Ketika Bung Hatta Pilih Tanggal Pernikahan untuk Ejek Gubernur Jenderal Belanda

Ketika Bung Hatta Pilih Tanggal Pernikahan untuk Ejek Gubernur Jenderal Belanda
info gambar utama

Mohammad Hatta ternyata tidak sembarangan memilih hari perkawinannya dengan Rahmi Rachim. Pahlawan Proklamator Kemerdekaan itu menikah pada 18 November 1945 untuk membalas dendam kepada seorang Gubernur Jenderal Hindia Belanda.

Alkisah, pada 18 November 1918, seorang Gubernur Jenderal Hindia Belanda Van Limbrug Stirum pernah mengumumkan janji bahwa bangsa Indonesia akan diberi kesempatan untuk memimpin negaranya.

Kisah Bung Hatta dari Lapangan Bola: Seorang Bek Tangguh yang Sulit Ditembus Lawan

Janji itu kemudian dikenal sebagai November Belofte atau Janji November itu ditunggu-tunggu realisasinya oleh Bung Hatta. Tetapi janji sang gubernur jenderal itu hanya omong kosong belaka.

“Tanggal itulah yang sengaja dipilih ayah sebagai tanggal perkawinannya,” ungkap Meutia Hatta Swasono, putri sulung Bung Hatta yang dimuat Kompas.

“Tujuan memilih tanggal itu mungkin untuk mengejek Van Limburg Stirum yang cuma bisa mengumbar janji palsu berbeda dengan janji cinta sejatinya kepada Rahmi. Terbukti, perkawinan ayah dan ibu adalah perkawinan seumur hidup,” lanjutnya.

Menikah dengan adat Jawa

Bung Hatta menikah dalam usia tak lagi muda yaitu 43 tahun, sedangkan Rahmi masih 19. Kabar Bung Hatta yang ingin menikahi Rahmi membuat bahagia sanak famili. Karena telah lama mereka menanti pernikahan itu, tetapi tak berani mengungkit

“Bung Hatta sadar apa yang sedang dia prioritaskan,” kata Halida Hatta, putri bungsu Bung Hatta mengenai janji Bung Hatta menikah saat Indonesia merdeka.

Karena itu saat hari pernikahan Bung Hatta dan Rahmi, suka cita menghadirinya. Tidak banyak yang hadir dalam resepsi pernikahan itu karena Bung Hatta ingin resepsi pernikahannya dirayakan sederhana.

Kisah Sekolah Hatta yang Jadi Pelita bagi Anak-anak Banda Neira

“Tidak lebih dari 30 orang, kiraku. Selain dari keluarga kedua pengantin, tentu saja Bung Karno menjadi mak comblang pernikahan itu ikut hadir bersama Bu Fatmawati,” ucap Hasjim Ning, paman Bung Hatta dalam Pasang Surut Pengusaha Pejuang yang dimuat Historia.

Bung Karno merupakan orang yang sangat memperhatikan Hatta dalam urusan cinta. Tidak mengerti apa karena jasa baik Bung Karno dalam menjodohkan Hatta dengan Rahmi. Pernikahan Hatta digelar menggunakan adat Jawa.

“Aku tidak tahu siapa yang punya gagasan agar diadakan upacara adat Jawa, yakni kedua pengantin melakukan upacara menginjak telur. Mungkin gagasan itu tumbuh karena kehadiran Bung Karno saja,” sambungnya.

Hingga akhir hayat

Hingga Bung Hatta wafat pada 14 Maret 1980, dia hanya memiliki seorang istri saja. Perbedaan usia antara dirinya dan Rahmi tidak pernah menjadi masalah. Selama 35 tahun pernikahan, tak satupun berita buruk soal rumah tangga mereka menyeruak.

Tidak sekadar berumah tangga, Bung Hatta dan istrinya adalah mitra diskusi yang menyenangkan. Banyak sekali hal yang mereka bicarakan. Kadang dalam bahasa Belanda juga mereka gunakan untuk berdiskusi.

5 Tokoh Bangsa yang Berperan Pada Konferensi Meja Bundar

Walau menjadi mantan wakil presiden, Hatta tak hidup bergelimang Harta. Namun Rahmi tetap setia pada suaminya itu. Dirinya selalu menemani hari-hari Bung Hatta yang banyak dihabiskan dengan urusan politik.

Semuanya dijalankan dengan toleransi dan tanpa banyak menuntut. Terbukti, kisah cinta keduanya hanya mampu dipisahkan oleh maut. Bung Hatta wafat pada 14 Maret 1980 dan disusul istrinya 19 tahun kemudian.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Rizky Kusumo lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Rizky Kusumo.

Terima kasih telah membaca sampai di sini