Nganjuk, Kota Pemasok Bawang Merah Indonesia

Nganjuk, Kota Pemasok Bawang Merah Indonesia
info gambar utama

Nganjuk dikenal sebagai produsen bawang merah terbesar di Indonesia setelah Brebes, Jawa Tengah. Kabupaten ini juga dikenal sebagai "Kota Brambang" atau "Kota Bawang Merah" karena tingginya produksi bawang merah.

Sektor hortikultura, khususnya pertanian bawang merah, memberikan kontribusi yang signifikan terhadap ekonomi kabupaten, dengan 29,20% dari Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) berasal dari sektor pertanian.

Menurut data dari BPS Kabupaten Nganjuk, pada tahun 2021, saat ini area panen bawang merah di Kabupaten Nganjuk mencapai 1.936.524 hektar dengan hasil produksi sebanyak 1.939.881 kuintal.

Bawang merah yang diproduksi di Nganjuk memiliki kualitas tinggi dan diminati oleh pembeli dari luar kabupaten, termasuk Jakarta, Tulungagung, Bojonegoro, Demak, Kudus, Cirebon, Kalimantan, dan Palembang.

Lapangan Kerkhof, Bekas Kuburan Belanda yang Jadi Tempat Olahraga Warga Garut

Ada beberapa tempat di Nganjuk di mana bawang merah dijual, termasuk Pasar Brambang, Grosir Bawang Merah, Pusat Bawang Merah, dan Berkah Bawang Merah. Di Kabupaten Nganjuk, daerah-daerah yang menghasilkan bawang merah meliputi Rejoso, Bagor, Wilangan, Sukomoro, dan Gondang. Kabupaten Nganjuk merupakan salah satu pusat produksi bawang merah terkemuka di Jawa Timur.

Pada tahun 2022, produksi bawang merah di Kabupaten Nganjuk mencapai 1.939.881 kuintal dengan luas area panen mencapai 1.936.524 hektar. Tiga kecamatan yang menjadi produsen terbesar bawang merah adalah Rejoso, Bagor, dan Gondang.

Faktor Produksi Bawang Merah Nganjuk

Tentu terdapat berbagai faktor yang mempengaruhi produksi bawang merah di Kabupaten Nganjuk termasuk faktor teknis berasal dari penggunaan bibit unggul, pemupukan yang sesuai, pengendalian hama dan penyakit, serta pengaturan irigasi yang efisien. Faktor lingkungan juga berperan penting dalam proses pertumbuhan seperti curah hujan, kualitas tanah, kelembaban udara, dan suhu.

Faktor sosial-ekonomi juga memengaruhi. Sebagai contoh, ada modal perawatan, harga bawang merah di tahun sebelumnya, dan kebijakan pemerintah terhadap pertanian, serta faktor teknologi seperti penggunaan alat dan mesin pertanian yang modern dan efisien, dan faktor tenaga kerja, seperti keterampilan petani dalam bertani dan mengolah hasil panen, juga turut berperan.

Selain itu, faktor pasar seperti permintaan dan harga bawang merah di pasar lokal dan internasional juga memiliki pengaruh signifikan terhadap produksi bawang merah di Kabupaten Nganjuk. Interaksi antara semua faktor tersebut menjadi penentu utama produksi bawang merah di daerah tersebut.

Penataan Kampung Seni Borobudur Dimulai, Kawasan Borobudur Semakin Elok

Produk Bawang Merah Nganjuk

Bawang merah di Kabupaten Nganjuk diolah menjadi berbagai produk, seperti bawang merah segar, bawang merah goreng, dan jenis olahan bawang merah lainnya. Kabupaten Nganjuk terkenal sebagai salah satu pusat produksi bawang merah terbesar di Jawa Timur, sehingga beragam produk olahan bawang merah telah dikembangkan, termasuk bawang merah goreng dan produk inovatif lainnya. Selain itu, bawang merah segar juga menjadi salah satu produk andalan dari Kabupaten Nganjuk.

Tentu selain bawang merah goreng, berbagai produk olahan bawang merah lainnya yang dihasilkan di Kabupaten Nganjuk juga beragam dan unik. Baru-baru ini juga tercipta olahan bawang merah yang berbentuk cookies, nastar, pasta bawang merah, tepung bawang merah, krupuk bawang, parfum bawang merah, dan kue bawang krispi.

Hotel-hotel RI Sabet Penghargaan di ASEAN Tourism Award 2024

Warga Nganjuk yang kreatif menciptakan ide ini bernama Muhammad Yazid, seorang penduduk Desa Bagor Kulon, Kecamatan Bagor, Kabupaten Nganjuk. Yazid mengambil kesempatan dari potensi pasar yang belum dimanfaatkan dalam mengembangkan usaha olahan bawang merah.

Dengan kepiawaian dan inovasinya, dia berhasil menciptakan berbagai produk makanan ringan khas Kabupaten Nganjuk dari bawang merah, seperti cookies, stik, nastar, abon lele (Bangle), krupuk, dan bawang goreng.

Meskipun banyak Usaha Kecil Menengah (UKM) yang sudah mengembangkan produk olahan bawang merah, Yazid melihat bahwa mereka belum sepenuhnya memanfaatkan peluang pasar yang tersedia. Produk olahan bawang merah yang umumnya ada sebelumnya masih cenderung monoton dan kurang inovatif.

Oleh karenanya, Yazid menilai dengan melihat ketersediaan bahan baku bawang merah yang melimpah di Kabupaten Nganjuk bahwa masih banyak ruang untuk inovasi dan pengembangan produk yang lebih beragam.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Nadira Hamamah lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Nadira Hamamah.

NH
KO
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini