Mengulik Keunikan Ponpes Modern Dzikir Al-fath Sukabumi yang Memadukan Kesenian dan Islam

Mengulik Keunikan Ponpes Modern Dzikir Al-fath Sukabumi yang Memadukan Kesenian dan Islam
info gambar utama

Kota Sukabumi, kota yang memiliki julukan "Kota Santri". Sebab, banyak pesantren yang berdiri di wilayah tersebut. Berlokasikan di Perum Gading Kencana, Jl. Merbabu, Kelurahan Karang Tengah, Kecamatan Gunung Puyuh, Kota Sukabumi, terdapat sebuah Pondok Pesantren unik yang memadukan konsep tradisional dan modern. Pondok Pesantren Modern Dzikir Al-Fath, pesantren yang diresmikan tahun 2010 di bawah pimpinan Prof. Dr. KH. Muhammad Fajar Laksana yang diketahui adalah keturunan sah ke-17 Prabu Siliwangi.

Ketika pertama kali datang dan memasuki tempat tersebut, kita langsung disuguhkan dengan pemandangan bangunan tradisional dan budaya yang begitu kental. Penggunaan bata merah dalam bangunan pesantren itu menunjukkan kebudayaan baknya bangunan Keraton Kasepuhan Cirebon yang didominasi oleh bata merah.

Tidak hanya pesantren saja di sana, lembaga pendidikan di Al-Fath pula dimulai dari KB PAUD, MDTA, SD IT, SMP, SMA, MA TERPADU AL-IRSYAD, SMA INTERNASIONAL ISTANBUL, dan bahkan juga STMIK yang merupakan Perguruan Tingginya.

Bangunan Batu Bata Merah
info gambar

Apabila berbicara tentang keunikan tempat tersebut, Pesantren Al-Fath ini memiliki museum yang dinamai sebagai “Museum Prabu Siliwangi” yang disahkan tahun 2019. Museum Prabu Siliwangi bukan hanya menampilkan wujud warisan benda seperti kitab-kitab Prabu Siliwangi, patung neraca, pedang Waliyullah, rambut Rasululah, kaligrafi, aksara sunda kuno, prasasti peninggalan bersejarah, dan kujang saja yang dilihatkan dalam museum. Namun, juga warisan budaya tak benda seperti tradisi ngagotong lisung atau lisung ngamuk, main boles, dan ilmu bela diri silat.

Tokoh ulama seperti Gus Shalah, anggota KAPOLRES, tokoh politik seperti Prabowo Subianto, Anies Baswedan, Ridwan Kamil, Wapres KH. Ma’ruf Amin dan banyak lagi tokoh-tokoh penting yang pernah mengikuti kunjungan ke pesantren AL-Fath untuk melihat budaya pasundaannya, mencoba bolesnya, dan juga melakukan upacara ngagotong lisung yang biasa dilakukan oleh tokoh yang akan menjadi seorang pemimpin.

kunjungan Museum Prabu Siliwangi
info gambar

Luar biasa, tentunya. Rasa takjub muncul saat kami mengetahui hal tersebut.

Di Pesantren ini, ada tiga hal yang menjadi keunggulan tersendiri yang sudah menorehkan begitu banyak prestasi dan penghargaan dalam berbagai bidang. Pertama, ada Tahfidz Quran. Lalu kedua, Bahasa Inggris dan Bahasa Arab.

Kemudian, terakhir yang menjadi keunggulan paling utama di pesantren Al-Fath yaitu pencak silatnya. Diketahui, mereka telah menjuarai juara 1 di Nasional dan yang terbaru, bulan November 2023 Al-Fath mewakili kota Sukabumi di tingkat Jawa Barat.

Dalam sistem pendidikan, Al-Fath menggunakan 2 kurikulum dalam pembelajarannya. Yang pertama, ada kurtilas (kurikulum 2013) dan kurikulum merdeka yang terbaru sekarang. Di sana, siswa tidak hanya belajar melalui teori di dalam kelas. Namun, juga dengan melakukan pembelajaran secara langsung agar para peserta didik juga tidak merasa bosan selama pembelajaran.

Ada museum yang bisa dijadikan sumber belajar untuk mengetahui sejarah zaman dahulu. Ada juga IFE2 (Integrated Farm Education and Enterpreneurship) yang menjadi media pembelajaran dalam Ilmu Pengetahuan Alam (IPA). Peserta didik dapat belajar langsung tentang pertanian untuk mempelajari banyak hal tentang tumbuhan dan ada pula budidaya unggas.

Selain itu, pabrik-pabrik yang terdapat di pesantren itu biasa juga dijadikan tempat untuk praktek pembelajaran yang tiada lain tujuannya agar siswa belajar secara langsung sebab belajar berdasarkan teori saja akan berbeda dengan langsung belajar langsung dan mempraktekannya ke lapangan.

