Mengenal Election Stress Disorder, Bagaimana Gejala dan Cara Mengatasinya?

Mengenal Election Stress Disorder, Bagaimana Gejala dan Cara Mengatasinya?
info gambar utama

Menjelang pemilu 2024, kita disajikan dengan ramainya pemberitaan tentang para politisi yang tak henti-hentinya berseliweran, baik di televisi, sosial media, maupun yang muncul di platform lainnya, yang seringkali membuat kita merasa lelah.

Dalam era modern ini, pemilihan umum tidak hanya berbicara mengenai politik semata, tetapi juga dapat berdampak buruk pada kesejahteraan mental seseorang. Fenomena gangguan kesehatan mental yang dikenal sebagai Election Stress Disorder (Gangguan Stres Pemilihan Umum) semakin umum terjadi di tengah masyarakat yang terus-menerus terpapar berita politik.

Kawan GNFI penasaran ingin mengetahui Election Stress Disorder lebih lanjut? Simak penjelasannya berikut ini!

Apa Itu Election Stress Disorder?

Dilansir dari New York Times, istilah Election Stress Disorder pertama kali dikenalkan oleh Dr. Steven Stosny, psikiater Amerika Serikat, pada tahun 2016. Pada saat itu, sedang berlangsung pemilihan presiden di negeri Adidaya tersebut yang mempertemukan Donald Trump dari Partai Republik dan Hllary Clinton dari Partai Demokrat. Dr. Stosny menemukan bahwa jumlah pasiennya meningkat drastis akibat pengaruh pemilu.

Pantai Gunung Kidul Punya Cerita, Ini Rekomendasi Pantai Yogyakarta yang Tidak Biasa

Election Stress Disorder adalah kondisi di mana kesehatan mental seseorang terganggu akibat tekanan yang muncul sehubungan dengan isu-isu politik menjelang pemilihan umum. Sebenarnya, Election Stress Disorder bukanlah diagnosis resmi dalam dunia kesehatan mental.

Namun, istilah ini digunakan untuk menggambarkan gejala stres dan ketegangan yang timbul sehubungan dengan peristiwa pemilihan umum atau pemilihan politik yang seringkali situasinya semakin memanas. Ini digambarkan dengan dampak psikologis dari situasi politik yang intens, termasuk kampanye politik yang berlebihan, konflik politik yang tajam, dan ketidakpastian terkait hasil pemilihan.

Meskipun istilah ini tidak diakui sebagai gangguan kesehatan mental formal, banyak ahli kesehatan mental mengakui bahwa peristiwa politik dapat memiliki dampak nyata pada kesehatan mental seseorang dan mempengaruhi kehidupan sehari-harinya, misalnya selalu merasa marah pada orang yang berbeda pilihan dengannya, menganggap orang lain lebih rendah karena berbeda pandangan politik, dan memusuhi teman atau keluarga yang tidak sejalan.

Tanda-tanda Election Stress Disorder

Election Stress Disorder memiliki beberapa gejala, baik secara fisik maupun emosional yang dapat muncul selama menghadapi peristiwa pemilihan umum atau situasi politik yang tidak menentu. Seseorang yang mengalami gangguan mental ini biasanya menunjukkan beberapa gejala.

Pertama, seseorang dapat mengalami tingkat kecemasan yang intens, tercermin dalam kekhawatiran mereka yang berlebihan terkait hasil pemilihan atau dinamika politik yang tengah berlangsung. Mereka dapat mengalami kesulitan tidur atau insomnia yang dipicu oleh tingkat stres yang tinggi sehubungan dengan berita pemilu. Iritabilitas juga bisa menjadi tanda seseorang mengalami Election Stress Disorder, di mana seseorang mudah tersinggung, gelisah, atau merasa gugup.

Selain itu, kesulitan berkonsentrasi atau fokus dapat terjadi karena pikiran mereka terus-menerus tertuju pada perkembangan politik. Perubahan dalam pola makan atau selera makan, seperti peningkatan atau penurunan nafsu makan, dapat mencerminkan reaksi stres terhadap peristiwa lima tahunan itu.

Rajati Flower Garden, Parit Penuh Sampah yang Disulap Jadi Taman Bunga Indah

Tanda-tanda ketegangan fisik, seperti sakit kepala atau peningkatan denyut jantung mencerminkan respons fisik terhadap tekanan emosional juga bisa menjadi pertanda seseorang mengalami gangguan mental ini.

Seseorang yang mengalami Election Stress Disorder dapat menarik diri dari interaksi sosial atau merasa terisolasi. Ini menunjukkan upaya mereka untuk mengatasi beban emosional. Gejala depresi, seperti perasaan sedih, putus asa, atau kehilangan harapan juga dapat terjadi.

Penting untuk diingat bahwa intensitas dan kombinasi gejala dapat bervariasi antarindividu. Jika seseorang merasa kesulitan mengatasi gejala-gejala yang dialami, mencari dukungan profesional guna membantu mengelola dampak psikologis dari situasi politik yang menegangkan dapat menjadi solusi.

Bagaimana Cara Mengatasinya?

Dalam wawancaranya dengan New York Times, Dr. Steven Stosny memberikan beberapa tips agar terhindar dari Election Stress Disorder. Pertama, cobalah untuk tidak membicarakan politik bersama orang yang memiliki relasi yang dekat.

Apabila mereka ingin membahasnya, pilihlah topik yang membicarakan nilai-nilai yang lebih mendalam daripada kebijakan politik, misalnya kemanusiaan dan kesetaraan. Sebab, orang cenderung setuju pada hal-hal tersebut. Hal paling penting adalah berbicaralah dengan sopan dan penuh hormat karena seseorang mudah terpicu amarahnya saat dianggap rendah.

Selanjutnya, batasi paparan berita dan media sosial. Meskipun penting untuk tetap terinformasi berita politik, mengonsumsi terlalu banyak berita atau media sosial dapat berkontribusi pada perasaan kecemasan. Tetapkanlah batasan waktu yang Kawan GNFI akan habiskan saat menggunakan platform-platform ini.

Terakhir, jangan ragu untuk meminta bantuan profesional jika kamu tidak dapat membendung perasaan cemas dan merasa tidak nyaman akibat selalu terpapar berita-berita pemilu.

Mikie Funland: Serunya Memacu Adrenalin dikelilingi Alam Berastagi

Referensi:

  • https://www.nytimes.com/2020/09/24/us/politics/election-stress-disorder.html%20

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

DY
KO
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini