RI Bangun Pabrik Bio-CNG buat Ganti Fosil dan LPG, Apa Itu?

RI Bangun Pabrik Bio-CNG buat Ganti Fosil dan LPG, Apa Itu?
info gambar utama

Pabrik Bio-CNG Komersial Pertama di Indonesia resmi beroperasi pada Senin (22/1/2024). Pemerintah membangun fasilitas ini untuk mengurangi konsumsi energi fosil dan memanfaatkan biogas skala industri sebagai pengganti LPG.

Bio-CNG atau Biomethane Compress Natural Gas dihasilkan dari limbah organik. Biometan ini dapat menggantikan bahan bakar cair, padat, maupun gas.

"Kami berharap plant Bio-CNG ini akan berjalan dengan baik dan memberikan kontribusi signifikan dalam mendukung transisi energi di Indonesia, khususnya pemanfaatan biogas menjadi energi," ujar Direktur Bioenergi Direktorat Jenderal EBTKE Kementerian ESDM RI, Edi Wibowo.

PTPN V dan Jepang Bangun Pembangkit Tenaga Biogas, Terapkan EBT Pertama di Dunia

Pabrik itu berlokasi di perkebunan kelapa sawit milik PT United Kingdom Indonesia Plantation (AEP Group) Blangkahan, Langkat, Sumatra Utara. Fasilitas ini dibangun oleh PT KIS Biofuel Indonesia sebagai bagian dari rencana pembangunan 25 Pabrik Bio-CNG. Masing-masingnya berkapasitas 15.500 meter kubik (m3) Bio-CNG/hari, dengan total 387.500 m3 Bio-CNG per hari.

Pabrik Bio-CNG melakukan pemurnian biogas, memisahkan komponen karbon dioksida (CO2) dan karbontetraoksida (CO4), lalu menghilangkan komponen gas imperitis lainnya. Proses itu bakal menghasilkan gas metan dengan kadar lebih dari 95 persen, sehingga karakteristik biometan ini menyerupai CNG.

Pemerintah memperkirakan, pabrik Bio-CNG dapat mengurangi emisi karbon 3,7 Juta ton Co2 per tahun dan menghasilkan 3,7 juta kredit karbon per tahun. Biometan skala komersial dapat digunakan sebagai bahan bakar nonlistrik dalam sektor transportasi dan menggantikan LPG. Manfaatnya sangat besar bagi Indonesia yang sampai saat ini masih mengimpor LPG.

Sebagai negara penghasil minyak sawit mentah terbesar, Indonesia dapat memanfaatkan limbah CPO, pertanian, atau peternakan, sebagai bahan baku biogas ataupun biometan.

Perbedaan antara Biodiesel, Bioetanol dan Biogas

Untuk mengembangkan Bio-CNG, Kementerian ESDM RI bekerja sama dengan beberapa mitra melalui proyek pembangunan plant, pengerjaan pre-feasibility study, serta kajian keekonomian, kebijakan tata niaga, industri, dan bahan baku Bio-CNG.

Edi berharap, Bio-CNG dapat segera dimanfaatkan untuk menggantikan LPG non-subsidi bagi sektor industri dan komersial (12 serta 50 kg), sehingga biometan dapat menjadi solusi pemerintah dalam menurunkan impor LPG.

Sementara itu, CEO PT KIS Biofuel Indonesia, Ragunath, berharap Indonesia bisa menjadi penghasil Bio-CNG terbesar di Asia.

"Saya ingin mengucapkan terima kasih terhadap Unilever, AEP, dan KIS Group, untuk dukungan yang luar biasa. Saya percaya Indonesia,” ucapnya.

Bukti Nyata Manfaat Biogas di Sejumlah Desa Jawa Timur

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Afdal Hasan lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Afdal Hasan.

Terima kasih telah membaca sampai di sini