Dengan begitu, pembelajaran akan lebih efisien lagi. Bahkan juga, untuk para mahasantri (mahasiswa santri) di sana diberikan tanggung jawab yang lebih untuk mewujudkan program sekolah mereka yaitu program sekolah santri sambil bekerja berkelanjutan outsorcing (KSB2 OSC) Go International sebagai program membangun sistem ekonomi shodaqoh.

AGROWISATA IFE2
info gambar

Melihat pada kesenian dan kebudayaan yang terdapat di pondok pesantren Al-Fath, kita bisa menemukannya dalam berupa boles, golok kala petok, dan ngagotong lisung yang merupakan budaya Sunda.

Lantas, bagaimana kebudayaan tersebut dalam perspektif Islam?

Boles (Bola Api) memiliki filosofi akan api yang berartikan hawa nafsu. Dalam Islam, fenomena tersebut terdapat dalam Al-Qur’an Surat AL-Anbiya. Dikisahkan nabi Ibrahim dibakar oleh Raja Namrud karena berani-beraninya menghina dan menghancurkan berhala yang merupakan “tuhan-tuhan” mereka.

Namun, dengan kekuasaan Allah SWT yang memerintah Jibril untuk membuat api tersebut dingin hingga membuat nabi menggigil bukannya merasa panas karena terbakar api.

Permainan boles dikatakan sebagai permainan yang sakral, sebab cara permainannya mengharuskan memegang bola api dengan tangan kosong. Permainan boles tidak bisa dimainkan oleh sembarang orang. Hal ini dikarenakan sebelum permainan tersebut dilakukan, terdapat beberapa ritual khusus yang harus dilakukan oleh para pemain boles tahan panas dan tetap dalam keselamatan dan penjagaan dari Allah SWT dari rasa panas saat memainkan bola api.

Mereka, para pemainnya harus berpuasa selama 21 hari, mengamalkan aurad-aurad (wiridan/bacaan) tertentu yang dibaca di waktu-waktu khusus, menghindari makanan-makanan yang dimasak dengan api (bila al-nar), mengandung unsur nyawa (bila al-ruh). Biasanya pada hari terakhir para pemain mesti melewati ritual dengan “matigeni” (puasa satu hari satu malam tanpa tidur) dan berakhir pada proses memasrahkan diri karena keselamatan bergantung hanya pada Allah semata.

Lalu, budaya Sunda Golok Kala Petok. Golok Kala Petok secara deskripsi mengandung arti Lambang, Golok yang artinya Senjata, Kala artinya Ilmu, dan Petok artinya Dekat. Jadi arti Golok Kala Petok adalah Senjata atau ilmu Mendekatkan diri kita kepada Allah SWT, yaitu Lailahaillallah.

Kami diberitahukan sedikit cara bermain Golok Kala Petok, dimana bermula golok diarahkan ke dada dan membelalah dada sebagai makna kita membelah atau membuka hati kita. Lalu mengarahkan golok ke samping yang artinya kita membuang segala keburukan dalam hati.

Dan terakhir, mengambil kembali dan mengarahkan golok ke depan dada, yang maksudnya memasukan hal baik ke dalam hati. Hampir sama dengan apa yang dikisahkan tentang Nabi Muhammad SAW yang dibelah dadanya untuk disucikan hatinya oleh Jibril atas perintah Allah SWT.

Dan yang terakhir, kesenian Ngagotong Lisung atau Lisung Ngamuk. Kami diberitahu bahwa kesenian ini diperuntukkan pada orang-orang yang merupakan seorang pemimpin. Ngagtotong Lisung ini biasanya dibawa oleh Ki Lengser dengan menggunakan tali pengikat sambil membawa sebuah tongkat yang menggambarkan Halu atau dalam bahasa Sunda disebut Lulumpang.

emimpin tidak bisa bergerak apabila tidak mengikuti aturan. Dan tali tersebut merupakan aturan dan pemimpin tidak bisa bergerak apabila tidak ada tongkat. Empat orang yang membawa lisung juga menggambarkan 4 pilar kebangsaan yaitu NKRI, UUD, Pancasila dan Bhineka Tunggal Ika.

DOKUMENTASI
info gambar

Pada hakikatnya, kebudayaan perlu kita budayakan dan dilestarikan kembali agar tidak terlupakan dan tergeserkan oleh budaya baru. Setiap kesenian dan budaya yang terdapat di pesantren ini memiliki makna tersendiri yang menyatu dengan ajaran-ajaran Islam. Dalam kesenian di sini, terdapat sebuah pengajaran dan tuntunan yang diberikan oleh pihak pesantren teruntuk santri-santrinya.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

Terima kasih telah membaca sampai di sini