Tahwa, Camilan sekaligus Minuman Hangat di Musim Hujan

Tahwa, Camilan sekaligus Minuman Hangat di Musim Hujan
info gambar utama

Meski sedikit terlambat dari tahun sebelumnya, sebagian wilayah di Indonesia telah memasuki musim hujan. Penurunan suhu di musim hujan membuat tubuh menjadi mudah kedinginan, sehingga sangat cocok untuk menikmati minuman hangat sebagai penawar hawa dingin seperti Tahwa.

Di sudut Jalan Dhoho Kota Kediri, ditemui penjual tahwa bersama dengan motor modifikasi bertuliskan ‘Tahwa’ yang membawa 2 panci besi besar berisikan puding tahu dan wedang jahe. Pria muda dengan topi dan tas pinggang tersebut telah siap sedari pagi untuk menyajikan tahwa bagi pembeli yang berseliweran di perempatan jalan.

Keistimewaan tahwa terletak pada tampilan yang menyerupai tahu dengan siraman wedang jahe. Bahan utamanya adalah sari kedelai yang diolah menjadi puding bertekstur halus nan lembut. Tak heran, jika tahwa meninggalkan sisa rasa (aftertaste) layaknya memakan tahu mentah.

Wajah Baru Kota Lama Banyumas, Penataan Sudah Selesai 100 Persen

Sementara wedang jahe terbuat dari jahe sebagai bahan utama, serai diikuti daun jeruk, kayu manis, dan cengkeh sebagai penyedap, gula merah sebagai pemanis, serta daun pandan sebagai penambah aroma. Wedang jahe yang disiramkan pada puding tahu selalu tersaji hangat karena penjual memanaskannya di kompor kecil.

Penjual Tahwa di Jl. Dhoho Kediri © Dokumentasi Pribadi 2023
info gambar
Catatan Perjalanan Masyarakat Saat Libur Nataru 2023/2024

Tahwa disajikan pada mangkuk kecil dengan sendok bebek besi. Biasanya, penjual minuman ini akan menawarkan kacang asin goreng sebagai pelengkap sesuai selera pembeli. Perpaduan rasa manis-tawar dari puding kedelai, hangatnya wedang jahe, dan gurihnya kacang asin perlahan menyelimuti tubuh yang sedang kedinginan.

Ada pun penjual tahwa lain di dekat Kediri Town Square, lebih tepatnya di seberang jalan Richeese Factory. Camilan tahwa tidak terlalu menguras kantong karena harga seporsinya hanya berkisar sekitar Rp7.000 hingga Rp8.000. Buka hingga dagangan habis atau saat matahari masih terasa di ubun-ubun kepala. Bahkan terdapat penjual yang menjajakan tahwa selepas matahari terbenam hingga bulan menemani malam Kota Tahu Kuning, Kediri.

Tidak hanya di kala musim hujan, minuman tersebut juga bisa dikonsumsi saat musim panas guna menghangatkan tubuh sebelum beraktivitas. Tekstur ringan puding kedelainya sangat nyaman dinikmati selagi perut kosong di pagi hari.

Sejarah dan Perkembangan Tahwa

Tahwa memiliki nama asli yakni Tauhue atau Tauhua dengan tulisan ejaan hanyu pinyin pada dialek Hokkian ‘Douhua’. Sejarah menuliskan bahwa camilan tersebut berbahan dasar tahu sebagai sebuah ketidaksengajaan oleh penemuan Pangeran Liu An yang merupakan cucu Kaisar Liu Bang pada Dinasti Han Barat, Tiongkok.

Sejarah lain mengisahkan bahwa kedatangan pasukan Kuilai Khan di Kediri sebagai peranakan Tionghoa untuk menetap dan mengenalkan tahu kepada masyarakat lokal, termasuk beberapa varian olahan tahu salah satunya Tahwa.

Makanan yang terkenal di kalangan Tionghoa-Indonesia ini awalnya disajikan sebagai sup dan bukan untuk camilan. Seiring adaptasi budaya Cina di tanah Jawa, tahwa disesuaikan dengan lidah masyarakat lokal untuk dinikmati sebagai kudapan ringan penawar dingin.

Beberapa daerah di Indonesia yang memiliki historis kampung Cina menjajakan camilan ini, seperti Semarang, Surakarta, Yogyakarta, Kediri, Malang, dan Surabaya. Uniknya, terdapat perbedaan istilah Tahwa di berbagai daerah, seperti ‘Wedang Tahu’ di Semarang dan Yogyakarta, ‘Tahok’ di Surakarta, ‘Tahwa’ di Kediri dan Malang, serta ‘Tauwa’ atau ‘Tahua’ di Surabaya.

Meski tergolong camilan murah, tahwa sendiri mempunyai kalori 90kkal dan sangat bermanfaat bagi tubuh karena mengandung protein 10,7 gr, lemak 4 gr, karbohidrat 4,7 gr, dan kalsium 85mg. Cocok bagi pembeli yang sedang dalam program diet atau menjaga berat badan secara konsisten sebagai pilihan camilan sehat.

Mengulik Pembuatan Kain Kulit Kayu yang Dirawat dari Zaman Prasejarah

Protein tinggi pada tahwa dapat melancarkan ASI bagi ibu menyusui dan cocok dikonsumsi bagi ibu yang baru saja melahirkan. Mengandung berbagai rempah tradisional, minuman itu sangat aman dikonsumsi bagi penderita diabetes dan kolesterol. Wedang jahenya juga dapat meredakan gejala pilek, batuk, hingga masuk angin.

Murah meriah dan bermanfaat bagi tubuh, terutama para remaja jompo yang telah dikelilingi beragam makanan cepat saji berkalori tinggi. Jadi, sudah siap untuk mencoba rekomendasi minuman hangat yang menemani di bawah tangisan langit kelabu?

Referensi:

  • https://www.uc.ac.id/fikom/foodlore-menikmati-hangat-dan-manisnya-sajian-tauwa/
  • https://www.trenasia.com/lembutnya-kembang-tahu-makanan-tiongkok-yang-sampai-indonesia
  • https://www.kompas.com/food/read/2022/01/15/111300075/asal-usul-wedang-tahu-terinspirasi-dari-makanan-berkuah-khas-tiongkok

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

NU
KO
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini