Keelokan Bur Telege Aceh, Tempat Angker yang Disulap Jadi Wisata Andalan

Keelokan Bur Telege Aceh, Tempat Angker yang Disulap Jadi Wisata Andalan
info gambar utama

Desa Bale Bujang, Aceh Tengah mengubah Bur Telege menjadi desa percontohan yang sukses dalam pengembangan wisata. Padahal bukit pinus itu dulunya tempat berandalan untuk mengonsumsi narkoba hingga dikenal angker.

Tetapi setelah disulap menjadi lokasi wisata, orang beramai-ramai mengunjunginya. Warga tidak lagi takut mendatanginya. Itulah Bur Telege lokasi wisata baru yang berada di Kabupaten Aceh Tengah, Provinsi Aceh.

Mengenal Pusat Grosir Jembatan Merah, Apa Itu?

Bur memiliki arti bukit sedangkan telege memiliki makna telaga. Terletak di tepi Danau Laut Tawar, hanya butuh 15 menit untuk mencapainya dengan kendaraan roda dua atau empat dari Kota Takengon.

Kesan pertama ketika datang ke puncak bukit pinus ini adalah hawa dingin yang menyergap. Hijaunya hutan pinus dan birunya air Danau Laut Tawar yang terlihat dari ketinggian memberikan kedamaian.

“Berada di sini rasanya damai dan tenang. Suasana alam seperti ini tidak ada di tempat lain,” kata Mora Trisna yang dimuat Kompas.

Inisiasi pemuda

Kepala Desa Bale Bujang Misriandi menuturkan Bukit Bur Telege mulai dikelola sebagai lokasi wisata sejak awal 2017. Bermula beberapa pemuda desa mengunggah foto pemandangan danau dari atas bukit ke media sosial.

Ternyata hasil unggahan itu mendapat sambutan hangat dari masyarakat. Banyak yang suka, berkomentar, dan bertanya di mana lokasinya. Setelah itu banyak pengunjung dari Takengon berdatangan.

Tahwa, Camilan sekaligus Minuman Hangat di Musim Hujan

Melihat publik yang antusias, para pemuda bersemangat bergotong royong membersihkan semak belukar di bukit itu. Mereka juga membuat lokasi untuk swafoto semenarik mungkin untuk menggoda warga untuk datang.

“Lokasi ini memiliki potensi besar, kita jadikan ekowisata. Apalagi ini diiniasi pemuda, harus kita dukung,” katanya.

Memiliki kegiatan positif

Berjalannya waktu, warga mulai tersadar bukit yang dianggap angker itu punya potensi wisata yang besar. Ternyata bukit yang dulunya dipandang buruk kini malah menghasilkan pendapatan dan memberi peluang kerja bagi pemuda desa.

Perangkat desa mengalokasikan dana untuk pengembangan kawasan wisata. Pada 2017, dana desa diberikan mencapai Rp110 juta untuk digunakan sejumlah fasilitas seperti jalan setapak, toilet, dan obyek swafoto.

“Agar manajemen lebih tertata, pengelolaan kemudian diserahkan kepada Badan Usaha Milik Kampung (BUMK). Di BUMK isinya juga para pemuda,” kata Misriadi.

Kebun Raya Bogor, Rekreasi Edukatif Sekaligus Membersihkan Paru-Paru

Setiap pengunjung dikenai biaya masuk Rp2.500 orang. Ada kedai kopi yang menjual souvenir. Jumlah pengunjung terus meningkat, pada akhir pekan pengunjung mencapai 800 orang, sedangkan libur lebaran bisa mencapai 30.000 orang.

Tahun 2017, pendapatan mereka mencapai Rp200 juta. Pendapatan wisata itu dibagi 10 persen untuk provinsi, 5 persen untuk kabupaten, dan sisa untuk BUMK Desa Bale Bujang. Hal ini diharapkan dicontoh oleh desa lain.

“Selama ini dana desa banyak dihabiskan untuk pembangunan fisik. Saya berharap desa lain mencontoh apa yang dilakukan Bale Bujang,” kata Kepala Badan Pemberdayaan Masyarakat Gampong (BPMG) Aceh Tengah Windi Darsa.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Rizky Kusumo lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Rizky Kusumo.

Terima kasih telah membaca sampai di sini