. Pada awalnya, panitia menyediakan kuota 47 booth untuk Unpad dan 6 booth untuk luar Unpad. Namun menjelang hari pelaksanaan, beberapa peserta mengundurkan diri karena terkendala biaya.

Berdasarkan website PIMNAS ke-36, setiap tim yang menjadi peserta pameran yang berhasil terseleksi wajib membayar biaya pendaftaran sebesar Rp1.500.000 (satu juta lima ratus ribu rupiah) dengan hanya mendapatkan stand yang berukuran 2 x 3 m2 dilengkapi dengan meja, kursi, dan panel listrik. Biaya tersebut sudah termasuk konsumsi camilan dan makan siang untuk semua anggota tim selama empat hari.

Namun, hadiah untuk peserta yang berhasil mendapatkan gelar stand terbaik dan terfavorit tidak seberapa. Juara 1 mendapatkan hadiah senilai Rp1.500.000 (Satu juta lima ratus ribu rupiah), juara 2 mendapatkan hadiah senilai Rp1.000.000 (Satu juta rupiah), dan juara 3 mendapatkan hadiah sebesar Rp750.000 (Tujuh ratus lima puluh ribu rupiah).

Masing-masing pemenang juga mendapatkan medali dan sertifikat. Namun, nominal tersebut dinilai terlalu kecil untuk penghargaan taraf nasional dan untuk menghargai pengembangan inovasi dari sebuah ilmu pengetahuan.

Nilai Dimensi Ekonomi dan Kesehatan pada Survey Optimisme Generasi Muda di Indonesia 2023

Selain itu, meskipun terbuka untuk umum, kebanyakan pengunjung pameran tersebut merupakan dari kalangan mahasiswa Unpad itu sendiri yang memiliki kewajiban untuk mengerjakan tugas. Sedikit mahasiswa yang datang ke pameran tersebut atas dasar kemauan dan rasa ingin tahu dari diri sendiri. Bahkan pengunjung dari masyarakat umum sangat jangan ditemui. Hal ini menunjukkan bahwa ada yang harus dibenahi dari penyebaran informasi dan branding PIMNAS ke-36.

Seharusnya dengan biaya yang tidak sedikit jumlahnya tersebut peserta berhak mendapatkan eksposur dan fasilitas yang lebih baik untuk memamerkan hasil inovasi mereka. Unpad sebagai tuan rumah harusnya bisa melakukan branding yang maksimal terhadap pameran tersebut untuk menarik pengunjung dari semua kalangan agar dapat melihat inovasi dan teknologi yang dikembangkan oleh mahasiswa dari seluruh Indonesia.

Fenomena ini menunjukkan bahwa apresiasi untuk inovasi dan pengembangan teknologi dinilai belum maksimal. Ke depannya, inovasi dan pengembangan teknologi ini harus lebih dihargai lagi agar semakin banyak generasi muda yang terpacu untuk ikut mengembangkan sebuah inovasi yang bisa berdampak positif pada kemajuan IPTEK di Indonesia dan berdampak pada kehidupan masyarakat secara luas.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

AA
KO
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini